"Skala, bisa tolong jemput gue nggak di depan Gramed?"
"Gak usah manja Ra, Angel lagi nggak enak badan jadi gue nggk bisa ninggalin dia."
"Tapi Ska-"
Tut ...
Huft...
Sudah biasa Amora menjadi yang ke dua setelah Angel, sahabat sang kekasih. Dimana pun, kapan pun, dan bagaimana pun Skala tetap akan selalu memprioritaskan sahabat terkasihnya itu.
Makanya ia tak terlalu berharap pada pacar nya itu, karena dia sendiri pun tau kalau Skala tidak akan pernah menganggapnya.
Amora duduk di halte setelah berjalan sedikit menjauh dari tempat awalnya. Menatapi jalanan yang selalu ramai lalu lalang kendaraan sambil mengayunkan kaki nya ke depan dan ke belakang.
Sampai 15 menit kemudian sebuah bus berhenti di depan nya. Amora pun langsung bangkit dan masuk kedalam bus.
...
Amora berjalan menyusuri koridor sekolah dengan gaya angkuhnya. Dengan tatapan tajam juga dagu yang sedikit terangkat.Para murid tidak ada yang heran lagi dengan gaya angkuh Amora itu. Sudah biasa bagi mereka melihatnya seperti itu. Menurut mereka Amora itu gadis jahat yang tak pantas untuk di temani. Makanya tidak ada satu pun murid yang mau berteman dengannya. Tapi Amora tidak peduli, toh tanpa mereka pun ia masih bisa hidup.
Sampai ia melihat Skala yang berjalan bersama teman temannya. Dan jangan lupakan sahabat tercinta Skala, Angel.
Amora terus berjalan hingga sampai di hadapan Skala.
"Ska, bisa tolong an-" belum selesai Amora berbicara, Angel langsung menyela nya.
"Skala, katanya nanti pulang sekolah bakal ajak aku jalan jalan, jadi nggk?"
"Ya jadi lah, masa aku batalin". Skala menjawab tanpa beban.
"Ska" panggil Amora dengan lembut.
Skala hanya menoleh tanpa mengucapkan satu kata pun.
"Bisa tolong anterin gue nanti pulang sekolah?" Tanya Amora masih dengan harapan Skala mau mengantarnya kali ini.
"Kan lo dengar tadi, gue mau ngajak Angel jalan". Skala memang pacar Amora, tapi ia tak pernah mau memakai aku-kamu dengan Amora. Beda hal nya jika dengan sahabatnya, Angel.
Amora mengangguk paham. Seharusnya ia tak perlu bertanya lagi, karena sudah jelas Skala tidak akan pernah mau berdekatan dengannya. Kecuali di depan orang tua Skala.
"Ya udah kalo gitu". Amora langsung berniat pergi sebelum suara Axel, sahabat Skala, mengurungkan niatnya.
"Sama gue aja Ra kalo mau pergi. Gue siap kok pergi kemana pun sama lo. Nggak kaya pacar lo itu". Ujar Axel sambil melirik Skala.
"Gue juga siap kok Ra nganter lo kemana aja. Bukan cuma si Axel. Anggep aja gue ini pacar lo". Ujar Jeno, sahabat Skala sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Apa apaan sih lo berdua?!" Sinis Skala sambil menatap tajam kedua sahabatnya itu.
"Lah, kenapa emang? Kan niat kita baik mau nganter Rara". Jeno heran, kenapa Skala seperti tak terima jika ia dan Axel berniat mengantar Amora.
"Najis banget pake Rara Rara segala". Sinis Skala.
"Suka suka gue lah. Bacot bener lo." Jeno melirik sekilas ke arah Skala kemudian beralih ke Amora.
Amora tersenyum tipis. Sangat tipis. "Thanks buat tawarannya. Mungkin lain kali aja."
...
