When I Touch Her - O3

27 4 0
                                    

Maniknya tanpa henti melirik pemuda di samping tengah sibuk mengemasi barang-barangnya masuk ke dalam ranselnya dengan tergesa.

“Mau pulang bersama?”

Sudut bibirnya terangkat diam saat Riki tiba-tiba menghentikan pergerakannya, lekas menolehkan wajahnya padanya.

Dari rautnya, Areum sudah tahu kalau Riki terkejut mendengarnya penuturannya.

“Kamu—”

“Aku mau,” potong Riki, “pulang bersama kamu.”

Senyumnya mengembang lebar, menunjukkan rasa puas tengah mengajak lelaki itu pulang bersama.

Sebenarnya, Riki berpikir bahwa dia bisa bertemu dengan Yuna tetapi malah berduaan dengan Areum membuatnya terdiam.

Selama mereka berjalan menuju ke tujuan, Areum sebelumnya senang namun melihat reaksi Riki tak seperti pertama kali ia melontarkan pertanyaan membuatnya bingung.

Sebenarnya, Riki itu berpikir apa sehingga wajahnya berubah secara cepat.

Areum membenci suasana kaku dan canggung, dia memindai seluruh pandangnya dan matanya tertuju pada toko di sana.

“Riki, aku mau membeli minuman, apa kamu mau?”

Areum bertanya dengan lembutnya, tak membuat Riki tersadar dari lamunannya.

“Riki...”

Hingga gadis itu berkali-kali memanggilnya dengan lembut — tetapi tak berhasil.

Areum berdecak sebal, mendaratkan telapak tangannya pada lengan pemuda itu begitu keras.

Riki menoleh dengan mata membulat lebar dan meringis sambil mengelus-elus lengannya.

Riki mengumpatnya dalam hati, tenaga apa yang ada dalam tubuhnya, pikirnya sambil melirik kesal.

“Jangan salah paham, aku memanggil namamu sadari tadi, tapi engkau tak menjawab maka aku berbuat begitu agar engkau merespon aku.”

“Ada cara lain selain ini, ‘kan?”

Areum mengacuhkan bahunya; memang benar ada cara lain, tetapi Areum cuma ingin menyentuh lengannya saja.

“Mau singgah di toko sana?”

Areum menunjukkan sebuah toko di seberang jalan sana, terlihat sepi dan tenang di sana meskipun hanya beberapa orang.

Riki diam beberapa saat, lalu mengangguk sebagai menyetujui permintaan Areum.

Areum, lagi-lagi dia tersenyum lebar.

Gadis itu mendekat dan menarik lengan Riki untuk menyeberang jalan menuju ke tempat yang ia inginkan.

Riki hendak menolak tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah diperlakukan begini.

Dia mencoba mencuri perhatian dari sang adik dahulu, barulah kakaknya.

Areum mendorong pintu toko, pintu berbunyi menandakan ada pelanggan bagi bekerja di sana.

Areum memilih tempat yang nyaman untuk mereka berdua, membuat Riki merasa kagum saat gadis itu sangat handal mencari tempat yang selesai baginya.

“Mau makan apa?”

Riki menatap buku yang dipenuhi dengan nama-nama makanan di sana, dia mengernyitkan keningnya, dia masih belum mengerti tentang bahasa Korea.

Meskipun lancar berbicara, dia kesulitan dalam membaca.

“Terserah.”

Areum menggulingkan bola matanya jengah; “ayolah, di dalam menu itu tidak ada makanan namanya yang terserah.”

When I Grow Up • Riki YunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang