Makan adalah kebutuhan. Jelas, semua makhluk mulai dari kuman seupil di kacamata Arm hingga manusia bongsor seperti Pol tentu butuh makan.
Sementara itu, tak cukup hanya dengan makan tiga kali sehari, beberapa orang bahkan menjadikan makan sebagai hobi. Salah satunya adalah Pete.
Ngeselin emang. Dibalik wajah Bebelac dan badan L-Men itu, ternyata ia diam-diam suka ngemil. Mana segala jenis makanan diembatnya pula. Nggak pake ngitung-ngitung kalori, deh.
Karena itu, nggak heran kalau makin hari Pete jadi kelihatan makin berisi. Pipinya terlihat chubby, membuat Vegas yang menyadari perubahannya geleng-geleng.
"Berapa kotak?,"
Pete yang sedang makan pizza sambil nonton Disney Luca di TV menoleh pada Vegas.
"Apanya?," tanyanya dengan mulut penuh pizza. Vegas gemas ingin menggigit pipi tembam itu, tapi ia menahan diri.
"Pizzanya. Sudah berapa kotak yang kamu makan?,"
"Cuma satu, kok!," Pete menunjuk kotak pizza di meja.
Vegas menggeleng. "Hari ini. Dari pagi sampai sore. Yakin cuma satu?,"
Sebenarnya Vegas nggak perlu nanya. Tempat sampah dapur sudah memberinya bukti empat kotak pizza jumbo ekstra keju yang semuanya tentu sudah dihabiskan oleh Pete sendirian.
Pete nyengir. Ketahuan, deh bohongnya. Ia menyodorkan sepotong pizza pada Vegas sebagai upaya penyogokan biar nggak dimarahin.
"Maw?,"
Vegas menghela napas. Ia menggeleng. "Buat kamu aja. Besok bangun pagi, olahraga sama aku,"
Pete mengangguk-angguk nurut. Rambutnya yang fluffy bergerak-gerak lucu. "Okee!,"
***
Olahraga. Vegas ngomongnya sih, gitu. Yang terbesit di benak Pete adalah olahraga ringan seperti senam, lari di treadmill, push-up, sit-up, dan kawan-kawannya.
Gampang, pikir Pete. Sayangnya, Pete lupa kalau isi pikiran keluarga Theerapanyakul nggak pernah sesimpel itu.
Esok paginya, Pete benar-benar kayak mau mati.
Vegas emang gila. Seusai stretching, ia langsung menyuruh Pete untuk lari keluar rumah bolak-balik sepuluh kali sambil dikejar tiga anak buahnya.
Untuk catatan saja kalau-kalau kalian lupa, rumah Vegas cukup tersembunyi dan akses langsung ke jalan dihadang oleh pasar. Jadi, bisa bayangkan penderitaan Pete saat harus lari ngebut melewati pasar sambil dikejar-kejar seperti maling?
Dan rupanya, para anah buah Vegas itu juga diperintahkan untuk memukul Pete kalau langkahnya sampai terkejar.
Tentu saja, meski pernah menjabat sebagai kepala bodyguard keluarga utama, Pete tetap kewalahan kalau mainnya brutal begini. Apalagi ia tidak boleh melawan. Ia beberapa kali tertangkap dan alhasil pukulan-pukulan pun mendarat di perut dan dadanya.
Pete mengumpat dalam hati. Vegas pasti juga sudah berpesan pada mereka agar tak memukul wajahnya. Besok Porsche mengundang mereka main ke tempat Teteh Yok. Vegas tentu nggak pengen kena hajar Porsche kalau sampai mereka mendapati muka Pete babak belur.
Pete berhasil kembali setelah menyelesaikan sepuluh putaran. Walau dengan napas yang nyaris putus dan beberapa lebam dibalik kaos olahraganya.
Vegas tersenyum melihat Pete yang kepayahan. Ia menyodorkan segelas susu yang langsung disambar oleh Pete tanpa pikir panjang.
Benar saja. Baru seteguk, Pete sudah menyemburkan lagi susu yang berhasil masuk ke mulutnya. Membuat Vegas seketika terbahak.
"VEGAS BRENGSEK! PEDES BANGET GOBLOK!,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Home 「Thai Series Oneshots Collection」
FanfictionKumpulan oneshots seputar bujang-bujang Thai tercinta. Random pairings dan chara x reader. Tidak ada konflik berat karena saya (masih) tidak bisa nulis konflik. Warning! Bxb. Homophobic boleh agak menjauh. Tidak mengandung mature content, tapi dimoh...