5

19 14 22
                                    

Happy Reading

.
.
.

Suasana rumah begitu sepi, Kaivan tidak ada di rumah karena lelaki itu sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Ada pekerjaan yang harus dia selesaikan hari itu serta rapat dengan karyawan juga sudah menunggunya. Dayana bahkan tidak sempat membuatkan bekal untuk suaminya karena Kaivan begitu terburu-buru pergi lebih cepat dari biasanya.

Dan kini, Dayana hanya duduk diam di kamar setelah meminum obat untuk jantungnya. Wanita itu merasa kalau beberapa waktu terakhir kondisi jantungnya semakin lemah, selain karena kandungannya yang sudah mencapai usia sembilan bulan. Dayana belum memberitahukan hal tersebut pada Kaivan, sebab lelaki itu tidak memiliki banyak waktu luang di rumah untuk sekedar duduk dan mengobrol dengan sang istri.

Ada rasa khawatir yang begitu besar terasa di hati Dayana. Dia takut kalau nanti saat melahirkan, dirinya tidak bisa bertahan karena kondisinya yang kian melemah. Dan ketakutan itu semakin kuat karena waktu yang diperkirakan oleh dokter untuknya melahirkan hanya tinggal beberapa hari lagi.

Tidak ingin berdiam diri saja di kamar, Dayana memutuskan untuk keluar dari kamarnya setelah menuliskan beberapa hal di buku catatannya tentang dirinya dan Kaivan. Dan itu sudah dilakukannya sejak mereka menikah. Dayana selalu menulis saat Kaivan tidak ada bersamanya, karena dia tidak mau suaminya tau kalau dirinya menulis cerita yang berbentuk diary.

Baru saja Dayana keluar dari kamar, ia mendapati Dika sudah berada di dapur rumahnya sedang memasak sesuatu. Dayana memang meminta adiknya itu untuk datang ke rumah, tapi ia tidak menyangka kalau Dika akan datang di pagi hari.

"Sedang apa, Dek?" tanya Dayana saat baru mendudukkan dirinya di salah satu bangku yang ada di dapur.

Dika hanya tersenyum kecil dan terus melanjutkan kegiatannya. "Aku bikin nasi goreng spesial buat Kakak. Pasti Kakak belum sarapan, kan?" Dayana mengangguk sebagai jawaban.

Sudah satu minggu lamanya Dika datang ke rumah tersebut untuk menemani sang kakak. Dan itu juga atas permintaan dari Kaivan, bukan dari Dayana saja.

Pria muda itu kini sudah bekerja menjadi manajer di toko kue dan kafe milik Dayana. Dan posisi itu sangat cocok untuk Dika yang dulunya berkuliah di jurusan manajemen. Awalnya Dika menolak pekerjaan tersebut, namun setelah menimbang keadaan dan lapangan kerja yang cukup kecil saat itu, Dika akhirnya menerimanya dengan senang hati. Lagipula, dia tidak harus setiap hari berkunjung ke toko dan kafe untuk mengelola keuangan di sana. Karena itu Dika bisa sedikit leluasa untuk menemani kakaknya di rumah saat dirinya tidak bekerja.

Selesai memasak sarapan, kedua kakak beradik itu menikmati waktu mereka berdua sambil bercerita tentang berbagai hal.

"Kondisi Kakak gimana? Sehat, kan?"

Dayana terkejut mendengar pertanyaan Dika yang tiba-tiba itu. Wanita itu tidak tau harus menjawab seperti apa, karena tidak ingin membuat orang lain khawatir akan dirinya. Walaupun sebenarnya dia sangat khawatir akan keadaan dirinya sendiri, tapi Dayana merasa belum siap untuk memberitahukan hal tersebut pada adiknya. Di samping kenyataan bahwa Dika sudah tau tentang penyakitnya.

"Kak? Kenapa diam?"

"O-oh? Kakak nggak apa-apa, kok. Kakak Alhamdulillah sehat."

Bohong. Dika menemukan tatapan kebohongan di kedua manik kelam sang kakak. Dika tau kalau Dayana akan terus mengalihkan perhatian ketika berbohong, dan itu cukup jelas dilihatnya saat itu.

Goresan Rindu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang