HAPPY READING
Di balkon kamarnya, jihane berdiri dengan tangan memeluk tubuhnya karena udara yang dingin. Pandangannya lurus kedepan, entah apa yang sedang dia pikirkan.
Terlihat Jihane sedang menimbang sesuatu, seperti mungkinkah dia harus maju atau mengalah lagi untuk yang kedua kalinya dan akankah akan terulang lagi untuk yang ketiga kalinya.
Pikir jihane, ayah aghni masih tidak menyukai dirinya sampai saat ini. Apakah mungkin masih ada kesempatan untuknya kembali bersama Aghni.
Mengalah? Tapi jihane masih sangat mencintai aghni dan tidak mau kehilangan Aghni lagi.
Aghni berdiri dari kursi roda. dengan jalan yang tertatih, aghni berjalan memeluk jihane dari belakang yang membuat jihane terperanjat.
"Eh, kenapa kamu kesini" kaget jihane
"Emang aku ga boleh disini, kamu ngusir aku"
"Bukan gitu"
"Tetap kayak gini" ucap Aghni saat jihane ingin membalikkan badannya
"Kamu ga boleh berdiri lama sayang"
"Kenapa kamu di luar, ini dingin lho"
"Aku ambil kursi roda kamu dulu" ucap jihane perlahan melepaskan tangan Aghni yang memeluknya
"Kamu pegang disini dulu" kemudian jihane mengambilkan kursi roda aghni.
"Kamu harusnya ga banyak jalan dulu" ucap jihane sambil membantu aghni duduk di kursi roda
Jihane berjongkok di depan Aghni, menggenggam tangan Aghni erat seolah tidak ingin aghni pergi darinya.
"Sepertinya Daddy kamu masih ga suka sama aku, dia lebih suka vani" sendu jihane
"Aku akan buat Daddy ga benci kamu lagi, aku janji" ucap Aghni sambil mengecup telapak tangan jihane
"Sepertinya ga mungkin"
"Siapa bilang ga mungkin"
"Om Reza ingin kami menikah dengan Vani"
"Ya memang, tapi belum tentu aku setuju dengan itu kan. Kali ini aku ga mau kehilangan kamu lagi" ucap Aghni sambil mengusap bibir jihane dengan ibu jarinya
Jihane tersenyum "haruskah kita berjuang lagi"
"Harus, dan aku yakin kali ini Daddy akan merestui kita, aku janji" ucap Aghni yakin dan semangat
"Haha...yakin banget kayaknya"
"Ya harus dong, demi cinta kita"
"Tapi bagaimana dengan Vani, dia terlihat bahagia saat om Reza ingin kalian menikah" ucap jihane sedikit cemberut
"Emm... Biar itu jadi urusan aku, kamu ga usah pikirin itu" ucap Aghni
Tangan Aghni memegang kedua lengan jihane dan menyuruh jihane duduk di pangkuannya.
"Emang ga berat kalau aku duduk kayak gini" ucap jihane sambil mengalungkan tangannya di leher Aghni
"Berat sih" aghni berpura-pura menahan berat
"Tuh kan..."
"Eh, ngga sayang, bercanda kok" ucap Aghni saat jihane ingin berdiri
Aghni memeluk pinggang jihane, menatap jihane sedikit mendongak ke atas. Jihane mengelus pipi Aghni dengan lembut, tanpa bersuara, mereka hanya saling memandang dan tersenyum.
Dari balkon kamar Vani, Vani melihat Aghni dan Jihane yang sedang di pangku. Wajahnya terlihat menahan cemburu, marah dan rasa kesal.
Akhir-akhir ini Aghni memang lebih banyak bersama Jihane di bandingkan dirinya. Ingin sekali Vani kembali bersama Aghni, menikmati waktu bersama Aghni seperti dulu sebelum jihane kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPARAZZI CRUSH
Teen Fictionseorang model cantik dengan tubuh tinggi semampai yang bertemu dengan seseorang yang sulit di tebak kepribadiannya, dan membuat pertemuan dia dan dirinya menjadi pertemuan yang sulit dipahami baginya