Tokek di Dinding [Kinn x Porsche]

202 12 0
                                    

Siapa bilang rumah sultan nggak bisa mati listrik?

Gara-gara Tankhun seharian ribut pengen punya rumah pohon, Arm, Pol, dan Pete pun bekerja sama dengan susah payah untuk mempersembahkan rumah pohon buatan mereka sendiri.

Sayangnya ketiga kucrut ini lupa bahwa mereka adalah bodyguard, bukan bapak tukang. Ngaco semua kerjanya. Arm disuruh manjat buat ngukur taksiran luas rumah pohonnya, malah nggak bisa turun. Pol disuruh ambil paku malah bawa mur sama baut. Dan Pete yang bertugas motong-motong kayu pun anehnya malah motongin kayunya diatas pohon. Biar sekalian, katanya.

Karena sok ngide motongin kayu diatas pohon, gergaji yang dipakai Pete meleset, secara tak sengaja mengenai kabel listrik yang terlampau rendah di dekat situ, dan alhasil membuatnya terputus jadi dua seketika.

Seisi rumah langsung gelap total.

Kinn menghela napas begitu mendengar laporan para bodyguard-nya tentang hal ini. Sudah tentu ia tahu siapa yang sepatutnya disalahkan. Tapi Tankhun keburu melotot padanya sambil ngomel-ngomel, menolak disalahin sambil balik nyalahin kabel listrik yang kerendahan.

Akhirnya, Kinn menghubungi tukang listrik untuk memperbaiki kabel yang putus dan memanggil beberapa orang lagi untuk bikin rumah pohon buat Tankhun. Curangnya, karena tahu kondisi rumah bakal gelap total semalaman, Kinn malah kabur menyewa kamar penginapan di kota bersama Porsche.

Porsche nggak tahu apa-apa. Cuma tahu sekilas dari ketiga kawannya yang pundung saat makan malam karena merasa bersalah. Tapi perihal Kinn membawanya lari ke kota ini, ia nggak paham.

"Saya takut gelap," Kinn beralasan saat Porsche bertanya. Mereka sudah berada di sebuah penginapan kecil yang terletak agak jauh dari pusat kota. Kinn duduk di tepian kasur, sementara Porsche berdiri didepannya dengan ekspresi 'aku butuh penjelasan'.

Porsche melipat tangannya di dada. Tidak percaya. "Mafia, mafia apa yang nggak jago bohong? Yak. Jawabannya kamu,"

Kinn tertawa, mengaku bahwa ini memang akal-akalannya saja. Ia memeluk Porsche yang memutar bola mata jengah. Nggak habis pikir dengan kelakuan pacarnya ini.

"Saya pengen berduaan aja sama kamu. Nggak boleh?,"

"Bukannya di rumah juga berduaan? Sama aja, kan?," bantah Porsche. "Dan kenapa milih tempat terpencil kaya gini? Hotel bintang lima punyamu yang di kota itu kurang bagus?,"

Kekehan meluncur dari bibir Kinn, disusul oleh Porsche yang tertawa menyadari sarkasmenya sendiri. Tempat ini sebenarnya jauh dari standar seorang konglomerat seperti Kinn. Pun dari standar Porsche yang adalah orang biasa, penginapan ini kelewat sederhana. Porsche sebenarnya tak masalah. Karena kemanapun Kinn membawanya, ia menyukai tempat itu sepanjang pria ini bersamanya.

"Kamu nggak suka?,"

Porsche tersenyum. "Tengah-tengah. Nggak suka karena kamu ngajak aku ninggalin yang lain. Kasian Pete sedih dari siang,"

Kinn menanggapinya dengan senyum geli.

"Kalau sukanya kenapa?,"

Porsche nyengir. "Suka, karena yang ngajak kesini adalah kamu,"

Momen romantis adalah kelemahan Kinn. Pria itu hampir-hampir saja melayang karena gombalan manis yang diutarakan Porsche. Sayangnya, sebuah suara menginterupsi sesi bucinnya.

Kalau yang terdengar adalah suara manusia, Kinn bisa memakluminya. Penginapan ini kecil, temboknya setipis kesabaran Tankhun dan nggak mungkin kedap suara.

Tapi masalahnya, yang menjeda kegiatan mesra-mesraannya dengan Porsche adalah suara hewan. Hewan penyebut nama sendiri yang kemudian tampak oleh mata sedang nemplok dengan cantik saat Kinn mendongak ke langit-langit kamar.

Forever Home 「Thai Series Oneshots Collection」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang