Prolog

56 19 22
                                    

Happy Reading

.
.
.


Langit terlihat begitu menawan dan cerah dengan semburat jingga yang menghiasi setiap sudutnya. Mentari bahkan terasa hangat di penghujung hari itu, walau sejak pagi bumi sibuk dihantam oleh derasnya hujan. Seorang lelaki berjalan dari dalam gubuk tempat orang menjual beberapa macam minuman segar, menuju ke sebuah bangku di bawah pohon kelapa di dekat tepi pantai. Di sana, tampak seorang wanita duduk tepekur seorang diri, dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai indah begitu saja diterpa angin pantai yang begitu sejuk.

Nama lelaki itu Kaivan, langkahnya begitu pelan mendekati wanita yang masih saja duduk diam seorang diri. Sesampainya di tempat tujuannya, Kaivan berdiri di depan si wanita dan berjongkok di hadapannya. Mata wanita itu terlihat sendu dan tidak bernyawa, namun dengan setia Kaivan terus memandang dan menemani wanita yang saat itu balik memandangnya datar.

"Ay, aku boleh bicara sesuatu?"

Tidak ada jawaban dalam beberapa menit. Namun akhirnya sebuah anggukan kecil didapati Kaivan sebagai jawaban.

"Kamu harus tau, kalau aku akan berusaha untuk selalu ada buat kamu di saat apapun, kapanpun kamu butuh, karena aku tidak ingin membiarkan kamu sendirian. Apa aku boleh, menjadi pendamping dalam hidup kamu?"

Dayana - si wanita - tampak sedikit tertegun oleh perkataan Kaivan. Ia tidak melihat adanya kebohongan di mata lelaki itu, dan hanya keseriusan dan keyakinan terpancar jelas di kedua manik legam milik Kaivan. Ingin bertanya banyak hal, namun entah kenapa Dayana sudah tau akan jawaban dari semua pertanyaan yang berkecamuk dalam benaknya, kecuali satu hal. Setelah mengumpulkan keberanian, Dayana akhirnya memutuskan untuk bertanya, agar hatinya tidak lagi dikecewakan untuk yang kedua kalinya, karena dia masih merasa begitu hancur saat itu.

"Selamanya?" tanya Dayana penuh harap. Kaivan tersenyum kecil mendengar ucapan wanitanya itu.

"Aku akan berusaha, untuk kamu dan demi kamu, Ay."

"Janji?" tanya gadis itu lagi.

"Aku janji, kita akan selalu bersama. Selamanya."

Dayana menyunggingkan senyum tipis di wajah cantiknya. "Makasih, Van. Aku tidak tau harus mengatakan apa lagi selain itu."

Kaivan balik tersenyum dan terus menatap lurus pada Dayana . "Kamu hanya perlu percaya padaku, Ay. Aku ingin kamu menjadi pendamping hidupku dalam suka maupun duka. Saling berbagi kebahagiaan, kesedihan, kekesalan, kegundahan dan hal lainnya. Dengan begitu, aku bisa menjaga kamu dan melindungi kamu seutuhnya."

Kening Dayana tampak berkerut menatap Kaivan. "Maksudnya?" ujar Dayana tidak mengerti.

Dengan tatapan yang begitu tenang dengan senyum menawan, Kaivan menatap lurus pada kedua netra berbinar milik Dayana dengan tatapan serius yang begitu mendominasi. "Aku ingin kamu menjadi istri aku, Dayana."

Kaivan memperbaiki posisinya dengan setengah berlutut di hadapan Dayana. "Aku tidak akan berjanji padamu untuk selalu ada di sampingmu, tapi aku bisa berjanji kalau aku akan ada bersamamu. Selamanya."

Hati yang telah lama tersakiti karena pengkhianatan terhadap cinta, kini mulai terobati dengan ketulusan hati dari lelaki yang begitu mencintai dirinya. Dayana tidak menemukan keraguan di dalam sorot mata Kaivan, malah keseriusan yang begitu besar terlihat jelas di sana. Setelah sekian lama hatinya hancur akan cinta yang bertepuk sebelah tangan, kini Dayana menemukan arti cinta yang sesungguhnya melewati rasa sayang yang begitu besar diberikan Kaivan pada dirinya.

Dengan derai air mata haru, Dayana tersenyum kecil menatap Kaivan, "Aku bersedia hidup bersama dengan kamu, Van. Aku mau jadi istri kamu," ucapnya yang tak berhenti menangis bahagia. Senyum Kaivan seketika mengembang indah mendengar jawaban Dayana yang tak ia sangka.

"Kamu harus ingat perkataan aku, Ay. Aku akan selalu ada bersamamu, selamanya."

Kalimat itu selalu Dayana ingat sejak Kaivan mengucapkannya dengan derai air mata, bahkan hingga detik ini. Walaupun saat itu Dayana tidak terlalu mengerti apa maksud sebenarnya dari ucapan Kaivan, namun kini dia sangat mengerti, kenapa Kaivan begitu serius mengucapkan kalimat tersebut. Dan Dayana tidak menyesal karena telah memberikan dan menyerahkan hidupnya untuk Kaivan, lelaki yang telah mengisi hatinya sepenuhnya.

"Aku tidak akan pernah melupakan semua yang kau berikan dan segala kata yang kau ucapkan padaku, Kaivan. Karena segalanya akan ku gores dan ku torehkan dalam kenangan lewat tulisanku sendiri."

.
.
.
.
.
.
.

Cerita ini akan berakhir singkat, jadi jangan harap bakal di perpanjang. Karena ini bukan cerita kontrak, hahaha...

Go to the next chapter!

22 Juli, 2022

Goresan Rindu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang