Bisakah?

219 29 4
                                    

"git, kalo udah selesai bersih bersihnya jangan lupa pintu di kunci". ucap seorang laki laki yang sedang merapikan meja dan kursi

"iya, pak siap" ucap gita yang sedang menyapu lantai kepada laki laki itu.

CAFE KOPIIDOL

Sebuah papan nama besar berhiaskan lampu neon yang tampak bercahaya terpampang di sebuah bangunan di pinggir jalan. tidak terlalu besar seukuran layaknya cafe cafe biasanya

yaa itu adalah tempat dimana Gita bekerja. menjaga cafe dari pulang sekolah sampai larut malam adalah hal yang biasa dilakukan Gita sehari hari. sebagai orang yang hidup sebatang kara ia harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri. dari uang sekolah hingga makan tambahan ia memenuhinya dari hasil kerja paruh waktu. untung nya kedua orang tuanya meninggalkan rumah yang kini satu satunya hal yang diwarisan pada gita.

"huhff selesai". ucap gita setelah membersihkan bagian terakhir cafe.

setelah merapikan semua alat kebersihan gita pun mencuci tangannya kemudian keluar cafe, tak lupa ia menutup pintu cafe tersebut.

gita berjalan meninggalkan cafe tersebut. sebelum pulang kerumah ia biasanya akan menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sejenak sambil melepaskan penat.

gita berjalan menyusuri kota hingga sampai lah ia di sebuah gang sempit.
ia pun menyenderkan tubuhnya pada dinding salah satu bangunan berwarna putih. ia merogoh sakunya. tangannya mencari cari sesuatu. dapat, sebuah korek dan sebungkus rokok ia keluarkan dari sakunya ia mengambil satu rokok kemudian mementikan api. dengan kedua tangan ia melindungi api dari hembusan angin. rokok tersulut, sambil menikmati malam ia menghabiskan rokok itu.

sssssssttt, hufffff

sebuah tarikan rokok dan hembusan nafas terdengar asap menggumpal keluar dari mulut gita,

nikmatnya, jika ada kata kata yang keluar dari mulut gita, mungkin kata itu yang cocok untuk mendeskripsikannya.

rokok yang tadi utuh kini hanya tinggal seperempatnya. di tengah tenangnya malam dan nikmatnya gita merokok. tiba tiba sebuah suara terdengar dari lorong gang sempit itu.

"hooii".

dua orang laki laki bertato dan bertubuh besar keluar dari lorong gelap itu menghampiri gita.

"woyy, bagi rokok". ucap salah satu dari laki laki itu

gita tidak menghiraukan dan lanjut menikmati rokonya yang tinggal seperempat.

melihat perkataannya tidak ditanggapi oleh Gita kedua laki laki itu marah dan salah satu dari mereka menghempaskan bogem mentah ke arah wajah gita.

"si anjeng kalo di tanya jawab" ucap salah satu dari keduanya sambil melayangkan pukulan.

buggg

tinju itu pas mengenai pipi kiri gita. gita terpental, jelas saja siapa yang tidak terpental jika di pukul orang yang dua kali lipat lebih besar dari badannya. gita hanya bisa meringis kesakitan dan melempar tatapan tajam ke arah kedua laki laki itu. pukulan kedua terayun dari laki laki itu, siap menghajar wajah gita. namun kali ini ia lebih siap dari sebelumnya. ia menangkis tangan laki laki itu walapun sedikit terpental karena kuatnya tenaga laki laki itu. ia pun membalas pukulan laki laki itu dengan sebuah tendangan kedepan

buggg

tendangan keras gita tidak bisa melumpuhkan laki laki itu, hanya membuat laki laki itu mundur 3 langkah.

belum sempurna ia menurun kan kaki. sebuah tendangan dari samping melayang menghantam tubuh gita
alhasil ia ambruk terjatuh menghantam tembok. topi yang dikenakan gita ikut terhempas. tendangan keras itu terayun dari teman laki laki tadi karena tidak terima dan membalas tendangan gita.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang