01.

2.3K 102 9
                                    

©prettybabo

"Mmhh ..."

"Ka-kalian lihat-hh ... lu-lubangku--nghh ..."

"Shit, yes baby. Lubangmu sangat serakah."

"Ohh! Deeper, please!"

"Fuck you! Anhh!"

"C-close! nyahhh ... ahhhh!"

"Baby-mhmm! ahh!"

Suara-suara penuh gairah yang hampir setengah jam memenuhi kamar kecil milik seorang mahasiswa bernama Lee Jeno berubah menjadi sunyi. Hanya suara nafas kasar yang tidak teratur terdengar dari pemuda yang terduduk lemas di depan komputer dan juga speaker diatas meja belajarnya yang mengeluarkan nafas tersenggal-senggal yang merdu.

Mata Jeno memandang layar komputernya yang menampilkan seorang pemuda berkulit putih bersih dari dada hingga paha. Dada yang rata dengan sepasang puting merah muda yang bengkak lalu perut datar yang dihiasi cairan putih hingga paha dalam pemuda tersebut. Diantara paha yang jenjang nan langsing itu sebuah kejantanan yang berukuran menggemaskan yang berwarna merah dan basah.

"God! Astaga." Jeno bergumam pelan melihat kekacauan yang sudah ia buat tangannya. Pemuda itu mendesah panjang, lagi-lagi ia beronani dengan bantuan si cantik itu. Ini sudah tiga kali minggu ini dan Jeno mulai merasa takut jika ia akan menjadi seorang maniak onani.

"Jeno!" Sebuah suara memekakkan telinga yang familiar terdengar. Jeno dengan cepat meraih gulungan tisu didepannya lalu membersihkan kekacauan yang ia buat serta tidak lupa menutup laman blog bintang panas kesukaannya.

"Jeno! Nanti malam jam delapan!" Pintu kamar Jeno terbuka dengan suara kasar. Jika daun pintu itu bisa mengeluh pasti ia sudah menjerit setiap kali pemilik suara nyaring nan melengking itu mendekatinya.

"Haechan! Ku mohon, ketuklah pintu dulu! Dan jangan merusak pintu kamarku!"

"Nanti malam jam delapan di—"

"Ya, ya, ya! Sekarang keluar dari kamarku!" Jeno memandang sebal ke arah pemuda mungil yang terlalu cerewet untuk menjadi seorang laki-laki. Pemuda itu adalah tetangganya sejak kecil dan kebetulan mereka berkuliah di universitas yang sama meskipun beda jurusan. Sudah saling mengenal selama dua puluh tahun membuat keduanya seolah kakak beradik yang selalu bertengkar setiap lima menit.

"Aku hanya mengingatkanmu Lee, tidak usah galak-galak begitu." Haechan berkata kalem dan tersenyum melihat sahabat baiknya yang kesal. Menggoda Jeno adalah hal menyenangkan.

"Kau baru saja mengingatkan setelah makan siang tadi. Lalu dua jam yang lalu dan sekarang kau kemari hanya untuk mengingatkanku pada pesta tahun baru yang selalu kau bicarakan hanya karena ada DJ Loey yang tampan?!" Jeno memandang sinis ke arah Haechan. Sungguh, tidak mungkin Jeno melupakan pesta tahun baru yang sudah dua bulan terakhir terus Haechan bicarakan.

Semua hanya karena DJ Loey yang akan jadi guest star disana.

Sudah enam bulan Haechan terobsesi pada DJ Loey yang tampan, berbakat, tinggi, senyum ramah yang bla bla bla. Jeno rasanya ingin mati saja kalau Haechan sudah mulai membicarakan tentang DJ Loey yang super tampan—ewh—itu.

"Aku hanya ingin mengingatkanmu Lee, siapa tahu kau sibuk beronani dengan si bubblyna—"

"Aku tidak beronani—"

"Hm? Begitu?" Haechan menyeringai lebar. "Lalu, apa ini? Dan itu? Dan aroma menjijikkan ini?" Haechan menunjukkan gumpalan tisu yang berada dilantai dan di atas meja.

Favorite Blogger ・ Nomin VersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang