4

21 14 20
                                    

Happy Reading

.
.
.

Memasuki usia kandungannya yang sudah menginjak enam bulan bukan hal yang mudah bagi Dayana. Wanita itu semakin sulit beraktivitas sebab perutnya yang semakin membesar. Bahkan untuk bangun tidur saja, dia harus meminta bantuan pada Kaivan karena rasa nyeri di pinggangnya yang membuat wanita itu kesulitan untuk bangun sendiri. Dan di saat seperti itu, Dayana bersyukur karena Kaivan selalu ada untuknya dan dengan sabar merawat Dayana penuh kasih sayang.

Kaivan bahkan tak jarang untuk absen dari pekerjaannya demi menemani Dayana di rumah, untuk sekedar memanjakan istrinya yang sedang hamil besar itu. Dan sebagai istri, Dayana hanya bisa menerima segala perlakuan khusus yang diberikan Kaivan padanya dan membuatnya merasa jadi seorang Ratu di rumah itu.

Bukannya tidak ingin menolak, tapi Dayana memang orang yang tidak pernah menolak segala kebaikan dari orang lain. Apalagi saat dia dilayani begitu baik dan tulus oleh suaminya sendiri dan hal itu membuat Dayana begitu senang.

Seperti saat ini, Dayana tidur dengan posisi membelakangi suaminya. Dan dalam posisi tersebut, Kaivan tidak tinggal diam. Tangannya memijat pelan pinggang istrinya yang pasti terasa sakit dan pegal. Seringkali Dayana merasakan pijatan lembut itu di malam hari, karena dirinya memang sering terbangun sebab rasa sakit yang menjalar di punggung dan pinggangnya.

Dayana tidak pernah memberitahukan hal tersebut pada Kaivan, ia takut kalau nanti suaminya itu merasa telah mengganggu tidurnya dan berhenti memberikan pijatan di malam hari. Tapi sepertinya Kaivan sadar akan hal itu dan tetap memberikan pijatan terbaiknya untuk istri tercintanya.

Saking menikmatinya, Dayana tidak sadar kalau dirinya sudah terlelap begitu saja. Dan di saat itu, Kaivan bangun dari tidurnya, membasuh muka dan mengambil wudu untuk melaksanakan solat malam.

Ketika Kaivan sedang khusyu berdoa, saat itu Dayana tersentak dari tidurnya. Dia melihat Kaivan sedang merapalkan doa sambil menutup mata. Tampak lelaki itu menangis dalam doa yang dipanjatkan kepada Allah, membuat Dayana terenyuh melihatnya. Wanita itu terus menatap suaminya sampai lelaki itu selesai berdoa. Pandangan keduanya bertemu ketika Kaivan akan berdiri dan melipat sajadahnya.

"Apa Mas bangunin kamu, Dek?"

Dayana menggeleng pelan sambil tersenyum. Kaivan pun bangkit dan langsung menghampiri istrinya setelah melipat sajadah dan menaruhnya di tempatnya. Kaivan membantu Dayana untuk bangun dan memposisikan tubuh sang istri bersandar pada kepala ranjang. Dayana sedikit meringis saat menggeser tubuhnya ke belakang, membuat Kaivan terkejut karenanya.

"Kenapa? Ada yang sakit?"

"Udah biasa, Mas. Pinggang aku nyeri," jawab Dayana dengan senyum tipis di wajahnya.

"Sakit banget? Mau ke dokter, gak?" Dayana menggeleng.

"Gak usah, Mas. Cuma nyeri sebentar. Aku nggak apa-apa, kok."

"Ya udah. Kalau sakit bilang, ya. Jangan diam aja."

"Iya, Sayang."

Seulas senyum terbit di wajah Kaivan. Lelaki itu kini memposisikan dirinya di depan perut Dayana. Meninggalkan ciuman di sana, membacakan ayat-ayat Alquran dan merapalkan doa untuk calon anak mereka yang berada dalam kandungan. Hal itu dilakukan Kaivan setiap malam sejak Dayana hamil, dan sudah menjadi rutinitas bagi lelaki itu untuk memberikan yang terbaik bagi istrinya dan calon anak mereka.

"Anak kita pasti senang karena setiap hari bisa dengar ayat-ayat Alquran dengan suara Ayahnya."

Senyum lebar mengembang di wajah Kaivan. "Ayah, ya? Aku jadi gak sabar dengar panggilan itu dari anak kita," ungkapnya seraya terkekeh pelan.

Goresan Rindu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang