All the characters, events, and the storyline are just a fiction. So let the fiction just live here, no need to be brought to real especially disturbing the life of characters's face claim.
Enjoy reading!
T H E
P R 0 L O G U E
☄︎
The end of August, 2010. Dream High School's Committe Room. Surat Peringatan.
"Sudah saya peringatkan dari awal untuk tidak banyak alasan saat penagihan SPP, Amora! Sudah menunggak empat bulan, tapi kamu masih berani bikin alasan. Memang kamu nggak malu berhutang banyak padahal temanmu yang lain sudah pada lunas?"
Setumpuk kertas dijatuhkan dengan keras di atas meja. Berceceran, hingga jatuh menyentuh sepatu lusuh gadis itu.
"Ini peringatan terakhir untuk kamu, Amora. Bayar bulan depan, atau saya dengan terpaksa menghapus nama kamu dari daftar siswa. Paham?"
Amora mengangguk. Jantung, hati, dan paru-parunya akan mati jika dia ditahan lebih lama lagi di ruang megah ini. Ketiga kalinya berdiri di ruang komite sekolah dengan secarik kertas peringatan berhasil menekan batinnya amat dalam. Kepalanya pening, raganya remuk, pikirannya penuh. Dalam sekejap, memori gadis itu berputar. Sel dalam otaknya terus mengulang kalimat yang sama.
Amora, masa depan cerah untuk orang seperti kita itu cuma fatamorgana.
Persetan. Selama kakinya bisa berdiri dengan tegap, uang masih bisa ia dapatkan. Jika ia memiliki pekerjaan tambahan, berarti ia punya uang lebih. Jika punya uang lebih, maka ia bisa membayar SPP. Jika ia membayar SPP, berarti tidak ada drop out. Jika tidak ada drop out, berarti ia tetap sekolah. Jika tetap sekolah, kemungkinan besar masa depannya cerah.
Jika masa depannya cerah, ia akan bahagia. Jika ia bahagia, ia akan hidup lebih lama. Sangat lama, hingga ia siap menukar apa saja untuk mati lebih cepat.
Amora, ternyata masa depan yang cerah itu memang tidak ada.
☄︎
Winter make you lost, but Spring will hold you tight.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
