Aku sepertinya bisa merasakan perjalan pesan yang dia kirim. Aku makin tak bisa tidur. Jantung dan nadiku berdenyut cepat hampir seirama dengan perjalanan pesan yang super cepat itu. Bahkan lebih cepat dari pesawat. Tapi aku masih diam dan menunggu beberapa saat.
Diam dengan hati yang gelisah membuatku ingin melepaskan pukulan keras ke benda - benda di sekitarku. Tapi tak mungkin bisa karena itu akan membangunkan orang seisi rumah. Aku meremas guling yang kupeluk dengan kencang. Kebetulan gulingnya empuk dan lembut sehingga tanganku tidak perlu sampai merah karena meremasnya.
Pesan itu terus bergerak mendekatiku. Aku merasakannya. Lebih tepatnya, sok merasakannya. Pesan itu makin mengincar poin tujuannya. Makin lama makin mendekati sasarannya. Sama sepertiku.
Makin lama tanganku makin mendekati sasarannya yaitu HP-ku. Aku mencoba fokus pada HP itu saja. Sedikit demi sedikit kudorong tangan ini untuk menjauhiku dan menggapai HP. Tanganku kaku ketika casing HP bagian belakang kusentuh. Kuseret HP mendekatiku.
Tapi aku lupa! Aku tidak ingat kelanjutan perjalanan pesan tadi. Aku lupa membayangkan bagaimana pesan tadi sampai ke tujuannya.
Bagaimana jika pesan itu tiba-tiba tersesat?
Aku menjadi takut melihat layar HP yang sudah ada di depan mataku. Bagaimana jika tidak ada simbol amplop putih kecil di layar?
KAMU SEDANG MEMBACA
White Letter
Teen FictionOrang yang sedang jatuh cinta. Menilai segala hal secara berlebihan. Penasaran berlebihan, harapan berlebihan, angan-angan dan hipotesa yang sungguh berlebihan. Menciptakan ceritanya sendiri, bagai sutradara profesional. Tak sadar bahwa ceritanya su...