2.

16 0 0
                                    

Play:Left and right - Charlie Puth (ft

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Play:
Left and right - Charlie Puth (ft. Jungkook)

"Kantin yuk," ujar Zhafira, teman dari Sissy. Tak lama ke tujuh temannya pun menghampiri mereka berdua.

"Kenapa lagi lo?" Tanya Alin, yang bisa dibilang lebih dekat dengan Sissy di banding teman lainnya.

"Gapapa, cuma pengen di kelas aja"

"Ga di kasih uang jajan sama mama lo lagi?" Sissy menggeleng mendengar pertanyaan Alin, "gue di kasih uang jajan sama papa gue kok"

"Terus kenapa emang? ayo jajan" ajak Tania, lalu diangguki oleh Sissy dengan anggukan pasrah.

Sesampainya di kantin, mereka duduk di kursi, dan salah satu memesan makanan.

Tania menatap Sissy, ia berniat untuk mengatakan sesuatu, "eh, tadi gue liat pagi-pagi lo di parkiran ama si Nara ngapain?"

Sissy gelagapan, ia berniat ingin menjawab tapi mulut nya sangat tak bisa di ajak kerja sama.

"Sissy Nara mencurigakan banget dah, heran gue" celetuk Naura.

"Oh, waktu itu Nara nitip sesuatu ke gue, jadinya langsung gue kasihin," jawab Sissy

"Beneran gak nih? Kalo di liat liat sih, ga meyakinkan." Kini salah satu teman Sissy yang bernama Zhafira bersuara.

"Beneran,"

Makanan pun datang, sembari dibawa oleh salah satu teman mereka, bernama Fya. Fya menaruh beberapa mangkuk bakso, dan mie ayam di atas meja.

Mereka mulai memakan makanan tersebut perlahan sehingga suara bel masuk pun terdengar. Dengan berat hati, mereka berjalan meninggalkan kantin, dan menuju ke ruang kelas.

"Cepet masuk" titah Tania. Ia menarik Areta yang berada di depan pintu, "gamauu, abis ini pelajaran mtk, males banget"

"Ngapain disini? Cepet masuk" tanpa di sadari, ternyata seorang guru sudah berada di belakang mereka. Areta pun segera bangun dan menyapa sang guru.

"Eh pak Luthfi, assalamualaikum pak, hehe" Areta mulai bersalaman dengan seorang guru atau juga wali kelas mereka yang bernama Luthfi itu, begitu juga dengan Tania.

Pak Luthfi pun masuk, lalu duduk di kursi nya. Ia memulai pembelajaran nya dengan sangat lancar.

Waktu terus berlalu sehingga tiba waktunya untuk berganti mata pelajaran. Bersyukurlah karena pelajaran kali ini sedang jamkos, jadi tak ada guru yang mengajar, dan semua murid bebas melakukan apapun.

Entah magnet darimana, para murid perempuan di kelas tersebut berkumpul di meja Sissy, seperti biasa, mereka pasti akan melakukan ghibah.

Panjang lebar mereka bercerita, canda, tawa, terdapat di dalam obrolan mereka yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk berkumpul kembali dan memainkan permainan Truth or dare

Permainan itu sudah tak asing lagi bagi para wanita muda tersebut, karena mungkin mereka sudah berkali-kali memainkan permainan itu di kelas.

Mereka biasa memainkannya secara berputar. Membuat sebuah lingkaran, menentukan siapa yang pertama, dan terus berurutan.

Kali ini yang pertama adalah Fathina, "truth or dare?"

"Truth," jawab Fathina ketus.

"suka siapa di kelas ini?" Tanya Areta, yang membuat Fathina terdiam sejenak.

"Diem ya, jangan Cepu, ntar gue pukulin Lo satu satu," ujar Fathina. Membuat semua mengangguk. Fathina memaju kan kepalanya, lalu berbisik.

"Di semester 1 sih, aku suka Adit" teman temannya langsung heboh, ada yang tertawa, ada yang terkejut, ada yang nanya mulu, ada yang teriak karena gemes.

Permainan berlanjut kepada Keyzi.

"Truth or dare?"

"Dare,"

"Cium meja Afif" kini Alin yang memberikan tantangan.

Keyzi berjalan menuju meja Afif dengan santai, lalu langsung menciumnya sejenak, toh orang nya saja sedang bermain kartu di meja paling belakang bersama teman temannya.

Sissy melirik Alin, "kenapa Lo gampang banget sih nyerahin Afif ke dia?"

Alin tersenyum tipis, "Afif suka sama dia. Dia beruntung, ga kayak gue yang cuma ngejar Afif sedangkan Afif sendiri ga ada rasa sama gue."

Sissy memilih untuk diam agar permainannya segera di lanjutkan. Mereka semua sudah duduk kembali, namun masih tak ada yang ingin bersuara, karena mereka semua tau jika Alin sangat menyukai Afif, kecuali Keyzi, ia tak tau sama sekali soal itu.

Naura pun bersuara, berusaha memecah kecanggungan dengan melanjutkan permainan ke pemain selanjutnya.

Pemain selanjutnya adalah Sissy.

"Truth or dare?"

"Aduh, perasaan gue ga enak." Sindir Sissy, saat melihat senyum di wajah teman temannya.

"Pilih dare aja yaaa" pinta Zhafira, membuat Sissy makin tak yakin.

"Yaudah dare,"

"Cium meja Nara" ucap Zhafira, yang di balas senyuman pasrah oleh Sissy.

"ya Allah, hamba ingin di jauhkan dari teman yang spesiesnya kayak gini."

"Udah ayo cepett" Sissy di dorong pelan oleh Tania ke arah meja Nara yang diikuti oleh Alin dan Zhafira.

Dengan berat hati, Sissy pun mulai menundukkan kepalanya, membungkuk badannya, dan mempertemukan bibirnya dengan Meja milik Nara.

Dari kejauhan terdapat Naura, dan Areta yang terkejut dengan kehadiran Nara yang sedang terdiam di depan pintu.

Sissy menutup bibirnya nya, namun lengannya di tahan oleh Nara, "ngapain?"

Mata Sissy membulat sempurna, jantungnya berdegup tak karuan, rasanya ia seperti hampir jatuh pingsan.

Rasa malu mengalir dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia ingin sekali mencabik teman temannya sehabis pulang sekolah nanti. Sekarang di hadapannya terdapat Nara, mukanya harus di taruh dimana?

"E-eh, aku cuma lagi.."

Nara mengeratkan genggaman nya pada tangan Sissy, lalu mendorong Sissy ke tembok, dan mengukungnya, "ngapain..?"

"Anjir.." lirih Afif, yang melongo saat melihat sumber dari suara ribut yang sedari tadi ia dengar.

Sissy gelagapan, tak bisa berkata-kata apapun lagi. Wajahnya sangat dekat dengan wajah seseorang yang ia sukai dari sejak dulu.

"Astaghfirullahaladzim, anak orang jangan ente apa-apain, stay halal brother" seorang laki-laki bernama akhdan datang sembari memisahkan Sissy dan Nara.

Zhafira, Naura, dan Alin pun berlari menghampiri mereka berdua sehabis menonton kejadian tadi. Benar, mereka hanya menonton. Biasalah, shippernya.

"hampir aja temen gue kebobol," celetuk Naura, "heh, mulut" Mendengar perkataan Naura, Zhafira pun sontak meneriaki sang empunya.

Alin, "Meja Lo cuma di cium kok Nar, kagak di jilat, kalo di jilat ntar tu meja isinya jigong Sissy, baru lo boleh marah,"

Alin menatap Sissy canggung, karena wanita di depannya ini tentu sedang memelototi nya sedari tadi, "haha, udahlah lupain kejadian tadi, gua khilaf doang"

Nara pergi, lalu duduk di kursinya. Ia menjatuhkan kepalanya ke atas meja, Sissy dapat melihat jika Nara sedang melalui masa yang mungkin saja sulit?

Sissy dan ketiga temannya pun bubar, duduk ke kursi masing-masing. Nara mengangkat kepalanya, menunduk dan menatap mejanya, lalu Mengelus meja itu lembut.

"Sebenernya apa perasaan gua ke Sissy?"

To be continue

garis takdir Where stories live. Discover now