Singkat cerita, kompilasi hari pertama aku bertemu dengan teman kuliahku itu, rasanya kami langsung akrab karena memang kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur bersama di rumah kostku di kota Bone. Sungguhpun demikian, mengabaikan dia mentraktirku. "Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu mengingap barang sehari-hari atau dua hari di rumahku?" Nama teman kuliahku itu adalah "Nasir".
"Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa bertemu di tempat ini. Mungkin inilah nasib baik, karena aku sama sekali tidak mendukung jika kamu tinggal di kota Makassar ini "jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral Makassar, bertemu di tempat jualan cakar."Ayo kita ke rumah dahulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sambil kuperkenalkan istriku" ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumah, Nasir membuka dan membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku turun.
Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai dua. Lantai bawah digunakan sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya."Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar" katanya sambil menunjukkan tumpukan beras dan ruangan kantornya.
"Wah cukup hebat kamu Sir. Usahamu cukup lemayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku" kataku padanya.
"Lin, Lin, inilah teman kuliahku dahulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya" teriak Nasir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.
"Alina", kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil dia tersenyum ramah dan manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan.
"Anis", kataku pula sambil membalas senyumannya.
Nampaknya Alina ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm serta berambut agak panjang.
Tangannya terasa hangat dan halus sekali. Setelah selesai menyambutku, Alina lalu mempersilakanku duduk dan dia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di dalam.
Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan Alina di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Alina di atas meja yang ada di depan kami."Silakan Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya" ajakan Alina menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan bau farfumnya yang harum itu.
Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir bisa mendapatkan istri seperti Alina ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak bisa ke mana-mana.
"Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu pikiranmu?" kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak.
"Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini. mengapa bisa terjadi yah," alasanku.
Alina hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tetapi sesekali dia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya.