Antara

30 1 0
                                    

Gesekan ban mobil dan aspal menyisakan lukisan hitam di sepanjang jalan. Pram sudah terhempas menghantam jalan. Tidak ada yang menyaksikan kejadian itu, sang empunya mobil tancap gas meninggalkan Pram tergeletak bersimbah darah. Kaca bagian depan mobil retak, pertanda hantaman yang terjadi cukup keras.

Pram menerawang menatap langit. Sisa hujan masih tampak di antara pohon ketapang di tepi jalan. Lengang.Sekujur tubuhnya kaku, tak mampu digerakkan. Dalam pikirnya terlintas, Apakah aku sudah mati? Perlahan kegelapan mulai menyelimuti pandangan, tidak terdengar lagi riuh dunia luar.

Pram membuka matanya, sekelilingnya putih tak bernoda sedikit pun. Putih menyilaukan seperti ada cahaya yang menerangi. Seseorang memegang pundak Pram.
"Ibu?"

Wanita itu tersenyum tipis, mengangguk. Raut wajahnya teduh. Mengenakan baju berwarna biru muda. Pram menyeruak memeluk wanita yang disebutnya Ibu itu. Lama sekali. Bumi mungkin sudah ribuan kali berotasi. Ia tidak ingin melepaskannya lagi. Sang ibu membelai lembut anak semata wayangnya itu.
"Aku rindu Ibu. Maafkan Pram yang jarang pulang" ucap Pram dalam dekapan.
Sang ibu menghela nafas, "Pram, Pulanglah nak"
Dalam pelukan itu, Pram terbuai rasa nyaman hingga tak mendengar yang diucapkan sang ibu. Kemudian Ia mengulanginya lagi.
"Pram , Pulanglah Nak"
Masih dalam dekapan, Pram mendengar seraya bertanya kembali, " Kenapa aku harus pulang bu? Aku masih rindu Ibu. Memangnya kita ada dimana?
"Kita sedang di Antara, Pram" jawab Sang Ibu
"Di Antara? Aku tak paham bu" Pram masih belum melepaskan pelukannya.
"Pulanglah nak, masih belum waktunya kamu kemari. Jaga ayahmu" sang ibu menjawab tenang
"Apakah kita di Surga bu?" tanya Pram kebingungan
"Bukan, Nak. Kita belum di surga. Kita berada di Antara. Antara akhirat dan dunia. Ibu sering sekali pergi ke sini, melihat dirimu dengan segala pekerjaanmu itu. Dan Ibu sebetulnya terkejut dengan keberadaanmu disini"
Pram menatap sang Ibu. Ada partikel air di ujung matanya. Ia melepaskan pelukannya dan mengenggam keua tangan sang Ibu. Menciumnya lembut seperti yang dilakukannya dulu saat sebelum berangkat sekolah. Sang Ibu tampak tenang, walau hatinya sesak karena rindu. Tapi Ia tahu, mereka sudah berada di alam yang berbeda. Tapi cinta yang tetap mempersatukan mereka.
"Aku masih ingin berlama-lama disini Bu, aku tak ingin meninggalkan ibu lagi" Pram sesenggukan, partikel air di ujung mata Pram semakin banyak muncul
"Nak, akan tiba saatnya kita semua berkumpul dan tak terpisah lagi. Tapi bukan sekarang, masih ada kebahagiaan yang perlu kau raih Nak" sang Ibu masih menggenggam tangan Pram
"Tapi aku bahagia bersama Ibu. "
Ibu menggeleng.
"Pram, pulanglah Nak. Jaga Ayah dan jadilah ayah. Bimbinglah istrimu kelak menjadi anak-anak yang baik. Biarkan Ibu mengawasimu dari sini, Ibu sudah bahagia" sang Ibu melepaskan genggaman tangannya.
"Ibu.. "
Perlahan ruang putih berganti dengan langit-langit corak garis persegi panjang. Tirai hijau mengelilingi Pram yang sedang terbaring. Aroma yang khas menghubungkan indra penciumannya dan sebuah kenangan. Aroma cendana. Parfum yang selalu menjadi khas seseorang. Sesosok bayangan yang tak asing duduk di sampingnya.
"Ayah?"

ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang