9 - See You Again?

213 27 3
                                    

.

.

"Ada yang perlu kubantu lagi?" tanya Jeno setelah menyelimuti Jaemin

Gelengan kepala serta senyum tipis dari Jaemin menjadi jawaban dari pertanyaan tersebut

"Baiklah" ucap Jeno sambil beranjak dari kamar Jaemin

Ketika akan mematikan lampu kamar, tiba-tiba saja Jaemin membuka suaranya

"Jeno..."

"..." Jeno membalikkan tubuhnya sambil menunggu kalimat selanjutnya dari Jaemin

Namja manis itu kemudian menatap lembut sahabatnya dan berkata "Sorry for today..."

"...and Thanks for worrying me" sambungnya lirih seraya melemparkan senyum tulus pada sahabatnya itu

Mendengar itu, Jeno pun hanya mengulas senyum tipis dan menganggukkan kepalanya lalu ketika membuka pintu kamar ia berkata, "Goodnight and sleep well Nana"
.
.

Sepeninggal Jeno, nyatanya Jaemin tidak langsung menutup matanya dan tertidur. Ia justru kini tengah menatap langit-langit kamarnya sambil memutar kembali kilasan memori tentang hal yang terjadi seharian ini.

Dimulai dari kunjungan ke art museum yang menjadi keinginan Renjun sejak lama sehingga mereka memutuskan untuk mendatangi tempat tersebut, dan meskipun tidak begitu tertarik pada seni seperti namja munggil sahabatnya itu, namun ia cukup menikmati selama berada disana walaupun kebanyakan waktu ia habiskan hanya dengan terduduk menatap sajian seni yang ada disana, sambil tak lupa mengabadikan satu atau dua hal yang cukup menarik perhatiannya dengan kamera miliknya. Walaupun bersama dengan para sahabatnya, ia tak bisa menampik bahwa ada perasaan waspada yang muncul kala merasakan adanya tatapan yang selalu tertuju kearahnya, dan sepertinya juga tengah mengawasi dirinya.

Kemudian saat pergi ke taman pun, ia masih merasakan seseorang yang mengawasinya dari jauh dan kebetulan Jeno selalu berada di dekatnya sehingga ia tak terlalu merasa khawatir karena 'mereka' tidak mungkin mendekatinya terlebih ketika ada orang terdekatnya ada disekitarnya. Namun, ia tidak menyangka ketika Jeno meninggalkan dirinya sendirian, tanpa menunggu lagi 'mereka' langsung menghampirinya dan sialnya ia tak sempat untuk melarikan diri berkat kondisi kakinya saat ini. Untung saja ia berhasil meloloskan diri walaupun harus memaksakan kakinya yang terus begitu nyeri ini untuk tetap berlari menghindari kejaran orang-orang tersebut.

Jujur saja ia sangat terkejut ketika Mark tiba-tiba muncul membantunya saat ia dalam keadaan terdesak. Ia merasa bersyukur dengan kehadiran namja dingin yang merupakan sepupu dari sahabatnya itu. Karena berkatnya, ia yang hampir tertangkap lagi bisa bersembunyi dari orang-orang yang mengejarnya itu.

Mengingat Mark, juga akhirnya membuat ia kembali teringat kejadian tadi yang hampir saja berhasil pergi dari kepalanya.

"mes lèvres" refleks memegang bibirnya sendiri

Masih teringat bagaimana setelah namja itu mengucapkan kata maaf, tiba-tiba ada benda kenyal yang menempel diatas bibirnya. Lalu belum pulih ia dari rasa terkejutnya, namja itu lanjut melumat bibirnya secara tiba-tiba dan tidak memberinya celah untuk bereaksi hingga rasanya lututnya itu melemas dan sepertinya ia pasti akan terjatuh jika saja tubuhnya itu tak dipeluk dengan begitu erat.

Jujur saja ia tak pernah terbayang bahwa ciuman pertamanya akan diambil oleh namja yang bahkan baru saja dikenalnya itu dalam waktu kurang dari seminggu.

Dan kini bayangan mengenai bagaimana namja itu menciumnya kembali menari-nari di kepala cantiknya itu. Padahal sebelumnya ia sempat berhasil melupakannya karena merasa bersalah kepada para sahabatnya terutama Jeno karena telah membuat mereka khawatir.

Mi Rivalis! [Markmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang