Keduanya kini hanya diam, mereka sekarang tengah berada di ruangan khusus milik Vares.
Sebenarnya Arel sangat membenci suasana seperti ini, hening dan hanya ada suara lembaran kertas yang sedang di bolak balik, melihat deretan huruf dengan teliti. Maka dari itu Arel memilih untuk membuka suara terlebih dahulu.
"Res, luka lo juga nggak parah-parah banget, jadi lo bisa obatin sendiri kan?" Ucap Arel memecah keheningan di ruangan tersebut.
"Tapi saya menjadi pusing akibat ulahmu tadi" jawab Vares dramatis, padahal lukanya tadi tidak sakit sama sekali hanya saja ia sedang mengambil kesempatan untuk mendekati Arel. Sedangkan hanya mendengus.
"Tipi siyi minjidi pising" ucap Arel meniru dengan wajah yang mengejek, tampak menggemaskan sekali.
"Tapi saya tidak bohong arel" jawab Vares dramatis.
"Nggak usah drama deh, di mana lo nyimpen kotak P3Knya?" Tanya arel. Ares sedikit menggauk sebelum beranjak untuk mengambil kotak P3K yang di simpan di lemari, lalu menyerahkannya pada arel yang mana langsung di terima oleh si pemuda.
Arel mulai menuangkan alkohol di kapas yang telah ia siapkan guna membunuh kuman dan agar lukanya cepat mengering. Arel mulai membersihkan luka pada bagian kening Vares yang memang sedikit membiru akibat hantaman bola yang ia lemparkan tadi. Arel membersihkan sekaligus mengobati luka Vares dengan wajah yang amat serius dan hati-hati, takut sang empunya kesakitan, terkadang ia meringis sendiri melihatnya, tapi Vares hanya diam dan bersikap biasa saja malahan ia menatap wajah Arel yang sedang serius mengobati lukanya.
Sekarang adalah tahap memberikan salep pada bagian luka Vares agar lukanya cepet mengering dan sembuh. Arel mulai mengoleskan salep pada kening Vares dengan teliti dan berhati-hati, walaupun dalam hatinya ingin sekali menekan luka itu dengan kencang hingga sang empunya kesakitan.
Dan setelah sesi mengobati luka Vares yang di bilang tidak parah itu, sekarang Arel tengah berbaring dengan posisi tengkurap menunggu Vares mengerjakan pekerjaannya.
Sebenarnya ia tadi ingin segera pergi dari tempat ini, namun Vares menahannya dan menyuruhnya untuk menunggu hingga pekerjaannya selesai. Katanya ini hanya sebentar.
Tapi kenyataannya Arel yang memang tidak bisa jika di suruh untuk diam maka ia meminta izin pergi ke toilet sebegai alasan untuk kabur.
"Res, gue izin ke toilet bentar ya" tanya arel hati-hati.
"Tidak" jawab Vares masih fokus pada laptop di depannya.
"Gue mau pipis, kan nggak lucu kalo gue ngompol di sini" mohon Arel.
"Pakai kamar mandi yang ada di ruangan ini" jawab Vares menoleh menghadap Arel yang juga sedang menatapnya.
"Ah lo mah nggak seru" ucap Arel lalu kembali ke posisi tadi. Tengkurap dan menyelusupkan wajahnya di lengannya.
Vares menghela napas pelan lalu kembali menghadap laptop di depannya, pekerjaan sekarang terlalu banyak.
***
Sekarang sudah lewat jam para siswa pulang, ada juga yang masih menetap di sekolah entah untuk urusan ekstrakurikuler atau urusan yang lainnya.
Arel terbangun dari tidurnya karena merasa badannya yang terasa pegal. Ia mengerjakan matanya pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
Ia menjadi clingukan sendiri karena dirinya masih berada di ruang OSIS dan hanya tersisa dirinya, berarti Vares sudah pulang tapi kenapa tidak membangunkan nya?
Saat dirinya hendak beranjak dari sofa yang ia gunakan untuk tidur tadi, Vares tengah membuka pintu ruangan tersebut dengan menenteng kantung berisi makanan dan jangan lupakan kemeja yang sudah keluar.
"Habis dari mana?" Tanya Arel basa basi.
"Membeli makanan" jawab Vares lalu meletakkan sekantung makanan tadi di meja, tak lupa ia siapkan juga agar Arel nanti bisa langsung menyantapnya.
Arel hanya ber-oh sebagai jawabannya. "Eh sekarang jam berapa res?" Tanya Arel sedikit panik.
"Setengah enam kurang?" Jawab vares tanpa menghadap ke arah Arel.
"Gue cabut duluan ya, udah sore juga soalnya" ucap Arel sebelum ingin beranjak dari tempat duduknya. Namun Vares menahannya dan menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu, karna anak itu sedari tadi siang belum makan sama sekali, ya memang ini juga salah Vares juga karena membuat Arel menunggu lama.
"Habisin" tegas Vares sembari menyodorkan makanan di hadapan Arel, Arel hanya pasrah dan menurut saja, toh ia juga lapar sebenarnya.
Keduanya makan tanpa adanya percakapan. Ntah lah banyak pertanyaan yang ingin sekali Vares tanyakan pada Arel tetapi niatnya ia urungkan.
"Pulang saya anterin" ucap vares mutlak.
"Tapi motor gue gimana?" Tanya arel.
"Biar orang bawahan saya yang urus" balas vares. Arel hanya mengangguk lalu kembali melahap makanannya.
Sudah selesai dengan makan, kini keduanya sudah berada di dalam mobil mewah milik Vares, dengan Arel yang duduk di sampingnya.
Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam dengan pikiran masing-masing. Arel bermain dengan ponselnya dan Ares yang tengah fokus menyetir.
Tek terasa mobil yang di kendarai oleh vares sudah masuk di pekarangan rumah yang bisa di bilang cukup besar. Vares mematikan mesin mobilnya lalu keluar dari mobilnya menuju pintu samping mobilnya. Setelah membukakan pintu untuk Arel ia mengi langkah Arel dari belakang.
"Ayo masuk dulu res" ucap Arel saat hendak membuka pintu rumahnya. Vares hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Eh lo mau minum apa res, biar sekalian gue ambilin?" Tanya Arel yang akan menuju ke dapur.
"Air putih saja" arel mengangguk.
Tidak butuh beberapa menit, arel sudah datang dengan dua gelas air putih yang ia bawa dari dapur, lalu ia menyerahkan satu gelasnya untuk Vares yang dengan senang hati di terima oleh sang pemuda.
"Terimakasih" ucap vares sembari melihat lihat interior rumah milik Arel yang lumayan mengesankan.
"Heem" arel hanya berdehem, karna ia juga tidak tau harus mengucapkan atau melakukan apa lagi.
Vares melirik jam tangan yang ia gunakan, sudah pukul setengah enam ternyata.
"Saya pamit pulang dulu ya rel" ucap vares.
"Iya. hati-hati di jalan ya res" ucap Arel saat keduanya sudah berada di depan pintu rumah Arel. Vares terkekeh pelan lalu masuk kedalam mobil miliknya.
Sebelum vares menyalakan mobilnya, arel lebih dahulu masuk kedalam rumahnya.
Arel langsung merebahkan tubuhnya di kasur kesayangan, menatap atap langit kamarnya lalu tersenyum kecil.
"Ah iya gue belum belajar" gerutunya langsung beranjak dari tempat tidur. Arel mulai membuka lembaran demi lembaran halaman yang akan di pelajari besok, karna tidak ada pr yang harus di kerjakan ia memilih membaca materi untuk pelajaran besok.
Hingga jam menunjukkan pukul 9 malam, itu tandanya ia sudah duduk dengan buku di hadapannya selama kurang lebih tiga jam setengah. Arel kembali merebahkan badannya di ranjang, ia mulai memejamkan matanya.
"Good night, vares" lirih arel sebelum ia benar-benar terlelap.
***
Tbc...
Chapter dua selesai, gimana? Masih mau lanjut?

KAMU SEDANG MEMBACA
Arvares
Fiksi Remaja[Slow update] "res! Awas!" Brukk Sebelum ia sempat menoleh kepalanya lebih dulu terkena bola dari arah belakang, entah siapa yang melemparnya, kepalanya sangat pening akibat hantaman dari bola yang pastinya di lemparkan dengan keras. Ia menoleh kebe...