Final Chapter

1K 1 1
                                    

Alina pun terengah-engah dan napasnya terputus-putus menerima kenikmatan itu. Posisi kami ini tak lama sebab Alina tak mampu menahan rasa capeknya berlutut sambil kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu tidur telentang dengan paha terbuka lebar lalu kutindih dan kukocok dari depan, lalu kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.

Posisi inilah yang membuat permainan kami memuncak karena tak lama setelah itu, Alina berteriak-teriak sambil merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali menarik keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan itu pula, aku merasakan ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama ketika terasa sekujur tubuh Alina gemetar.

Aku tetap berusaha untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Alina, tetapi terlambat, karena baru aku mencoba mengangkat punggungku dan berniat menumpahkan di luar rahimnya, tetapi Alina malah mengikatkan tangannya lebih erat seolah melarangku menumpahkan di luar yang akhirnya cairan kental dan hangat itu terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Alina.

Alina nampaknya tidak menyesal, malah sedikit ceria menerimanya, tetapi aku diliputi rasa takut kalau-kalau jadi janin nantinya, yang akan membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan.
Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu tergeletak di atas karpet tanpa bantal. Layar TV sudah berwarna biru karena pergumulan filmnya sejak tadi selesai.

Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak mampu berkata-kata apa pun hingga tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di tempat itu, rasanya masih terasa capai bercampur segar.

"Nis, kamu sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kenikmatan dari suamiku selama ini seperti yang kamu berikan tadi malam" kata Alina ketika dia juga terbangun pagi itu sambil merangkulku.
"Benar nih, jangan-jangan hanya gombal untuk menyenangkanku" tanyaku.

"Sumpah.. Terus terang suamiku lebih banyak memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya hanya satu saja. dia di atas dan aku di bawah. Kadang dia loyo sebelum kami apa-apa. Kontolnya pendek sekali sehingga tidak mampu memberikan kenikmatan kepadaku seperti yang kami berikan.

Andai saja kamu suamiku, pasti aku bahagia sekali dan selalu mau bersetubuh, kalau perlu setiap hari dan setiap malam" paparnya seolah menyesali hubungannya dengan suaminya dan membandingkan denganku.
"Tidak boleh sayang. Itu namanya sudah jodoh yang tidak mampu kita tolak. Kitapun berjodoh bersetubuh dengan cara selingkuh. Sudahlah. Yang penting kita sudah menikmatinya dan akan terus menikmatinya" kataku sambil menenangkannya sekaligus mencium keningnya.
"Maukah kamu terusmenerus memberiku kenikmatan seperti tadi malam itu ketika suamiku tak ada di rumah" tanyanya menuntut janjiku.

"Iyah, pasti selama aman dan aku tinggal bersamamu. Masih banyak permainanku yang belum kutunjukkan" kataku barzanj akan mengulanginya
"bagaimana kalau istri dan anak-anakmu nanti datang?" tanyanya khawatir.

"Gampang diatur. Aku kan pembantumu, sehingga aku bisa selalu dekat denganmu tanpa kecurigaan istriku. Apalagi istriku pasti tak tahan tinggal di kota sebab dia sudah terbiasa di kampung bersama keluarganya tetapi yang kutakutkan jika kamu hamil tanpa diakui suamimu" kataku.
"Aku tak bakal hamil, karena aku akan memakan pil KB sebelum bermain seperti yang kulakukan tadi malam, karena memang telah kurencanakan" kara Alina terus terang.

Setelah kami bincang-bincang sambil tiduran di atas karpet, kami lalu ke kamar mandi masing-masing membersihkan diri lalu kami ke halaman rumah membersihkan setelah sarapan pagi bersama.
Sejak saat itu, kami hampir setiap malam melakukannya, terutama ketika suami Alina tak ada di rumah, baik siang hari apalagi malam hari, bahkan beberapa kali kulakukan di kamarku ketika suami Alina masih tertidur di kamarnya, sebab Alina sendiri yang mendatangi kamarku ketika sedang "haus".
Entah sampai kapan hal ini akan berlangsung, tetapi yang jelas hingga saat ini kami masih selalu ingin melakukannya dan belum ada tanda-tanda kecurigaan dari suaminya dan dari istriku.

Nafsu Yang Berujung MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang