God Mother

10 1 0
                                    

Ketika seorang perempuan dunia bawah digambarkan sebagai sosok gila, God mother Peony hadir untuk mematahkan asumsi itu. Ia tenang tak terprediksi, bijak dan mampu membawa bawahannya kejalan kejayaan. Sosok pemimpin yang ideal dan selalu diikuti banyak orang dimana pun ia berada. Lady Peony, begitu lah orang dunia bawah yang bukan bawahannya memanggilnya. Lady Peony ia berbeda dan terbatas, ia ada untuk mematahkan pendapat orang-orang mengenai wanita dunia bawah yang gila dan beringas.

Lady Peony, mungkin ini sudah 7 tahun sejak kedatangannya yang menggemparkan. Gadis yang dulunya diremehkan karena sifat dan pakaian sopan yang menurut banyak orang tidak sesuai dengan image dunia bawah tanah sekarang menjadi wanita yang disegani, yang lewat mampu membuat orang menunduk sebagai penghormatan.

Sekarang, ia adalah wanita yang disegani orang-orang di manapun ia menginjakkan kaki. Ia memanusiakan manusia, dan memiliki hal yang belum tentu dimiliki orang-orang, hati nurani.

"Sedang apa disini?" Suara maskulin itu menyadarkannya. Wendy mendengus, melirik sinis pria tegap di hadapannya.

"Apa matamu berpindah tempat?"

Pria itu menatap tajam Wendy sebelum mengarahkan pandangannya ke pemandangan kebun bunga lavender. Wendy yang diabaikan ikut menatap ke samping, dibalik jendela itu ia juga dapat menatap pemandangan yang sama dengan pria itu.

"Jangan duduk di jendela, aku tak ingin melihat lagi pemandangan seorang bocah yang menangis karena jatuh dari ketinggian."

Kata-kata itu membuat Wendy kembali ke masa lalu yang tak bisa diulang. Masa dimana ia bukan siapa-siapa tapi bahagia.

"Kak, kapan kau akan kembali?" Tanya Wendy. Tangannya sibuk dengan rambutnya yang terhempas angin musim panas.

"Entahlah, memangnya ada tempat yang pantas disebut rumah?" Kata kakak, ia berbalik meninggalkan Wendy di ruangan menatap pintu dengan pandangan sedih.

Iya ya, memangnya hal seperti itu ada? Batinnya. Wendy kembali menatap kebun lavender nya dengan tatapan hampa.

Hal itu sudah lenyap bersamaan dengan masa kecilku.

Wendy menghela nafas, ia bangkit dari duduk dan kembali bekerja di meja kerjanya yang tepat berada di depan jendela. Jendelanya ia biarkan terbuka, untuk membawa angin segar yang bercampur dengan aroma lavender yang menenangkan.

***

Hari sudah berganti malam, bulan sudah menampakkan eksistensinya. Malam ini ada dua anak manusia yang saling berdebat, memperkuat opini masing-masing untuk mencari mufakat.

"Sudah ku bilang, lenyapkan saja mereka semua."

"Mereka punya keluarga Hen, orang yang menunggu di rumah."

"Orang seperti mereka tidak mungkin memiliki hal itu Wen, mustahil!"

"Henry!" Wendy berteriak memperingati, "Aku ketua mu, dengarkan aku." Katanya.

Henry tertawa, "Oh, begitu."

Ceklek!

Sebuah pistol diacungkan ke arah Wendy. Wanita itu diam tak berkutik, menatap terluka.

Diseberang meja, Henry sedikit tersentak.

"Maaf, tapi aku tidak menerima pendapat mu itu." Kata Henry sebelum melepaskan pelatuk dan peluru di dalam pistol itu sekarang bersarang di jantung Wendy.

Akhirnya yang tak diduga bagi Wendy sendiri, andai saja ia melarang membawa senjata kedalam rapat, tidak, andai saja ia tidak terlalu mempercayai orang. Henry, manusia itu berhasil membuat Wendy terluka, tak hanya raganya tapi juga jiwanya.

Hanya karena perbedaan pendapat, nyawanya terenggut. Ia bersumpah, bila saja Henry mengambil alih kepemimpinannya, alih-alih menjadi pemimpin paling disegani dan disanjung di seluruh belahan dunia, ia akan menjadi pemimpin paling tercela sepanjang sejarah yang membunuh Godmother Peony, wanita paling terhormat di dunia bawah tanah.

Ah, lalu bagaimana keadaan kakak sekarang ya? Ku harap ia tak terlalu terluka karena kehilangan ku, dan ia bisa hidup terbebas dari belenggu masa lalu lalu menemukan pujaan hati. Dan juga, tidak tenggelam dalam jurang balas dendam seperti ku.

Nah, sekarang aku sudah tidak ada penyesalan, jadi kapan malaikat datang menjemput ku?

Wendy; The Blue PeonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang