2

12 1 0
                                    

Selamat Membaca.

----

Cahaya berdiri disebuah jalanan sepi. Tatapannya kosong menghadap ke jalan raya, perlahan dia mencoba untuk meyakinkan dirinya untuk bisa melewati proses yang amat berat baginya. Dia sudah mulai kehilangan harapan, dia merasa kalau hidupnya memang tidak berguna. Bahkan untuk berpura-pura bahagia saja dia tidak mampu, lalu bagaimana caranya ia bisa menemukan kebahagiaan yang selama ini tidak pernah dia temukan. Cahaya mencoba untuk tersenyum, namun tetap saja air mata yang selalu menetes.

"Sebenarnya aku ini sudah jauh melangkah atau memang aku tidak pernah kemana-mana."

"Kenapa jalan yang aku lewati semuanya terlihat buntu, apa memang aku tidak boleh keluar dari tempat ini."

"Aku harus bagaimana." Ucapnya sembari menangis.

Cahaya menundukkan kepalanya, lalu ia melihat pergelangan tangannya yang penuh dengan bekas luka sayatan. Dia masih saja melakukan kebiasaan buruknya ketika Depresinya kambuh. Luka yang dia rasakan tidak sebanding dengan rasa bersalah yang terus menghantui hidupnya atas kematian Ibunya.

"Bunda, Cahaya harus gimana." Katanya dengan lirih.

"Cahaya mau hidup normal seperti dulu."

Cahaya terus saja merutuki nasibnya di pinggir jalan. Gadis itu tidak peduli atas tatapan orang-orang yang kini sedang menjadikannya pusat perhatian.

"Apa aku sehina itu." Ucapnya sembari menghapus air matanya.

"Aku benci dengan orang-orang yang menatapku dengan tatapan kasihan." Katanya lagi.

Cahaya cepat-cepat membalikkan badannya dan langsung pergi meninggalkan jalanan itu. Gadis itu berjalan menuju toko buku, setidaknya tempat itu adalah tempat paling aman baginya untuk menyendiri. Cahaya sangat suka membaca, bahkan saat ini dia masih suka mengembangkan bakatnya untuk menjadi seorang penulis. Ada banyak sekali tulisan yang sudah ia tulis dalam laptop pribadinya.

Cahaya melihat beberapa buku yang berjejer rapi di rak.

Ada satu buku yang mencuri perhatiannya.

"My life aint' no fun but it's still worth living and trying'."

Cahaya langsung mengambil buku tersebut dan langsung membayar di kasir.

*

Cahaya beristirahat disebuah kursi panjang yang berada di taman. Suasana sepi dan semilir angin adalah hal yang paling ia suka. Gadis itu memejamkan kedua matanya, lalu ia menghirup udara taman yang segar. Kemudian ia membuka kembali kedua matanya lalu tersenyum.

"Apapun yang terjadi, tetaplah bertahan hidup." Kalimat sederhana namun sangat bermakna. Kalimat yang sangat mudah untuk di ucapkan tapi cukup bisa membuatnya tenang.

Gadis itu membuka lembaran pertama buku yang baru saja dia beli tadi. Dia mulai membaca buku karya dari seorang idol K-Pop yang bernama Kim Namjoon. Sebuah tulisan yang sangat indah dipersembahkan untuk para penggemarnya di seluruh dunia, yaitu ARMY.

Cahaya membaca tiap bait kata dan dia begitu jatuh cinta dengan tulisannya.

I remember the words i spoke here two years ago love yourself speak yourself Now more than ever we must try  to remember who we are.
BTS Will be there for you, our tomorrow may be dark, painful, difficult. And we might stumble of fall down.
Stars shining bright when the night ia darkness.

DEALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang