Terimakasih sudah berkunjung kehalaman, entah kedalamannya sedalam apa. Ketikan yang tak seberapa indah dengan sastra Indonesia, mohon maaf kalau kapital dipakai untuk waktu yang tidak tepat.
Ini aku, Putri Aisyah. Aku berasal dari kota Pahlawan, Jawa timur. Tak lepas, aku adalah seorang pelajar. Aku gemar menulis, sebab tak ada sanding yang tepat untuk bersandar saat aku sedang lara. Curhat ke story juga seperti orang linglung, hingga dikatain alay.
Sempat kuluapkan isi hatiku yang secara terangnya, tak sadar.. kalau aku terlalu terbuka untuk nasib nahasku. Kemudian diri ini menyesal akan kecerobohan diri sendiri, bodoh banget. Esoknya, nalar yang lama tidak terpakai ini, secara setengah matang sempat bergumam. “Kenapa tak ku jadikan saja isi curhatanku ini menjadi seni kekinian, ya?”. Diriku membalas “Emangnya, siapa yang ingin membeli seni keluh kesahnya manusia bodoh? Orang isinya hanya keluh kesah. Capek iya.”. Benar-benar bodoh. Kugapai saja pendapat nalar, hingga aku mendapatkan pujian → yang tidak tahu, apakah benar-benar nyata atau menyenangkan diriku saja. Ku teruskan saja tulisanku, ku tulis saat hatiku sedang rapuh. Sepertinya, semesta mengizinkan aku menulis secara terus menerus. Soalnya, aku mempunyai pacar yang mudah menciptakan lara untuk kalbu yang nestapa. Secara tak terduga, aku nyaris tak ingin berhenti dari ketikan.
Sssstt, lanjut.
Aku lahir di kota Surabaya, tepat tahun 2004 akhir. Cita-cita yang tak tentu, terkadang ingin menjadi guru, dokter, psikologi (pernah berfikir mengobati luka seseorang, padahal pernah menjadi luka bagi seseorang). Aku mengenal diksi puisi dari beberapa sumber internet. Yang pertama dari aplikasi video, aku sangat menghargai karya-karya. Aku tersentuh dengan video musik yang ditemani tulisan puitis. Aku menekan tanda profilnya, melihat video lainnya yang berisi quote-quote puitis romantism.
Semoga kalian nyaman membaca~
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata yang terbata-bata
Poetrykubuat ketikan ini larut saat sang surya sedang lelap. ketikan puisi / sejenisnya yang kubuat dari dalam kalbu, sampul / font aku meminjam yang entah siapa penciptanya. area ini bukan cerita sambungan, tapi keluh kesah seorang pendosa yang suka sek...