Hei, What Your name?

3 2 0
                                    


***

Setelah semua acara selesai, Naira pergi ke hotel yang memang sudah disediakan oleh pihak keluarganya dan pihak keluarga suaminya.

Pihak keluarga di antara mereka berdua sengaja untuk memesan sebuah kamar dari hotel ternama dengan budget yang tak sedikit. Bayangkan saja, satu malam menginap di hotel tersebut memakan uang sebesar 1 M.

Namun hal tersebut bukanlah hal sulit untuk keluarga ternama seperti keluarga Dirgantara. Keluarga yang termasuk keluarga terkaya di nomor urutan 10 di dunia. Maka tak heran jika mereka mampu untuk menghabiskan uang sebesar 1 M hanya untuk menyewa satu buah kamar dalam satu malam.

Dan kini hanya tinggal mereka berdua saja. Naira terus menerus menatap intens dengan pemuda yang sedang duduk santai di atas kasur mewah. Berpikir, bagaimana cara nya supaya situasi ini tidak terasa begitu canggung.

Sial! Kenapa hidupnya sangat tidak menyenangkan. Tepat dihari ini semua hidupnya akan berubah total. Ia hidup bersama dengan orang asing , yang ia sendiri tak tau siapa nama laki-laki yang tengah bersamanya itu.

"Permisi, Maaff emmmm mas eh, Om, eh....Emmm"

Astaga! Naira mencaci otaknya yang lemot ini. Gadis tersebut terlihat mencoba untuk berinteraksi dengan makhluk aneh yang berada depanya. Dengan wajah bingung Naira mencoba untuk bisa berbicara dengan pria yang berada di depannya itu.

"Hm?"

Naira menatap pria yang berada di depannya itu dengan tatapan tak percaya. Apa pemuda tersebut sedang sariawan kali? mungkin saja.

"Lagi sariawan ya pak?"

Hening. Sama sekali tak ada jawaban yang muncul dari mulut laki-laki tersebut. Pasti pria yang berada di depannya itu sedang sariawan, makanya ia hanya biasa hmmm saja.

"Ya udah deh pak, kalau bapak nya sariawan. Saya tinggal tidur duluan aja ya pak," gumam Naira seraya mengambil satu buah bantal.

Deg! Astaga kenapa ini? jantung Naira seakan berhenti berdetak. Ia sangat takut ketika pria asing tersebut mencengkram tangannya.

"Nama gue Arka, Gue nggak suka dipanggil bapak/ mas. Karena kita berdua seumuran," Ujar sang pemuda tersebut langsung keluar dari kamar.

Syukurlah. Naira mendengus nafasnya dengan lega. Untung saja Arka hanya mengatakan hal bukan meminta sesuatu yang aneh. Kalau sempat terjadi, sudah Naira pastikan ia akan menembak kepala Arka.

Naira terus menatap punggung Arka yang semakin lama semakin menghilang dari hadapannya itu.

"Arka. Nama yang bagus," Gumam Naira.

Kemudian gadis tersebut langsung merapikan tempat tidurnya yang sudah berantakan. Agar ia bisa tidur dengan nyaman tanpa adanya gangguan sedikit pun.

NairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang