Pertolongan

189 26 6
                                    

Kyuhyun Hyung memaksa mereka langsung berangkat ke sekolah. Hampir mengiyakan, takut terlambat, tapi Hajun segera berlari ke minimarket di dekat halte bus untuk melihat jam. Masih ada waktu setengah jam lagi, jika mereka berlari meminta tolong siapapun, masih cukup untuk sampai ke sekolah tepat waktu. Begitu kembali dari minimarket, Hajun melihat Hyung-nya telah sendiri. Hajun menyapu jalanan, rupanya Yejun sedang berlari di ujung sana, menjauh, dan berseru padanya kalau sang kakak kembar mau pulang sebentar.

"Ini, Hyung," Hajun menyerahkan tisu yang dibelinya di minimarket.

Dipandanginya wajah marah sang Hyung setelah Yejun kabur. Hajun tak membela Yejun, namun perasaan si kembar sudah terhubung. Firasat Hajun, kakak kembarnya mencari bala bantuan. Jarak halte ke rumahnya sekitar 5 menit jika berlari dengan stamina Yejun. Bocah itu kabur sebelum Kyuhyun bisa mengomel padanya.

Beberapa menit, yang Kyuhyun lakukan hanya menyumbat hidungnya dengan tisu dari Hajun. Sementara adiknya duduk di kursi halte tepat di sebelahnya, menunggu Yejun kembali.

"Nanti Hyung antar bekal ke sekolah lagi," ucap Kyuhyun memutus hening.

Hajun langsung menoleh. Kyuhyun mimisan. Sang Hyung juga kembali menampakkan tatapan kosongnya yang mengarah ke jalanan. Raut berpikir keras Kyuhyun Hyung begitu jelas di mata Hajun. Melihat sang Hyung sibuk mengambil lembaran tisu untuk menyumbat darah sambil melamun, Hajun diam saja. Hajun menggoyangkan kakinya sambil duduk manis.

"Mau makanan seperti kue atau bunshik? Atau mau yang lain? Nanti Hyung bawakan." Kyuhyun memintal selembar tisu lalu memasukkannya ke sebelah hidung, menyumbat lubang hidungnya yang tak henti mimisan.

"Tapi kalian harus memakannya, jangan seperti kemarin..."

"Hyung," panggil Hajun, menoleh, sedikit terkesiap menatap darah yang ternyata kini lolos dari hidung sang Hyung yang belum disumpal tisu. Hajun ikut menarik lembaran tisu lagi, lalu menyumbat lubang naso satunya, "hentikan ini dulu, baru Hyung pikirkan aku dan Yejunnie."

Ia menerima perlakuan Hajun, merengut, lantas berdecih kecil, "Arraseo."

Adik-adiknya selalu pintar dan memahaminya. Kyuhyun menggigit bibir, membasahinya karena mendadak terasa kering. Kalau tadi cuma sebelah yang disumpal, jadilah Kyuhyun memintal tisu lagi untuk menyumbat kedua lubang nasonya yang berdarah. Wah, Kyuhyun mimisan cukup banyak. Ia mendongakkan kepala sambil membenarkan sumpalan tisu.

"Aku masih punya uang untuk jajan di kantin, Hyung. Karena bekal Hyung kemarin-kemarin, uangku masih sisa saaangat banyak!"

"Hm?" Kyuhyun agak lama mencerna karena mimisannya.

"..."

"..."

"Gomawo, Hyungie."

Keheningan terjadi beberapa detik. Kyuhyun mengerjap. Dibanding Yejun yang suka berterus terang, Hajun adalah si pemberi ide yang pemalu. Hajun menatap ujung sepatunya usai bicara. Dari ekor matanya ia melihat Kyuhyun Hyung menoleh padanya.

"Eoh?" sahut Kyuhyun.

Hajun tertawa pelan, membalas pandangan bodoh sang Hyung. Apalagi dua lubang hidung yang disumbat tisu kini malah membuatnya sedikit geli, menambah tampang bodoh dua kali lipat. Kyuhyun Hyung terkadang lebih imut daripada ia dan kembarannya.

Anyeong? Bye Bye...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang