8

2.1K 178 2
                                    

Beberapa minggu berlalu tanpa gangguan Mitsuya. [name] merasa sedikit tenang, ia berpikir itu semua karena Kokonoi yang belakangan ini selalu menempel padanya di tempat magang.

Urusan pemotretan sudah selesai, yang artinya lelaki itu tidak perlu lagi datang ke studio mereka. Kerjasama dua pihak juga tidak lagi dilimpahkan kepada anak magang, Yuzuha mengalihkan seluruh pekerjaan pada anggota lamanya.



Hal itu ia lakukan karena ia ingin menjauhkan Mitsuya dari [name]. Ia tak tahu apa yang sudah lelaki itu lakukan, Mitsuya tak mau buka suara sejak hari itu, tapi ia yakin itu bukan sesuatu yang bagus mengingat betapa ketakutannya [name] kala itu.



Dan hari ini Yuzuha yang harus berangkat menuju butik Mitsuya, untuk membahas koleksi terbaru yang akan disisipkan dalam majalah.







Bokongnya sudah menempel di ruang kerja Mitsuya selama dua puluh menit, tapi lelaki itu belum juga muncul. Kana bilang kalau bosnya masih di dalam perjalanan dan terjebak macet.



Yuzuha dengan sabar menanti temannya. Di dalam ruangan yang terbilang cukup luas, ia baru menyadari kalau lelaki itu tidak memiliki banyak barang di ruangan ini kecuali beberapa tubuh manekin sebagai model dan beberapa lembar kertas yang berserakan di atas mejanya.



Ini pertama kalinya perempuan itu memasuki ruang kerja Mitsuya. Selain memang baru belakangan ini mereka dekat kembali, lelaki itu juga bukan tipe orang yang terbuka soal lingkup pribadinya. Biasanya dia akan menyelesaikan pekerjaannya sendiri tanpa mau di lihat oleh orang lain.



Kaki Yuzuha sangat gatal, tak tahan menganggur. Akhirnya ia berdiri dan melihat ke sekeliling ruangan. Melihat kertas coretan gambar yang berserakan di atas meja, kini tangannya jadi gatal untuk merapikan meja itu.



Tadinya ia merasa ragu kalau Mitsuya akan memarahinya karena memegang kertas kerjanya, tapi ayolah, ini hanya kertas gambaran saja. Lagi pula ia hanya membantu membereskan saja, tidak memindahkan kertas itu ke meja yang lain.







Beberapa kertas sudah ia tumpuk sesuai dengan kategori yang ia buat sendiri. Kala itulah ia melihat sebuah berkas yang asing, tidak seperti berkas kerja Mitsuya yang lain. Tentu saja berbeda, lembar itu berisi data pribadi dari [name].



Mengingat kalau [name] pernah magang disini, ia langsung memahaminya. Tapi ada lagi hal yang membuatnya menjadi curiga. Beberapa lembar data orang - orang yang tertulis sebagai kerabat dari [name], termasuk orang tuanya dan teman - teman kampus [name].



Tidak mungkin data seperti ini dibutuhkan jikala hanya untuk persoalan magang. Yuzuha mulai paranoid, ia sudah memikirkan skenario terburuk dari penemuannya ini.





Meski biasanya ia tidak suka langsung menyimpulkan atau berburuk sangka, tapi ia kembali mengingat setiap pertemuan [name] dan Mitsuya yang terbilang sangat aneh.



Tangannya bergetar kecil membaca lembar demi lembar data yang ia pegang. Seluruh tubuhnya ikut bergetar saat ia membaca selembar kertas bertulis tangan yang ia curigai merupakan tulisan dari Mitsuya sendiri.



Pintu ruangan terbuka dengan Mitsuya yang menampakkan wajah lelahnya dengan beberapa tetes keringat menempel pada keningnya. Lelaki itu berlari cepat ke ruangannya saat Kana memberi tahu bahwa temannya itu ada di dalam ruangannya.







Celaka, pikirnya.



Ruangan itu tak hanya berisi soal pekerjaannya, tapi juga beberapa sosok inspiratif seperti [name] yang menjadi pioner style terbarunya. 

Dengan jelas ia menuliskan seluruh imajinasinya di buku catatan. Menandainya dengan stabilo jika imajinasi itu sudah terkabul. Sejauh ini belum setengah dari tulisannya yang sudah tercapai, dan ia masih merasa belum puas. Ditambah sekarang Yuzuha tengah membaca catatannya itu.











"A-apa ini.."

Mata perempuan itu masih terpaku pada tulisan di buku catatan.





"Menurutmu?" balas Mitsuya.





Yuzuha tak lagi bersuara. Ia mengambil tasnya di atas kursi lalu berlari keluar dari ruangan itu, meninggalkan Mitsuya yang mulai merasa terancam.







"Sudah dibaca ya"





Rencananya bisa gagal kalau seperti ini. Ia tak mau hal ini tersebar sebab ingin menjaga reputasinya tetap bersih di mata massa. 



Mengambil telepon genggamnya dari saku celana, ia menelepon seseorang yang dapat membantunya mencegah Yuzuha untuk menyebarkan hal ini.











Perempuan itu membawa mobilnya dengan tergesa - gesa. Ia tak sabar untuk segera kembali ke studio dan berbicara dengan subjek imajinasi Mitsuya. Kini ia mengerti garis besar dari masalah keduanya, yang menyebabkan perempuan itu bertingkah aneh setiap kali Mitsuya hadir dihadapannya.



Tanpa ia sadari, sebuah mobil yang sudah mengintainya dari seberang jalan melajukan kendaraannya tanpa ragu. Akibatnya, kendaraan lain yang sedang melintas harus banting setir dan saling bertubrukan. 

Mobil Yuzuha adalah salah satu yang terkena imbasnya, dan ia tak sadarkan diri.











[name] menangis. Dia tahu dalang dibalik kejadian ini, orang itu sendiri yang memberikannya pesan singkat.



Kepalanya terus memberinya perintah untuk segera pergi dari sana dan menyerah saja pada lelaki itu. Semuanya demi menjaga orang - orang disekitarnya, orang - orang yang ia sayangi dan menyayanginya. Meski hatinya menolak, tapi ia tak bisa berbuat banyak.





Di dunia yang mengedepankan harta dan kekuasaan, ia yang tak punya banyak harus rela mengikuti kemauan orang yang lebih memiliki.









Kakinya berjalan gontai. Tangannya membawa sebuah tas milik Kokonoi yang sering ditinggal disana. Ia memasukkan benda - benda milik lelaki itu ke dalam tas, lalu memesan jasa antar untuk mengembalikan tas tadi.





Mengganti kunci rumahnya bahkan membeli kunci tambahan agar lelaki yang hendak ia jauhi itu tidak dapat masuk dan mencarinya. 

Ia juga sudah mengirim pesan pada Mitsuya untuk menghentikan rencana buruknya karena ia akan menuruti semua kemauannya.







Kini semuanya berjalan mudah untuk lelaki itu. Keinginannya untuk memiliki [name], untuk dirinya sendiri akan segera terkabul. 

Meski harus mengorbankan Yuzuha, teman lamanya tapi itu semua setimpal. Perempuan itu bisa saja menghancurkan reputasinya sebagai lelaki yang dicap berhati baik oleh para penggemarnya.

Untunglah ia tak perlu mengancam orang tua [name]. Bagaimanapun juga, ia butuh restu, dan ia yakin ia bisa mendapatkan itu dengan mudah mengingat status dan harta yang ia miliki.











"[name]! Buka pintunya!"



Kokonoi sudah menggedor pintu rumah [name] sejak satu jam yang lalu, tapi perempuan itu masih tidak mau membukakan pintu rumahnya.

Bahkan perempuan itu tak bersuara untuk sekedar mengusir. Ia ingin Kokonoi berpikir kalau ia sedang tak dirumah, tapi sayang tetangganya sudah memberitahu lelaki itu kalau [name] sedang ada di dalam.



Tak mengerti dengan situasi yang sedang dialami oleh [name] membuat lelaki itu frustasi. Ia marah dengan dirinya sendiri karena tidak bisa segera mencari akar permasalahan yang kemarin ingin ia ketahui.



Sekarang [name] mengusir lelaki itu dari hidupnya dan ia masih belum tahu apa masalahnya. 







Kini ia hanya bisa bersandar di depan pintu rumah [name], berharap kalau perempuan itu akan segera keluar dan menjelaskan semuanya.

Zoilist | Mitsuya Takashi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang