Memori

31 1 0
                                    

"Ayah"

Pram meraih lamat-lamat tangan Ayahnya, hangat. Suhu ruangan cukup dingin, selimut hijau menutupi mulai dari dada Pram. Teduh tatapan Ayahnya membuat atmosfer kedamaian menyelimuti ruangan. Ayahnya itu menggenggam tangan Pram yang terpasang selang infus.

"Sudah sadar rupanya kau Nak? "

Pram tak menjawab hanya tersenyum. Ia sedikit pusing, kesulitan mengingat apa yang sudah menimpa dirinya. Ruangannya sepi hanya terdengar suara televisi yang dipelankan.

"Aku kenapa Yah?" tanya Pram dengan suara serak

"Kamu, terjatuh Nak"

"Terjatuh? "

Sebelum sang Ayah melanjutkan, seorang wanita sebayanya bersama gadis cilik menyeruak masuk menuju arah Pram. Dengan langkah pendeknya berlari ke samping mendekati Pram.

"Ayaaaaaaaah" si gadis histeris memanggil kegirangan

Pram masih kebingungan, siapa gadis yang memanggilnya ayah tersebut. Wanita sebayanya itu menunjukkan raut wajah cemas sekaligus gembira.

"Mas, syukur kamu sudah sadar" ujar wanita berlesung pipit itu

Pram membalas dengan senyuman, ia berusaha mengingat kedua orang itu. Namun Amigdala dan Hippocampus pada bagian otaknya kesulitan bekerja. Wanita itu mencium tangan sang Ayah, si gadis cilik masih senyum dua jari menampakkan giginya yang masih jarang-jarang.

"Nayla dan Aufy sudah menungguimu sejak tiga hari yang lalu Pram, kenapa sepertinya kamu malah bingung Pram?"

Pram hanya diam. Masih berusaha mencari memori itu. Memori yang sangat penting. Bulir keringat membasah didahinya.

"Jangan-jangan Mas amnesi.. ia" Aufy sang istri berkata terbata-bata seraya menutup mulutnya.

Nayla menatap kedua orang tuanya heran. Ada apa yang sebetulnya yang terjadi, mungkin begitu pikirnya. Rambutnya yang dikuncir bergerak kesana kemari terayun-ayun.

"Ada apa ini sebenarnya Yah?" Pram bertanya kembali

Sang Ayah melanjutkan penjelasannya.

"Kamu terjatuh Pram, saat hendak mengambil mangga dari halaman rumahmu. Setelah itu kau pingsan, baru sadar sekarang ini setelah tiga hari yang lalu"

Pram mulai mengumpulkan tenaganya kembali untuk mengingat, sekejap ia teringat sang ibu. Pandangannya menatap sekeliling tak dijumpainya bidadari pertama yang ditemuinya semasa hidup.

"Ibu mana Yah?"

Aufy mulai tak bisa membendung air matanya. Nayla ikut-ikutan menangis. Ia merasa sedih melihat ayahnya menganggap ia orang asing.

"Ibu sedang ke Mushola, sebentar lagi juga datang. Nah itu ibu' Sang ayah menjawab seraya mengalihkan pandangan ke arah orang yang sedang masuk.

Sosok ibu yang ditemui Pram di Pusara, kemudian di Antara, tapi ia masih sosok nyata. Berdiri dihadapannya dengan rambut putihnya yang khas.

"Ibu"

Pram berusaha duduk dari tempat tidurnya, tergopoh-gopoh. Dibantu sang Ayah dan Aufy. Sang Ibu mendekati kemudian memeluk anak sematawayangnya itu. Air mata meleleh membasahi pundak ibu. Pram betul merindu. Tak mau lagi berpisah. Entah apakah dialaminya itu hanya sepotong mimpi berbalut memori kah, hingga menjadi sebuah pelajaran penting baginya. Setiap momen kehilangan maupun pertemuan, semuanya tergambar begitu jelas.

Ruangan itu penuh dengan kehangatan menjalar, semuanya ikut dalam lingkar pelukan. Berikanlah pelukan seakan itu menjadi pelukan yang terakhir kali diberikan. Sama halnya memberikan kebahagiaan, lepaskanlah rasa batas membatasi dalam melakukannya. Jangan biarkan jarak dan waktu merenggut kebersamaan dengan orang yang dicintai , sehingga hanya sebuah sesal yang kita rasa di kemudian hari.

Walau Pram masih berusaha mengingat siapa Aufy dan Nayla, tapi ia yakin kedua perempuan itu adalah orang yang amat ia cintai dan mencintai dirinya. Kejadian ini membuatnya merasa terlahir kembali, seperti bayi suci yang belajar akan sejatinya kasih sayang. Kepada orang tua, kepada keluarga.

Sebuah reinkarnasi diri.

"Berikanlah kebahagiaan kepada orang yang kau cintai seakan kau terakhir kali memberikannya, maka keikhlasan turut mengikutinya. Segerakan bahagia sebelum sesal dirasa"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang