Pagi itu terdengar suara teriakan seorang gadis dari sebuah rumah yang sederhana "Ma, sebelah kaos kaki Nanda dimana?" Ya, di adalah Nanda. Seorang gadis cantik yang duduk di kelas X11 Mipa 5.
"Sudah mama katakan sebelum ke sekolah siapkan semua barang-barang kamu terlebih dahulu. Jika sudah seperti ini, kamu sendiri yang akan kesusahan" ungkap mamanya yang sedang sibuk mengupas bawang.
"Mama Nanda berangkat" ucapnya sambil mengikat tali sebelah tali sepatunya.
"Kamu harus sarapan dulu"
"Tidak ma, aku sudah terlambat. Nanti saja di sekolah"
Nanda berangkat menggunakan sepeda motornya yang berwarna biru sesuai dengan warna kesukaannya.
Seperti hari-hari biasanya, Nanda selalu telat sampai ke sekolah. Nanda adalah tipikal gadis pemalas dan juga suka ngelag. Akan tetapi dia sangat ceria dan jahil. Bagi Nanda, bangun tepat waktu di pagi hari itu merupakan hal yang sangat berat dan begitu sakral bagi remaja berusia 17 tahun ini.
Saat masuk ke kelas tentu saja siswa yang terlambat akan menjadi pusat perhatian siswa lainnya. Selain mengganggu, ternyata Nanda lupa melepaskan helmnya dan masuk ke dalam kelasnya.
"Di sini tidak ada polisi. Kamu tidak perlu menggunakan helm-mu" ucap Haikal yang sontak membuat seisi ruang kelas XII Mipa 5 tertawa dan membuat Nanda tersipu malu.
Haikal adalah seorang laki-laki tampan sekaligus nakal. Eitts tapi jangan salah, walaupun Haikal adalah laki-laki yang nakal tapi dia adalah anak yang sangat pintar dan sangat populer. Mungkin ada yang berfikir "kalau dia sangat pintar dan populer, mengapa dia berada di kelas Mipa terkahir?" Haikal memiliki alasan tersendiri mengapa dia tetap memilih untuk berada di kelas Mipa terakhir dengan nilai dan prestasinya yang begitu bagus.
Hariz Katulistiwa Pratama atau Haikal berasal dari keluarga konglomerat. Ayahnya yang bernama Katulistiwa Pratama memiliki perusahaan yang sangat besar yang telah terdiri dari beberapa cabang di luar negeri. Ibu Haikal bernama Arsyinta Widyaningrat. Dia merupakan ibu yang super sibuk karena terlalu berfokus pada karirnya. Hal itu memaksa Haikal sebagai anak tunggal selalu merasakan sepinya hari-hari yang harus ia lewati tanpa kedua orang tua yang dapat menemani langkahnya. Yaa kalo dari segi materi maybe Haikal memang sangat berkecukupan, tapi dari segi kasih sayang bisa di bilang untuk Haikal itu sangat minim. Untung saja Haikal memiliki 6 orang sahabat yang selalu menemaninya. 6 orang sahabat itu bernama Mahen, Rayhan, Jeno, Jaem, Chani dan juga Jisan.
Mereka tergabung dalam satu klub motor yang mereka beri nama "Ridin Club" yang telah mereka bentuk dari 3 tahun yang lalu dalam 7 tahun persahabatan mereka. Dari club itulah Haikal dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan layaknya sebuah keluarga. Ketua dari Ridin club adalah Mahen selaku kakak pertama. Yaa itulah panggilan Haikal dan keenam kawan-kawannya kepada Mahen.
•••••"Tringgggggg.........
Bel sekolah berbunyi yang menandakan waktu istirahat.
"Nanda ayo kita ke kantin, kalau tidak kita tidak akan kebagian kentang tornado mang Jaka". Ujar Naina yang merupakan teman sebangku sekaligus sahabat Nanda.
"Ayo, kita harus berlari secepat mungkin. Aku akan langsung membeli 3 porsi sekaligus" jawab Nanda yang membuat beberapa teman yang mendengarnya menoleh kepadanya dengan tatapan yang tak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan 2019
Teen FictionPerasaan itu bukan sesuatu yang dapat di tetapkan kepada siapa, kapan, dan apa alasan dia akan jatuh. Bisa jadi hanya karena senyuman, rasa simpati ataupun support yang berikan menjadi alasan terbesar jatuhnya perasaan tersebut kepada sang empunya...