bab 16

7 3 0
                                    

Happy reading 💐

Mendengar kabar Akari tengah di rawat di UKS kara langsung izin tak menghadiri kelas. Dia memilih menemani Akari di UKS. Saat pertama memasuki UKS melihat Akari di infus dia langsung menanyakan berbagai pertanyaan membuat Akari bingung harus menjawab apa.

Akari hanya bisa tersenyum ketika cowok itu menelangkup kedua tangannya di wajahnya sembari menanyakan apakah dia baik-baik saja. Dengan penuh perhatian kara merawat dan menemani Akari. Mulai dari menyuapinya semangkuk bubur, menyodorkan vitamin yang sudah di berikan oleh dokter, dan membantunya berjalan ke toilet untuk sekedar buang air kecil.

Jujur saja saat kara membantunya ke toilet membuat Akari canggung dan malu. Tentu aja malu, siapa yang gak malu coba di bantu berjalan ke toilet sama orang yang notabenenya adalah cowok, untung saja Kara mengerti batasan jadi dia tidak akan mengintip atau apapun itu.

Kondisi Akari sudah mulai berangsur membaik, walau sedikit lemas.

Sepulang sekolah Abe dan Barra langsung ke UKS menjenguk Akari, dan di ikuti oleh Kirei. Gadis itu juga ingin menjenguk Akari setelah mendengar kabar itu. Bukan tanpa alasan Kirei menjenguk Akari, dia tau apa penyebab Akari menjadi seperti itu.

Mereka bertiga pun memasuki UKS yang sudah ada Kara di sana.

"Haii Akari gimana keadaan lo? Udah mendingan?" Sapa Kirei pada Akari, dia duduk di kursi samping tempat tidur pasien.

"Lebih baik dari kemarin malam kak" jawab Akari dengan tersenyum lembut.

"Lo kenapa ? Gue sama Abe kemarin malam khawatir banget sama lo. Ga ada apa-apa malah sesak nafas" Barra bertanya dengan rasa khawatir walaupun kata-katanya kedengarannya nyebelin.

Akari hanya diam saja tak menjawab pertanyaan Barra. Dia terus memainkan jarinya cemas. Bukannya tak ingin menceritakan apa yang tengah dia rasakan, dan hal-hal yang membuatnya cemas, panik, dan waspada. Akari hanya merasa tak enak hati jika memberitahu temannya, kesannya terlihat merepotkan.

Kirei menyadari kecemasan yang dirasakan oleh Akari. Di genggamnya tangan Akari menyalurkan ketenangan. Akari menoleh kearah Kirei yang juga tengah menatapnya sembari tersenyum lembut kearahnya. Matanya seolah memberitahu Akari bahwa dia mengerti dengan apa yang dia rasakan.

"gapapa gue ngerti sama apa yang lo rasain, sini gue peluk. Kalo mau nangis juga gapapa nangis aja, ga ada yang ngelarang. Kita gak akan maksa lo buat cerita, selama lo belum siap" ujarnya sembari memeluk Akari, dia mengelus rambut Akari dengan lembut seperti seorang kakak yang tengah menenangkan adeknya. Tangis Akari pun pecah dalam pelukan Kirei. Rasa sesak itu kembali lagi, bayangan-bayangan sosok itu kembali muncul.

Kirei mengusap punggung Akari berusaha menenangkan gadis itu. Hal ini tak luput dari pandangan ketiga cowok yang tengah duduk di sofa sembari menatap kedua gadis yang sedang berpelukan. Mereka bertanya-tanya apa yang tengah terjadi dengan Akari? Apa karena Kirei perempuan jadi dia langsung mengerti dengan apa yang di rasakan Akari?

5 menit lamanya Akari menangis sesenggukan tanpa henti. Dengan sabar Kirei menenangkan gadis itu hingga dia sudah tidak lagi menangis. Akari mengusap sisa air matanya. Matanya sembab akibat terlalu lama menangis. Abe menyodorkan selembar tisu kearah Akari.

"Nih hapus dulu tuh ingusnya" Akari menerima tisu dari tangan Abe lalu berterimakasih padanya.

"Sudah lebih baik?" Tanya Kara

"Iyaa"

"Mau cerita sekarang atau mungkin lo butuh waktu buat cerita, kita gak akan maksa kok" kini Kirei menimpali

"Sekarang aja kak" Kirei tersenyum ketika mendengar jawaban dari Akari. Ketiga cowok itu mulai mengambil kursi, dan mendekatkan diri kearah Akari.

"Aku gak tau harus cerita mulai dari mana, tapi aku akan tetep cerita. Jadi gini akhir-akhir ini aku tuh kayak ngerasa ada yang ngawasin aku, bahkan saat mandipun aku juga ngerasa gak aman kayak ada yang ngintip, tapi kalian pasti tau sendiri kalo sekolah ini sistem keamanan nya ketat banget, gak mungkin kalo ada orang yang bakal ngelakuin tindakan buruk. Pas aku ada di luar asrama juga sama, aku selalu ngerasa ada yang ngikutin aku, sampe pada suatu hari ada seseorang orang yang terang-terangan ngikutin aku. Aku gak bisa ngeliat dia dengan jelas, dia pakek pakaian serba hitam, topi sama masker. Aku hanya ingat sama tatapan tajamnya dia yang bikin aku takut, dan gak tenang sampe aku panik kayak gini"

Silhouette (slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang