2

30 15 29
                                    

Happy Reading

.
.
.

Suara rintik hujan terdengar bergema di loteng rumah, namun hal itu bukan menjadi alasan utama Kaivan yang terbangun pukul tiga pagi. Lelaki itu menatap wajah Dayana yang terlihat begitu damai saat tertidur. Tangan lelaki itu terulur guna merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. Kaivan terkekeh pelan saat mendengar Dayana bergumam kecil dalam tidurnya. Lelaki itu tidak berniat bangkit dari ranjang karena tubuhnya masih merasa lelah yang tersisa dari acara pernikahan kemarin hari.

Kedua mata lelaki itu tidak berhenti menatap wajah terlelap sang istri. Sesekali ia mengecup kening, pipi dan bibir Dayana bergantian. Namun kecupan di bibir berhasil membuat wanita itu tersentak dari tidurnya.

"Ehmm... Jam berapa ini?" ucap Dayana dengan suara parau khas bangun tidur.

"Jam tiga pagi, Sayang," jawab Kaivan sedikit berbisik.

Dayana tersadar kalau Kaivan kini sedang menatapnya yang terbangun dari tidur. Wanita itu sedikit menjauhkan tubuhnya agar bisa leluasa menatap wajah suaminya. "Kamu kenapa udah bangun? Kok nggak tidur lagi?" Kaivan tidak menjawab, lelaki itu malah mencium bibir Dayana dengan gerakan cepat, membuat wanita itu sedikit terkejut.

"Bagaimana aku bisa tidur lagi kalau saat bangun aku melihat bidadari surga ada di depan mata? Sayang kalau dibiarkan begitu saja."

Sebuah pukulan ringan mendarat di dada bidang Kaivan, dan hal itu membuat lelaki tersebut terkekeh kecil. "Kamu kurang kerjaan banget. Gak usah gombal juga," tutur Dayana yang dibuat malu akan ucapan sang suami yang menurutnya berlebihan.

"Kamu memang bidadari surgaku, Ay. Kamu istriku, separuh jiwaku, dan pemilik hatiku yang tidak akan bisa digantikan oleh siapapun. Hanya kamu wanita yang aku cintai karena Allah. Dan aku bersungguh-sungguh untuk itu," ucap Kaivan tulus.

Perasaan senang dan bersyukur terasa begitu kuat di hati Dayana setelah mendengar perkataan Kaivan. Wanita itu begitu bersyukur karena dipertemukan dengan seorang lelaki yang begitu memujanya dan mencintai dirinya karena cintanya kepada Allah. Bukannya cemburu, justru Dayana senang sebab Kaivan tidak mencintai dia karena rasa kasian, iba atau bahkan karena paras cantiknya. Namun semata-mata karena Allah yang merupakan Sang Pencipta alam semesta yang memiliki banyak kekuasaan-Nya di dalamnya.

"Ini masih terlalu pagi, mau lanjut tidur?" tanya Kaivan pada istrinya.

Dayana menggeleng pelan setelah melirik jam dinding yang ada di kamar. "Sekarang hampir jam empat subuh, Van. Lebih baik kita solat tahajud dan setelah itu solat subuh berjamaah. Ya?"

Senyum lebar seketika merekah di wajah Kaivan. "MasyaAllah, istriku mau solat? Mau ngaji bareng juga?" tawar Kaivan.

Dayana langsung mengangguk mengiyakan. "Ajari aku, Van. Aku mau kamu mengajari aku semuanya sampai aku bisa dan paham. Bawa aku kembali ke jalan yang benar."

Bukannya Dayana tidak bisa mengaji, namun wanita itu merasa sudah terlalu jauh dari Tuhannya sebab patah hati yang begitu besar saat dirinya dikhianati oleh orang yang begitu ia percaya. Namun, kehadiran Kaivan selama dirinya kehilangan minat dalam kehidupan, membuat Dayana sadar kalau tidak ada gunanya dia memikirkan lelaki yang telah mencampakkan dirinya demi wanita lain yang berbeda darinya. Berbeda dalam artian cara berpakaian dan sikap yang saat itu di pandang tidak menarik karena Dayana merupakan wanita berjilbab. Sedangkan lelaki yang membuangnya memilih sahabat lama Dayana yang dinilai menarik karena berpakaian seksi dan terbuka.

Goresan Rindu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang