chapter 2

314 34 5
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 06:15 AM. Tetapi sudah banyak siswa maupun siswi yang sudah berdatangan menuju kelas masing-masing. Begitu juga dengan Arel yang sudah duduk di bangkunya sembari menelusupkan wajahnya di lipatan tangannya.

Merasa bosan akhirnya Arel memutuskan ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong, karna memang sedari pagi pemuda tersebut tidak sempat untuk mengisi perutnya.

Arel langsung duduk di salah satu bangku kantin yang terletak paling pojok sembari membawa sebungkus roti dan dua kotak susu coklat yang ia ambil dari salah satu meja yang tersedia beberapa macam makanan dan minuman di san. Beberapa siswa juga sama halnya dengan dirinya, mengisi perutnya yang lapar ke kantin atau hanya sekedar menumpang.

"Rel!" Sapa salah satu siswa yang baru saja masuk ke area kantin.  Yang di panggil langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Gue cariin ternyata ada di kantin" ucap siswa tersebut di iringi kekehan kecil. Dirinya mengambil duduk di sebelah Arel berada.

"Gue belum sarapan" jawab arel apa adanya. Ia kembali meminum susu kotak tadi hingga habis, lalu membuangnya ke tempat sampah yang tersedia.

"Lo mau balik ke kelas atau di sini dulu, lang?" Tanya arel ketika hendak pergi.

"Duluan aja deh lo, gue mau ngopi bentar" ucap siswa tadi, galang. Arel mengangguk dan langsung meninggalkan area kantin.

Arel berjalan sendiri sepanjang lorong koridor sekolah, sesekali membalas sapaan dari beberapa siswi yang berlalu-lalang hingga akhirnya ia sampai di kelasnya yang sudah di penuhi oleh siswa maupun siswi sekelasnya.

Sesampainya di kelas ia segera mendudukkan dirinya di bangkunya. Bersandar pada sandaran kursi, melihat teman-temannya yang sedang bercanda di kelas sembari menunggu bel masuk.

Lima menit pas sebelum bel masuk, kedua sahabatnya sudah memasuki kelas terlebih dahulu. Mereka duduk bersampingan dengan posisi Arel berada di tengah di antara Dewa dan Galang.

Banyak siswi maupun submive yang mengagumi ke-tiga siswa tersebut karena memiliki wajah yang tampan dan juga otak yang cerdas. Di balik sifat mereka yang cerdas, mereka adalah siswa yang sangat sulit untuk di atur.

"Bolos aja yuk" ucap dewa jengah menatap buku catatannya.

"Gue males" jawab arel seadanya. Ia malas jika harus berurusan lagi dengan si ketos vares itu.

"Biasanya juga lo yang ngajak" cibir dewa yang langsung di balas tatapan sinis oleh Arel.

"Males bolosnya atau males ketemu si ketos itu, rel?" Goda galang menaik turunkan alisnya.

Dewa tertawa melihat wajah Arel yang kesal di tambah lagi telinganya yang memerah akibat ucapan galang tadi.

"Diem!" Ucap arel dengan nada yang lumayan tinggi.

"Arel udah gede ternyata" kekeh dewa mengusap belakang kepala arel.

.
.
.

Setelah jam pelajaran kedua Arel merasa bosan dengan materi yang di jelaskan, maka dari itu ia memilih untuk pergi ke uks dengan embel-embel meminta izin pergi ke toilet.

Ia menetap sekeliling ruangan tersebut yang ternyata memang sepi. Tubuhnya ia rebahkan di bed UKS. Matanya menatap atap langit-langit ruangan tersebut sebelum ia pejamkan.

"Sipa yang nyuruh kamu buat bolos ke sini?" ucap seseorang yang baru saja masuk kedalam UKS.

Arel berdecak melihat kedatangan Vares di hadapannya. "Apa urusannya sama lo?" Arel menghadap ke arah Vares sebentar sebelum ia alihkan lagi pandangannya.

"Sudah jelas ini urusan saya, apa pantas seorang siswa malah berada di UKS meninggalkan pelajaran?" jelas Vares duduk di Bed yang terletak bersebelahan dengan Arel.

"Berisik gue mau tidur!" ucap vares berusaha memejamkan matanya.

Vares menghela napas sejenak, membiarkan Arel yang mulai terlelap.

Setelah 15 menit berlalu, vares memastikan jika Arel benar-benar terlelap sebelum ia gendong menuju parkiran.

Vares membawa mobilnya menuju salah satu unit apartment mewah yang terletak tidak jauh dari lokasi sekolah. Arel melenguh pelen saat merasa tidurnya terusik, vares yang faham langsung mengusap-usap pinggang Arel agar sang empunya kembali tertidur.

Jadi posisinya Arel berada di pangkuan Vares yang tengah menyetir.

Setelah memarkir mobil miliknya vares beralih keluar dengan arel berada di gendongannya, banyak pasangan mata yang menatapnya gemas tetapi. Vares tidak memperdulikannya dan terus melanjutkan langkahnya menuju apartemennya.

Arel sudah berada di kamar milik Vares yang luas itu. Sedangkan sang pemiliknya tengah sibuk berkutat dengan bahan-bahan dapur, iya dirinya sedang menyiapkan makan siang untuk dirinya dan juga Arel.

Hingga jam menunjukkan pukul setengah satu siang. Vares sudah selesai dengan aktifitasnya, dan Arel yang masih berada di kamarnya, mungkin belum bangun.

"Apa dia belum bangun?" Guman vares. Ia segera menuju kamarnya untuk membangunkan Arel yang masih setia dengan alam mimpinya.

Dan benar saja, saat vares membuka pintu kamarnya ia langsung di suguhkan dengan pemandangan gundukan selimut. Vares terkekeh gemas melihat Arel yang tidur dengan tubuhnya yang di baluti selimut.

"Wake up baby" vares menepuk-nepuk pelan pipi Arel sesekali ia gigit pelan karena gemas.

"Ungh..." Arel melenguh merasakan pipinya yang terasa basah. Arel mengucek matanya untuk membiasakan cahaya lampu yang masuk kedalam matanya.

Vares menahan tangan vares yang sedang mengucek matanya itu. "Jangan di kucek" pinta vares lalu menyodorkan segelas air putih. Arel meneguk air yang di berikan Vares, bahkan dirinya belum sadar bahwa sekarang ia tidak lagi berada di UKS. Tangannya ia bawa untuk memegang gelas tadi, lalu ia menyerahkan kembali gelas yang sudah tandas itu ke vares.

"Ayo turun, ini sudah kelewat jam makan siang" vares berjalan menuju pintu kamarnya.

"Gue mau balik ke-" ucapan Arel terpotong ketika ia baru menyadari bahwa ia sudah tidak berada di UKS lagi. "Lo nyulik gue ya res!" Ucap arel berteriak.

"Aku hanya membawamu pulang" jawab vares santai.

"Sudah ayo turun lalu makan, marahnya nanti saja" ucap vares sebelum berlalu pergi.

"Heh! Tungguin!" Teriak Arel mengejar langkah vares yang sudah berada di tangga.

"Apart lo?" Tanya arel ketika sudah berada di meja makan.

"Iya" vares mengangguk. Ia meletakkan piring yang sudah berisi dengan nasi goreng buatannya, ia tadi hanya memasang nasi goreng karena bingung ingin memasak apa.

Arel melahap makanannya dengan tenang, sesekali memuji masakan yang vares buat.

"Kapan-kapan masakin lagi ya res, enak masakan lo daripada punya ibu kantin" ucap Arel dengan cengirannya.

"Tapi tidak gratis" jawab vares dengan sebelah bibirnya yang terangkat.

"Apa bayarannya?" Tanya Arel dengan satu alis terangkat.

"Kamu jadi pacar saya"

***

Tbc..

Masih ada yang nunggu ceria itu up?

Sorry kalo ga jelas, soalnya cuma itu yang ada di otak wkwk

ArvaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang