Chapter 4

2.1K 254 40
                                    

Pagi itu, Myungho terbangun lebih awal dari biasanya. Hatinya terasa ringan, tetapi pikirannya masih dipenuhi banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Setiap pertemuannya dengan Junhui semakin memperdalam kebingungannya. Myungho merasa seperti berada di antara dua dunia—dunia masa lalunya yang penuh dengan kekerasan dan ketakutan, dan dunia baru yang tampak penuh harapan namun tetap asing baginya.

Setelah menyelesaikan sarapan, Myungho duduk di samping jendela dan menatap keluar dengan kosong. Taman yang ada di luar istana begitu indah, pemandangan itu terasa terlalu tenang dan terlalu jauh dari kenyataan yang pernah Myungho jalani.

Seketika pintu kamar terbuka dan Dokyeom masuk dengan membawa secangkir teh hangat.

"Pagi, Myungho. Apakah ada yang mengganggumu?" tanya Dokyeom dengan nada ringan, meletakkan teh itu di meja dekat tempat tidur.

Myungho menggeleng pelan, meski dalam hatinya masih terombang-ambing. "Aku hanya berpikir tentang semuanya, Dokyeom. Tentang apa yang Junhui katakan padaku semalam." katanya.

Dokyeom duduk di tepi tempat tidur dan menatapnya dengan serius. "Aku tahu itu pasti membingungkan. Tapi percaya padaku, Alpha gak akan mengatakan sesuatu yang gak dia yakini. Dia memang seorang alpha yang kuat, tapi dia juga seorang pria yang penuh kasih. Jika dia mengatakan kau adalah mate-nya, itu berarti dia yakin dengan perasaannya." katanya.

Myungho menarik napas panjang dan mencoba menenangkan dirinya. "Aku bahkan belum bisa memahami perasaanku sendiri." katanya.

Dokyeom tersenyum lembut, "Gak perlu terburu-buru, Myungho. Jangan merasa tertekan. Alpha hanya ingin membantumu, tapi dia gak akan memaksamu untuk merasakannya sekarang. Itu sesuatu yang datang dengan waktu, dan dia tahu itu." katanya.

Myungho menunduk, matanya berkilat dengan keraguan. Meski kata-kata Dokyeom memberikan sedikit ketenangan, ia masih merasa sulit untuk membayangkan dirinya berada dalam hubungan yang begitu dalam setelah semua yang telah ia alami.

"Bagaimana kalau aku gak bisa memberi apa yang dia inginkan? Bagaimana jika aku gak bisa menjadi seperti yang dia harapkan?" tanya Myungho pelan, suara hampir tak terdengar.

Dokyeom diam sejenak, lalu berkata dengan penuh keyakinan, "Kau gak perlu menjadi apa-apa selain dirimu sendiri, Myungho. Alpha melihat sesuatu yang sangat berharga dalam dirimu. Jangan biarkan keraguan itu menghalangi kesempatanmu untuk menemukan kebahagiaan." katanya.

Myungho menatap Dokyeom dengan mata yang penuh kebingungan, namun juga penuh rasa terima kasih. Kata-kata itu memberinya sedikit kelegaan, meskipun rasa takut itu masih ada, bersembunyi di dalam hati.

***

Seiring hari berlalu, Myungho mulai terbiasa dengan kehidupan baru di istana. Junhui selalu ada di sana, memberikan perhatian yang penuh kasih, tetapi juga tidak memaksanya untuk melakukan apapun yang tidak ia inginkan. 

Junhui lebih banyak menghabiskan waktu di ruang latihannya. Setiap kali Junhui dan Myungho bertemu, ada perasaan yang semakin tumbuh di dalam hati Myungho, meskipun ia tidak bisa sepenuhnya memahaminya.

Sore itu, Junhui datang menemui Myungho di taman dan duduk di samping Myungho sambil melepaskan nafas panjang, lalu menatap langit yang memudar menjadi senja.

"Kau tahu, aku jarang punya waktu untuk bersantai seperti ini. Biasanya, aku lebih banyak terjebak dengan urusan kerajaan atau latihan." kata Junhui dengan nada santai, meskipun ada sedikit kekhawatiran di matanya.

Myungho menoleh padanya dan tersenyum tipis, "Aku bisa melihat itu. Semua orang di sekitar sini terlihat sangat sibuk." katanya.

"Ya, semua orang memiliki peran penting. Tetapi terkadang, aku merasa terlalu terbebani dengan tanggung jawab itu. Itulah sebabnya aku menghargai momen-momen sederhana seperti ini. Bisa duduk bersama seseorang tanpa ada tekanan apapun." Junhui menatap Myungho dengan serius. 

SEVENTEEN : Code Five | JunHao ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang