Prolog

696 37 3
                                    

"res! Awas!"

Brukk

Sebelum ia sempat menoleh kepalanya lebih dulu terkena bola dari arah belakang, entah siapa yang melemparnya, kepalanya sangat pening akibat hantaman dari bola yang pastinya di lemparkan dengan keras. Ia menoleh kebelakang untuk melihat si pelakunya.

"Gue bilang juga awas, kena bola kan!" ucap seorang siswa yang tak lain adalah pelaku dari orang yang melempar bola.

"Kamu harus bertanggung jawab, arell"

"Gue ngga sengaja vares" belanya yang tak lain adalah Arellano Adlelion. Pemuda yang kerap di panggil arell itu adalah salah satu siswa di SMA Xanders, salah satu SMA favorit di kotanya. Arell juga mempunyai wajah yang putih dan bulu mata yang lentik dan membuat pemuda itu terlihat manis. Arell juga kerap di cap sebagai anak pembuat onar akibat ulahnya yang terbilang cukup berandalan, tapi di balik sifatnya itu ia juga termasuk siswa yang cerdas dan berprestasi. Maka pihak sekolah tidak tega jika harus mengeluarkannya dari sekolah akibat ulahnya.

Vares Dovandres, merupakan putra bungsu dari keluarga xavieron, keluarga yang sangat di segani orang-orang karena memiliki cabang perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik, Busana, Kelapa sawit dan Produk di bidang tekstil. Mereka mempunyai 3 putra yaitu Javelo Dovandres, Melzio Dovandres, dan putra bungsunya Vares Dovandres. Ketiganya adalah penerus dari keluarga Dovandres. Ketiganya memiliki kepribadian yang sama, sama memiliki sifat yang dingin. Meskipun begitu mereka adalah anak yang penyayang terhadap orang yang sudah di kalim sebagai miliknya.

"Gue udah bilang ngga sengaja. Ngerti?" Vares menaikan satu alisnya menanggapi arell di depannya. Sebenarnya ia sama sekali tidak peduli dengan kejadian tadi, tapi ia hanya ingin sedikit menggoda sosok di depannya ini. Ya dia memang tertarik dengan arell sejak ia berpindah ke sekolah milik keluarganya.

"Lo ngerti ngga sih!" Geram arel karna tak kunjung mendapat jawaban dari vares yang malah fokus menatapnya dengan mata tajam elangnya.

Vares berdehem pelan. "Obati luka saya di ruang osis, saya tunggu 15 menit" ucap vares tiba-tiba lalu pergi meninggalkan arel yang masih menatapnya dengan geram. Wajahnya sangat lucu ketika marah. Dengan wajah yang merah karna terkena sinar matahari hari di tambah muka kesalahannya, ohh itu sangat menggemaskan pikirnya.

"Ck iya, iya" ucap arell pasrah. Karna mau melawan bagaimana vares akan tetap menang menghadapinya.

***

Arell sudah sampai di depan pintu ruang osis, dirinya masih merasa ragu-ragu saat membuka pintunya. Tunggu-tunggu kenapa harus ragu? Ah sudahlah, ia hanya tinggal mengobati luka sang ketua osis lalu urusannya sudah selesai kan?

Arell menghela napas pelan lalu mendorong pintu ruangan tersebut dengan keras. Orang-orang yang beda di sana langsung menatap ke arah sang pelaku, arell hanya meringis melihat tatapan dari mereka, termasuk vares yang menatapnya tajam.

"Ahaha maaf mengganggu" ucap arell sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Vares hanya berdehem lalu mempersilahkan arel untuk duduk di kursi depannya. Sedangkan arel hanya menurut karena tidak ingin memperpanjang masalahnya.

Keduanya sama-sama diam, ntah lah mereka juga tak mengerti mengapa suasananya menjadi canggung seperti ini. Arel yang sibuk dengan fikirannya dan Vares yang sibuk dengan berkas di depannya.

"Res" panggil arel pelan. Vares mengalihkan atensinya menatap si pemuda.

"Tunggu sebentar" balas vares dan hanya di balas anggukan oleh arel. Sebenarnya ia merasa bosan hanya melihat vares yang sibuk dengan berkas di hadapannya, tapi ia lebih memilih menahannya. Takut jika dia malah membuat masalah baru dan harus berurusan lagi dengan sang ketua.

Sebenarnya, arel sangat tidak suka jika harus menunggu. Jika saja ini bukan karna terpasa ia pasti sudah malas dan akan memilih untuk pergi ke kantin, apalagi ia harus duduk berhadapan dengan raja sekolah ini. Ya meskipun jika di lihat-lihat dari jarak yang dekat memang vares mempunyai wajah yang tampan, mata elang yang tajam, dengan rahang yang tegas. Tidak salah jika para siswi maupun siswa mengaguminya dan mengidolakan sebagai raja Xandres.

Sudah hampir lima belas menit tapi vares tak kunjung selesai dengan tumpukan di hadapannya, Arel yang melihatnya sudah sangat lelah dan merasakan kantuk yang mulai menyerang. Tapi masih ia tahan karna sang pemuda masih menjadi kehormatan dirinya.

Arel menelusupkan wajahnya di antara kedua tangannya yang di lipat di atas meja. Dirinya sudah tidak tahan lagi karena terlalu mengantuk, juga sedari tadi ia hanya diam dan sesekali bersenandung kecil. Matanya ia tutup perlahan untuk menyusuri alam mimpinya.

"Dia tertidur?" Guman vares. Sebenarnya ia tak mengacuhkan arel dan lebih memilih tumpukan berkas di depannya, tapi ia juga sesekali melirik kearah Arel yang nampak bosan menunggunya hingga tertidur. Ah ini salahnya, seharusnya ia memberikan sedikit pekerjaan agar pemuda itu tidak meras bosan menunggunya.

"El, bangun. Saya sudah selesai" ucap vares sambil menggoyangkan bahu arel pelan. Sedangkan sang empunya hanya menggeliat pelan.

"Baby, Wake up"

"Lima menit lagi plis" ucap arel masih menutup matanya.

"Bangun atau cium, hm?" Goda vares.

Arel langsung membuka matanya lebar ketika mendengar ucapan vares tadi. Apa dia bilang tadi? Cium? Apakah ia tidak salah dengar?

"Hah apa res?" Tanya Arel ketika sudah sadar sepenuhnya.

"Tidak" elak vares.

"Lo tadi ngomong" sarkas arel. Ia yakin tadi vares mengatakan sesuatu, hanya saja kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya. Vares hanya terkekeh melihat reaksi arel yang sangat manis di matanya. Ah mungkin bukan di matanya saja? Tapi semua orang pasti berfikiran sedemikian.

"Tidak merasa lapar?" Tanya vares mengalihkan topik.

"Laper lah. Nunggu lo itu kayak nunggu kucing ganti nama jadi keroppi" ucap arel dengan wajah kesalnya. Vares gemas sendiri melihat ekspresi wajah arel saat merasa kesal.

"Ingin makan sesuatu?" Tanya vares lagi.

"Apa aja" balas arel lalu fokus dengan handphone di tangannya.

"Tunggu sebentar" ucap vares sebelum mengambil handphonenya dan menelfon seseorang untuk memesankan makanan untuk dirinya dan juga arel. Arel hanya berdehem sebagai jawabannya.

Tak butuh waktu yang lama, kini makanan yang vares pesan sudah tertata rapi di atas meja yang tadinya berisi banyak berkas berkas yang entah apa isinya. Sekarang di ruangan itu hanya berisi vares dan arel seorang, karena vares tadi menyuruh semua yang berada di ruangan itu untuk keluar dan hanya menyisakan dirinya dan arel.

"Gila res, ini semua yang mau ngabisin siapa?" Ucap arel dengan wajah kesal dan terkejutnya. Ya yang benar saja vares memesan banyak sekali makanan dan sudah tertata rapi di atas meja.

"Kita" jawab vares tenang.

"YANG BENER AJA LO!" Teriak arel frustasi.

"Sudah jangan protes" ucap vares lalu memakan makanannya. Arel hanya menghela napas pelan lalu ikut memakan makanan yang sudah di hidangkan itu.

***

Tbc..

Nggk jelas ya? iya lah soalnya gue dapet ide pas lagi nyapu dan langsung gue ketik hehe

Prolog sampai sini dulu ya, di tunggu next chapternya ngab..

Jangan lupa ninggalin jejak biar gue makin semangat buat nulis😪

ArvaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang