7. Can I?

193 10 0
                                    

Bel istirahat berbunyi. Chenle yang mendengar bunyinya istirahat, langsung pergi keluar kelasnya menuju kantin, bersama dengan Ningning, teman dia satu-satunya.

Tapi baru saja dia keluar dari kelas. Dia tiba-tiba di tarik oleh seseorang. Membuat Chenle mau tidak mau pergi mengikuti pria, yang tiba-tiba menarik dirinya.

Sampai akhirnya mereka tiba di taman belakang dekat parkiran, sang pria langsung melepaskan cekalan tangannya, dan memberikan sebuah bingkisan kepada Chenle.

Chenle hanya bisa menghela nafasnya. Mengambil pemberian pria itu, dan hendak pergi setelah mengatakan terima kasih. Namun baru saja ia melangkahkan kakinya satu langkah, pria itu udah mencekal tangannya lagi, dan menyudutkan Chenle di tembok.

"Ada apa?" Tanya Chenle dengan tatapan jengahnya. Menatap pria yang ada di hadapannya saat ini.

"Jadi pacar gue ya?" Pinta pria itu.

Chenle tidak bereaksi apa-apa. Ia sudah sangat terbiasa menghadapi situasi seperti ini. Yang biasa, dan yang bisa ia lakukan, hanyalah menolak pernyataan cinta pria, yang menyatakan cinta kepada dirinya.

"Maaf. Gue gak bisa terima pernyataan cinta lo. Gue harap lo dapat menemukan wanita terbaik selain gue." Ujar Chenle yang ingin pergi, namun di tahan lagi oleh pria itu.

"Belagu banget sih lo?! Lo bersikap kayak gini, karena lo kaya gitu?!" Ujar pria itu dengan intonasi yang tidak bersahabat.

Jujur, Chenle terkejut ketika mendengar ucapan pria itu. "Maksud lo apa? Gue emang gak bisa nerima cinta lo. Karena gue gak cinta sama lo, dan cinta gak bisa di paksain. Jadi sekali lagi gue minta maaf karena gak bisa balas perasaan lo." Ujar Chenle, yang mencoba untuk pergi, tapi lagi-lagi di tahan.

"Gue gak akan lepasin lo, sebelum lo mau jadi pacar gue." Seru pria itu, yang sukses membuat Chenle mendelik tak suka.

"Dih apaan sih? Kok lo jadi maksa kayak gini?" Ujar Chenle, yang langsung memusatkan pandangannya menatap name tag yang bertengger di baju sebelah kiri pria itu.

"Huening kai! Dengar ya! Gue gak bisa. Gue harap lo ngerti dan jangan ganggu gue lagi." Ujar Chenle.

"Gue--"

"Lo ini tuli apa gimana sih?!" Seru seorang pria yang baru saja datang, dan menyentakkan Kai yang menyudutkan Chenle.

Pria yang baru saja datang, ia langsung merangkul pundaknya Chenle. Agar Chenle dapat berdiri di samping dirinya.

"Dia udah bilang kalau dia gak bisa! Kenapa lo maksa?" Sambung pria itu, yang menatap Chenle sejenak, untuk memastikan Chenle baik-baik saja.

"Lo ini siapa sih? Gak usah ikut campur ya! Ini urusan gue sama wanita sombong ini!" Seru Kai yang gak terima akan kehadiran pria yang ada di hadapannya ini.

"Urusan dia, urusan gue juga!" Seru pria itu, yang sukses membuat Chenle menatap dia dengan tatapan aneh.

Sedangkan Huening Kai yang mendengar itu, ia langsung mendecih. "Lo ini siapa emangnya? Sok-sok an mau jadi pahlawan super? Daripada lo berlagak kayak gini? Mendingan join gue buat nikmatin tubuhnya dia." Ujar Kai, yang langsung mendapatkan sebuah pukulan di rahangnya. Siapa lagi kalau bukan pria yang ada di hadapannya yang memukul Kai.

"Jaga ya mulut lo!" Peringat pria itu, yang lagi-lagi membuat Kai mendecih tak suka.

Kai langsung menatap pria yang di hadapannya dengan tatapan remeh. "Lo ini siapa sebe--"

"Gue pacarnya! Dan gue berhak mengusir hama kayak lo dari pacar gue! Kalo udah gak di terima tuh ya ikhlas aja! Jangan maksa kayak gini! Lo gak liat kalau cewe gue risih dan gak suka akan paksaan lo?!" Ujar pria itu.

Huening Kai percaya? Tentu saja tidak! Mana mungkin ia percaya sama pria yang tiba-tiba datang dan memukulnya, lalu mengaku kalau dia itu kekasihnya Chenle. "Lo pikir gue bodoh? Lo berlagak kayak gini supaya--" ucapan Kai terhenti begitu saja, karena ia melihat pria yang ada di hadapannya langsung mencium Chenle.

Setelah berhasil mencium Chenle, pria itu melepaskan ciumannya. Ia langsung beralih menatap Kai yang ada di hadapannya. "See? Gue ini pacarnya! Jadi jangan pernah ganggu pacar gue lagi! Ngerti?!" Ujar pria itu, yang langsung membawa Chenle pergi dari hadapan Kai.

---

Jika di sana Chenle tengah bingung, karena pria yang tiba-tiba datang menjadi pahlawan kesiangannya. Sama halnya dengan Haechan yang sama bingungnya saat ini, akan kehadiran Mark yang tiba-tiba datang di siang hari bolong seperti ini.

Dan saat ini dirinya sudah duduk berhadapan dengan Mark. Mereka saling diam, hanya mata yang saling memandang satu sama lain. Sampai akhirnya Haechan membuka suaranya karena tidak betah diam-diaman seperti ini.

"Tuan Lee, kalau tidak ada yang ingin kau katakan? Aku akan kembali bekerja." Ujar Haechan yang ingin pamit pergi, tapi langsung tertahan karena ucapan Mark.

"Apa kabar-mu?" Tanya Mark kepada Haechan, yang sukses membuat Haechan terdiam sejenak.

"Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja." Jawab Haechan, dengan senyuman manisnya.

Mendengar ucapan Haechan, membuat Mark bisa bernafas dengan lega. "Aku senang mendengar kalau kau baik-baik saja." Ujar Mark.

"Kalau kamu gimana? Bagaimana kabar-mu?" Tanya Haechan, yang saat ini sudah berani menatap Mark dengan tenang.

"Aku tidak baik-baik saja." Jawab Mark, yang Haechan sendiri bisa melihatnya.

Mark terlihat lebih kurus dari terakhir yang dia lihat. Kumisnya dan jenggotnya Mark yang mulai tumbuh, serta rambutnya yang sangat berantakan dan sangat panjang. Haechan itu gak suka Mark berpenampilan kayak gini!

"Sepertinya aku sendiri sudah tau jawaban akan keadaan-mu yang tidak baik-baik saja." Ujar Haechan, yang langsung di balas anggukkan kepala serta senyuman dari Mark.

"Dan bagaimana dengan anak kita? Bagaimana keadaan Baby Chenle? Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Mark, dengan tatapan yang menatap Haechan dengan tatapan yang sulit di artikan. Gelisah, ragu, takut dan masih banyak hal yang Mark rasakan, namun Mark sembunyikan di hadapan Haechan.

"Dia juga sangat baik-baik saja. Dia juga sangat merindukan Daddy-nya." Ujar Haechan, yang sukses membuat Mark bernafas lega. Walaupun tidak sepenuhnya lega. Karena terakhir kali ia bertemu dengan baby Chenle, baby Chenle seperti tidak mengenal dirinya.

"Kau mengenalkan aku kepada baby Chenle?" Tanya Mark, yang sukses membuat Haechan mendecak kesal.

"Kau kira aku ini ibu yang jahat? Aku tidak sejahat itu untuk tidak menceritakan ayahnya kepada anaknya sendiri. Aku menceritakan semuanya kepada Chenle mengenai dirimu." Ujar Haechan.

"Tapi kau tenang saja. Aku tidak memberi tau sifat buruk-mu kepada anak kita." Sambung Haechan, yang sukses membuat Mark tersenyum.

"Apakah aku boleh bertemu dengannya?"

NEVER LET YOU GO 2 - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang