2

6 1 0
                                    

Sudah 6 tahun berlalu tanpa ada kendala dan hal menyusahkan. Aku tumbuh menjadi gadis berpenampilan manis, karena sifatku tidak bisa mengikuti usiaku.

Perkenalkan, aku Wendy Wilson, si bungsu dari 5 bersaudara. Hebat, di kehidupan kedua ini aku malah diberikan 4 kakak, dan itu menyusahkan. Karena sekarang aku memiliki 6 nyawa yang harus ku jaga.

Aku tidak mirip dengan Luna--- ibuku, aku seratus persen mirip dengan Johannes--- ayahku. Surai berwarna perak dan mata biru laut, aku seperti versi kecil Johannes. Sedangkan kakak-kakak ku, semuanya mewarisi surai milik Luna.

"Wen, dipanggil ibu ke ruang kerja ayah." Kata Selena--- si no. 2. Tanpa mengalihkan pandangannya dari tablet yang menunjukkan grafik naik turun ia berdiri menjulang di samping pintu.

Selena Wilson, umurnya sekarang 22 tahun, bermata amber dan digadang-gadang menjadi lulusan termuda mengingat kinerjanya di kampus. Selena ini gemar mengurung diri di kamar ketimbang berinteraksi sosial, ia akan terlihat hanya karena 3 hal, makan, pergi, atau dipanggil ayah atau ibu. Ia adalah satu-satunya yang introvert diantara kami ber 5.

"Ya, segera." Aku segera membereskan buku-buku dan menyusunnya kembali ke tempat semula.

***

Jujur saja, perasaan ku tidak enak tapi aku tidak bisa menghindarinya. Maju atau tidak sama sekali.

Tok

Tok

Tok

"Masuk" itu suara Johannes.

Ku buka pintu pelan, lalu ku tutup kembali. Disana, tepat di sofa duduk Johannes dan Luna bersebelahan, kombinasi yang menyenangkan bila dilihat diluar ruang kerja, karena disini, adalah tempat perbincangan serius dan mereka berdua bertransformasi menjadi sosok menakutkan.

Tanpa menunggu lama aku duduk di sofa yang bersebrangan dengan Johannes dan Luna.

"Wendy." Panggil Johannes.

"Y-ya?" Astaga, aku sangat gugup, bila para bawahan ku yang dulu melihat ini pasti mereka menertawakan ku.

"Sekarang umurmu sudah 6 tahun kan?" Tanya Johannes yang tak perlu ku jawab.

Entah bagaimana, aku tahu kemana arah percakapan ini. Aku sebenarnya tak suka, tapi... Aku tak suka mengecewakan mereka berdua, dua orang tua yang selalu ku banggakan didalam hati. Mari kesampingkan ego hanya untuk ini saja.

"Apa kamu ingat Hugo? Tunangan Selena."

"Tentu saja ayah, dia orang yang hebat."

Tentu saja, pria lembut dan berhati lapang yang hatinya sudah milik Selena sepenuhnya. Aku iri, betapa beruntungnya Selena mendapatkan pasangan yang bisa mengimbangi kehidupannya. Dan aku kagum pada Hugo, pria itu mampu membuat Selena menjadi sosok ekstrovert hanya dengan bersama dengannya.

"Langsung saja, kami akan menjalin hubungan dengan keluarga Fernandez, dan kami sepakat menunangkanmu dengan putra mereka, Kenzo Fernandez. Apakah kamu bersedia Wendy?"

Sekedar informasi, Fernandez adalah keluarga besar yang menyokong perekonomian sebuah negara. Tak hanya itu, bukan rahasia lagi kalau keluarga kami tidak akur, dan dengan diajukannya hubungan ini berarti kami, aku dan Kenzo menjadi bukti diresmikannya perdamaian sekaligus kerja sama kedua keluarga secara tersirat. Dan hal itu sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak untuk memperkuat bisnis masing-masing.

Aku suka sikap ayah yang menanyakan pendapat orang terlibat sebelum mengambil keputusan, mengingat ini tentang hidupku kedepannya. Hidupku yang tak lagi bebas bergaul, hidupku yang dirantai rantai tak kasat mata bernama pertunangan. Dengan menanyakan pendapatku, berarti ayah bersedia memutuskan hubungan dengan Fernandez walau tau kerugiannya tak hanya besar namun mampu menggoyahkan bisnis keluarga. Tapi, ayah juga tau, aku tak mungkin menolak permintaannya, dan aku merupakan sosok yang sangat berkomitmen pada suatu tujuan. Ayahku ini, benar-benar licik.

"Aku bersedia menjalani nya, dan berkomitmen. Tapi, aku menolak untuk pengajuan proposal pernikahan muda dimasa depan, mengingat mental yang belum stabil dan terancamnya nyawaku bila mana mengandung di usia dini. Dan, hal yang paling penting adalah diharapkannya komitmen yang sama dari pihak lain. Saya harap ayah dapat mengerti dan memahami permintaan ku ini."

Setelah mengucapkan kata-kata panjang itu, ibuku yang sedari tadi diam mengembangkan senyumnya. Lalu tanpa diduga berlari dan menerjang ku.

"Anakku,sudah besar dan dapat memutuskan keputusan terbaik untuk hidupnya. Ibu bangga sekali denganmu." Katanya dan semakin memperkuat pelukannya.

"Apakah orangnya sebaik itu hingga ayah mampu mempercayakan ku, si bungsu kepadanya?" Tanyaku disela pelukan Luna.

Johannes mengangguk.

"Benar."

"Hingga membuat ku melangkahi kak Heidi? Wow! Ahahaha.... Kak Heidi pasti sedih bila mendengar hal ini."

Heidi Wilson, dia adalah si no. 4 Ia sekarang adalah satu-satunya anak di keluarga yang belum menjalin hubungan. Heidi sekarang berumur 7 tahun dan merupakan kakak perempuan yang jauh dari kata lemah lembut, malahan bisa dibilang ia adalah yang paling hiperaktif dibanding kami berlima. Heidi ini suka sekali dengan kekerasan, dan nampaknya itu di dukung oleh Johannes karena ia menyewa guru bela diri untuk mengajari Heidi.

***

"Ada masalah apa?" Tanya seseorang.

Baru saja aku menutup pintu ruang kerja dan aku kembali bertemu dengan salah satu kakakku. Joshua namanya, si paling kutub di keluarga ini. Dan melihat kehadirannya disini, itu berarti rumor bahwa aku dipanggil ke ruang kerja Johannes menyebar hingga ke telinga Joshua, memang telinga pelayan kediaman ini tidak bisa diremehkan. Pria dingin ini pasti kawatir, dasar tsundere.

"Ah, hanya memperbincangkan masa depanku." Kata ku acuh, lalu melenggang pergi meninggalkan Joshua.

Joshua pasti langsung paham dengan perkataan ku, karena pria itu pengamat yang handal. Dengan menyatukan beberapa fakta selama seminggu ini ia akan mendapatkan jawabannya.

"Ku lihat kakak pertama sedang menuju kamarmu." Katanya membuat ku berhenti berjalan.

Orang itu sangat ku hindari, Brian si jenius sekaligus pewaris utama. Usianya mungkin masih 25 tahun tapi Brian bukan orang biasa yang bisa ku abaikan begitu saja,karena ia terlalu serakah, ia peduli dengan keluarganya, baik, ramah dan yang utama segala informasi akan selalu ia dapatkan. Berani bertaruh, kalau Brian tau apa yang terjadi padaku bahkan isi kerja sama kedua keluarga. Informan yang ia pekerjakan bahkan dapatkan menyaingi milik Johannes. Sikap Brian yang mirip denganku tapi dengan sifat yang berbeda itu membuatnya lebih overprotektif. Brian si ramah baik hati berbeda denganku Wendy yang dikenal sebagai si anggun yang peka dengan keadaan.

Membicarakan tentang Brian, aku jadi mengingat Treyni, wanita cantik yang sebentar lagi akan menjadi anggota baru keluarga besar Wilson. Berbeda dengan pasangan Hugo-Selena yang saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing, Treyni mengimbangi langkah milik Brian. Mereka berdua sudah seperti copy paste, hanya saja aura milik wanita itu lebih condong menekan lawan bicara.

Wendy; The Blue PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang