Malam ini sama saja seperti malam-malam sebelumnya bagi Haikal. Saat pulang ke rumah tak ada yang bisa menyambutnya selain keheningan yang kadang kala di pecahkan oleh beberapa suara serangga dari luar rumah. "Sepi" adalah kata yang dapat menggambarkan perasaan Haikal saat itu. Haikal memiliki pembantu rumah tangga dan juga tukang kebun. Mereka berdua adalah pasangan suami dan istri. Namun, beberapa hari yang lalu mereka berdua izin untuk pulang ke kampung halaman karena mendapat kabar bahwa buah hati kecil mereka sedang sakit.
Setelah memandangi sebagian isi rumah mewah tersebut Haikal kemudian berlalu dan masuk kedalam kamarnya. Jam di dinding memperlihatkan pukul 11.05. Memang sudah menjadi kebiasaan Haikal setelah pulang sekolah akan bermain dan nongkrong bersama anak-anak Ridin club di basecamp mereka. Hanya dengan begitu Haikal dapat menepis sedikit rasa sepi yang selalu menghantui dirinya.
Masih dengan seragam lengkap Haikal kemudian merebahkan dirinya di atas kasur yang rasanya masih sangat dingin karena belum tersentuh dari pagi. Haikal memejamkan mata sejenak, namun entah kenapa setiap kali Haikal memejamkan mata, senyum Nanda adalah yang pertama kali menghiasi gelapnya pejaman mata tersebut.
Sesaat kemudian notifikasi berbunyi pada Hp Haikal yang mengharuskan iya membuka mata dan melenyapkan senyuman Nanda dari hayalannya.
XII Ipa 5 no teacher:
*Mutia*
"Guys siapa yang udah ngerjain tugas kimia tadi?"*Awang*
"Emang ada tugas ya?"*Jeno*
"Ada bego, gimana lo bisa tau kalo setiap kelas kimia lo kerjaannya ngorok mulu"Haikal mengabaikan pesan di grup chat tersebut hingga muncul nama seseorang yang selalu membuat dirinya bersemangat.
*Nanda*
"Oh iya, ternyata kita ada tugas kimia yaa. Baru juga mau berlabuh di alam mimpi. Udah di hempas aja ama kenyataan".*Jaem*
"Loh mah sama aja, ada tugas atau gak ada tugas tetap santai, endingnya palingan lo nyontek".*Nanda*
"Kayak lo nggak aja Jaem"Haikal hanya terkekeh dengan sedikit senyuman di wajahnya saat membaca pesan tersebut.
*Nanda*
"Btw mana nih sang juara sekolah kita, boleh lah yaa intip-intip dikit tugasnya mas"Sekali lagi Haikal hanya terkekeh membaca pesan tersebut tanpa membalasnya sama sekali.
•••••••
Pagi hari di kelas XII Ipa 5 Nanda merasa sangat cemas. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 07.15 dimana 15 menit lagi pelajaran pertama akan di mulai dan PR kimianya sama sekali belum ada yang dia kerjakan. Sudah menjadi kebiasaannya setiap kali memiliki tugas dia hanya berharap mendapat contekan dari teman-temannya. Namun berbeda dengan hari ini, dia tidak bisa berharap pada siapapun karena setiap siswa memiliki soal yang berbeda. Dia ingin bertanya kepada Naina tapi itu mustahil karena Naina sama bodoh dan malasnya seperti dirinya. Sedangkan siswa yang lain pun tak mungkin membantunya. Mereka semua sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Sebagian dari mereka juga masih bergelut untuk menyelesaikan tugasnya yang belum selesai. Saat ini, satu-satunya harapan Nanda adalah Haikal. Namun orang tersebut belum menampakan batang hidungnya sama sekali begitupun dengan 2 temannya yaitu Jeno dan Jaem. Mereka bertiga berada di kelas yang sama sedangkan Mahen dan Rayhan berada di kelas XII Ipa 3 lalu Chani dan Jisan masih berada di kelas XI.
"Good morning everybody ladies and gentleman, teman kelas kalian yang paling tampan telah hadir membersamai kalian di ruang kelas ini" itu adalah suara Jeno yang membuat seisi kelas menatapnya. Tapi hal itu sudah menjadi hal yang biasa bagi penghuni kelas XII Ipa 5. Di belakang Jeno ada Jaem dan Haikal yang acuh tak acuh melangkah ke tempat duduk masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan 2019
Teen FictionPerasaan itu bukan sesuatu yang dapat di tetapkan kepada siapa, kapan, dan apa alasan dia akan jatuh. Bisa jadi hanya karena senyuman, rasa simpati ataupun support yang berikan menjadi alasan terbesar jatuhnya perasaan tersebut kepada sang empunya...