.
.
."Semakin kamu pergi menjauh, semakin aku akan mendekat."
-Alatera Andhira-
...
Tera melirik jam tangannya. Lalu menatap ke depan. Menunggu kehadiran seseorang yang tak kunjung datang-datang. Hari ini ia berjanjian akan bertemu dengan Gavin di taman sekolah. Entah apa yang akan cowok itu kasih ke dirinya.
Tera membuang nafas kasar saat Gavin belum juga menampakkan dirinya. "Tuh cowok kemana sih? Lama amat!"
Tera celingukan mencari kehadiran Gavin, namun cowok itu tetap tak menampakkan dirinya.
Tera memejamkan matanya sejenak menahan kesal. "Tuh cowok jadi gak sih?" Ia melirik jam tangannya lalu menatap sekitar taman.
Kekesalan Tera mereda setelah melihat sosok Gavin yang berjalan ke arahnya.
"Sorry, gue telat!" Gavin berucap maaf.
"Kok bisa lo lama banget?" tanya Tera.
Helaan nafas keluar dari bibir Gavin. "Gue tadi habis nulis apa aja yang Alfa suka ama apa yang dia benci."
"Mana?"
"Ambil nih!" Gavin menyerahkan selembar kertas yang sudah berisi apa-apa saja yang disukai dan dibenci oleh Alfa ke arah Tera. Tera meraih kertas itu dengan senyuman. Saat membaca apa saja yang tertulis di sana, Tera mengangkat alisnya sebelah setelah menemukan sesuatu yang membuatnya penasaran. "Alfa benci suara petir?" Cewek itu mendongak menatap Gavin. "Kenapa?"
Gavin menghela nafas. "Gue kan udah pernah bilang ke lo, Alfa punya masa lalu yang buruk. Dan suara petir itu salah satu alasannya."
Tera terdiam menunduk. Ia masih tak mengerti mengapa Alfa sangat membenci suara petir. Apa karena suara gemuruhnya yang besar membuatnya takut? Tapi kenapa?
"Alfa punya trauma, trauma yang mungkin bakal susah buat lo sembuhin." Ucapan Gavin semakin membuat Tera penasaran akan sosok Alfa. Ia begitu penasaran akan trauma yang pernah dialami cowok itu.
Cewek itu kembali mendongak menatap Gavin. "Trauma apa?"
"Itu bukan ranah gue buat ngasih tau lo," pungkas Gavin.
Tera menunduk menatap kertas di tangannya. Pikirannya melayang memikirkan Alfa. Banyak hal yang ingin ia ketahui tentang cowok itu. Cowok yang berhasil menarik hatinya.
"Kalo gitu, gue cabut dulu!" pamit Gavin.
Tera mendongak menatap Gavin. Ia membuka matanya hendak bicara, namun ia urungkan. Gavin yang melihat itu mengangkat sebelah alisnya penasaran. "Kenapa?"
Tera terdiam. Cewek itu menggigit bibirnya. "Gak jadi!"
Gavin terdiam menatap Tera dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia menghela nafas. "Kalo gitu, gue cabut."
Tera mengangguk.
Gavin berbalik pergi. Tera masih terdiam di posisinya seraya menatap punggung Gavin yang menjauh. Isi kepalanya masih terbayang sosok Alfa. Ia sangat penasaran sosok cowok itu. Se-menyakitkan dan seburuk apa masa lalu dan trauma Alfa hingga cowok itu membenci perempuan?
***
Tera yang sedang asik memandangi dan mempelajari apa saja kesukaan dan apa yang dibenci Alfa, malah diganggu oleh Ratu yang selalu menyentuh rambut panjangnya. Entah kenapa, cewek itu menjadi menyebalkan hari ini?! Membuat Tera menjadi kesal.
Tera menepis kasar tangan Ratu yang berada di rambutnya. "Jangan ganggu gue beach, " ujar Tera dengan nada kesal.
Ratu mendengus kesal. "Bitch bego, pelafalan lo salah! Beach itu pantai, lo belajar bahasa inggris dimana sih? Bego banget!"
"Eh iya gue lupa, bego lo kan natural!" lanjut Ratu sambil menopang dagunya.
"Terserah lo deh Tu, " ketus Tera.
"Gimana kemarin? Berhasil?"
"Gagal total, soalnya gue telat. Tapi seenggaknya Gavin udah ada di pihak gue." Ia berucap dengan sombong.
"Seriusan lo?"
"Yoi my sis, Tera gitu loh!"
"Terus selanjutnya, gimana? "
"Nah, itu masalahnya. Gue udah gak tau mau ngapain lagi, rencana gue udah habis! "
"Masa lo kagak punya rencana lagi? "
"Ayolah Ratu, otak gue itu gak pinter amat buat rencana. Gue itu kan lemot mikirnya. "
"Baru nyadar lo? "
Tera mendengus kesal. "Iya gue baru nyadar! " ketus Tera.
"Terus apa yang lo baca, sibuk banget gue liat."
"Gue lagi baca apa aja kesukaan dan kebencian Alfa, siapa tau aja gue nemu ide baru. Tapi tetep aja gak nemu-nemu."
Ratu melirik kertas yang ada ditangan Tera. Alisnya terangkat satu saat membaca isi kertas itu.
"Lumayan juga ya, yang dibenci Alfa?!"
Tera mengangguk setuju. Untuk dikatakan sedikit tidak mungkin. Petir, perempuan, suara benda pecah, dan ada beberapa lagi yang dibenci cowok itu. Tapi Tera paling penasaran pada petir, perempuan dan suara benda pecah. Mengapa Alfa takut pada ketiga hal itu? Sebenarnya bagaimana hidup Alfa dulu sampai-sampai ia takut pada petir, perempuan dan suara benda pecah? Banyak sekali pertanyaan yang ingin sekali Tera utarakan, namun mungkin Gavin tak akan buka suara.
Tera menghela nafas kasar. "Gue bener-bener pusing!"
"Lo lakuin kayak biasa aja dulu, deketin dia kayak gak punya urat malu." Ratu mengusulkan.
Tera terdiam memikirkan usulan Ratu. Ia menoleh menatap Ratu. "Tapi Alfa udah muak katanya."
"Lakuin lagi aja, tapi lo lebih agresif lagi. Ngejar secara ugal-ugalan gitu, kayak di mv biasnya Nana itu loh!"
"Itu kan mv, bukan kisah nyata."
"Tapikan selalu berhasil di novel, cewek yang agresif bisa luluhin hati cowok dingin. Bahkan nih ya, di novel aja si cewek cerewet plus manja bisa luluhin cowok dingin dan cuek. Masa lo gak bisa? Berarti lo kalah dong ama yang fiksi."
"Ratu, kan lo tau sendiri kalo fiksi itu gak nyata. Jadi pasti hasilnya bakal beda."
"Coba aja dulu, gak ada salahnya kan mencoba? Lo kan juga belum punya ide lain," tukas Ratu.
----------
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY Alfarel [END]
Teen FictionWARNING!! DILARANG PLAGIAT! DAN DIHARAPKAN BAGI PEMBACA UNTUK VOTE DAN KOMEN SEBAGAI TANDA PERNAH SINGGAH!! SAYA SEBAGAI PENULIS SANGAT AMAT BERTERIMA KASIH😘❤️❤️❤️ . . . Bagaimana jadinya jika seseorang yang sudah ditolak masih saja mengejar cinta...