Dimana momen bahagia yang tidak pernah ditemui adalah hal paling menjijikkan bagi seorang aku . Menjadi manusia yang tidak di inginkan adalah nasib paling buruk yang selalu menimpa ku. Aku adalah kesialan dalam hidup,aku adalah luka dalam hidup. Aku adalah sang sakit dalam realita.
"Bagaimana sih rasanya dicintai dengan tulus?" Suara bising dari sudut ruangan membuat ku memilih menghembuskan napas berat,selalu begini. Sebab akibat aku membenci keramaian walau terkadang aku tidak menyukai kesepian.
"Woii,rasanya gimana?" Echa menguncang tubuh kecilku yang hampir terlihat seperti tulang kering. Aku menunjuk diriku sendiri,memastikan bahwa pertanyaan itu benar ditujukan padaku.
"Kamu nanya aku Cha?" Echa memutar bola matanya malas,disampingnya hanya ada aku seorang bukankah sudah jelas pertanyaan itu untuk ku? Oh aku sedang menikmati kesepian dikeramain,kebiasaan.
"Kamu nanya apa tadi?" Dan lagi Echa menghembuskan napas pasrah.
"Aku nanya,gimana rasanya dicintai dengan tulus sama pasangan kita loh Lan"
Aku terkekeh miris,mengingat bagaimana aku benar-benar tidak di inginkan setiap orang. Di dekati ketika ada maunya dan dijauhi setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Echa menaruh mata penuh harap.
"Kamu maunya aku jawab apa Cha?"
"Yaelah,segitu privasinya kamu tentang si do'i" Echa mengangkat alisnya berharap mulutku bercerita panjang lebar tentang sifat kekasih ku. Dia memiliki wajah rupawan bak dewa dan Dimata banyak orang aku adalah wanita paling beruntung telah memilikinya. Tapi realita nya aku adalah luka yang tertindih.
"Aku tidak pernah rasain itu Cha",Echa mengernyit bingung. Ia benar benar tak puas dengan jawabanku. Aku tau yang dia mau aku harus menjawab bagaimana kekasihku dengan sangat baik memperlakukan ku sesuai apa yang orang lain lihat. Nyatanya mereka tidak tau bagaimana kejamnya dunia menyembunyikan sifatnya.
"Gak pernah gimana? Siselia Bulan Purnama semua orang juga tau,Kamu itu cewek paling beruntung seantero kampus yang berhasil memiliki Rafa Aldiano" ucapannya penuh tekanan dan menunjukkan betapa beruntungnya aku.
Aku menepuk pundak Sahabat yang sudah seperti saudara bagiku. "Cha,Aku gak seberuntung penglihatan mu" memilih beranjak meninggalkan ruangan,kepalaku rasanya mau pecah mengingat moment menyebalkan dalam hidup.
Dengan lesu aku melemparkan tubuhku kekasur yang terlihat kusam dan tidak memiliki busa. Aku tersenyum kecil,jalan yang begitu rapuh untuk ku lalui. Aku benci kata beruntung , harusnya mereka tidak menyebutkan kata sialan itu.
Aku memandangi langit-langit kos yang sudah ku tempati dua tahun belakangan ini. Ini sedikit lebih nyaman dibandingkan rumah yang pernah ku jadikan tempat berpulang dua tahun lalu. Aku terkekeh miris mengingat kejadian mengerikan itu,tak terasa air mata jatuh di pipiku. Lagi? Aku merasa tidak memiliki siapa-siapa di hidupku. Begini kah aku sampai umurku sudah siap menemui ajalnya? Apa dosa nenek moyangku hingga hidupku begini? Atau memang takdirku? Atau ada karma yang harus kutanggung?
Suara notifikasi dari telepon genggam berhasil menghentikan tangisan tanpa suara olehku. Aku memandangi benda berbentuk pipih tersebut ,akhir-akhir ini kata-kata yang sering ditampilkan dilayar ponsel membuat ku prustasi karena isinya terkesan merendahkan. Notif yang dulu membuat ku ceria dan penuh semangat kini berhasil meluluh lantakkan hati dan pikiran ku. Dia adalah pria yang dua tahun lalu berhasil mengobrak-abrik perasaan ku yang sempat ku kunci rapat-rapat. Aku pernah membiarkan hatiku penuh abu dan berantakan karena dalam benakku bertemu dengan pria lalu jatuh hati adalah hal paling tidak masuk akal . Sehebat itu benteng pertahanan yang telah kubangun namun berhasil ia rubuhkan hingga membuat ku kembali percaya bahwa cinta masih bisa kuraih.
Dulu aku bercerita ria,karna aku pikir dia adalah rumahku yang sudah kutemukan. Nyatanya setelah dia tau seberantakan apa hidupku semua berubah. Dari segi bicara sampai perlakuannya pun sudah jauh berubah.
Mine : Aku tahu kamu pasti sedang menikmati duniamu sendiri, berhenti lah membuat drama. Aku muak ditanyai oleh teman-teman ku tentang mu.
Sesekali ia masih mau bertanya tentang ku dan keseharian ku. Tapi setelahnya akan ada hal baru untuk dijadikan sebagai alat memicu keributan dan pertengkaran.
Aku menggeleng kecil dalam kesepian ku,tangan mungil kering milikku meremas kuat bantal yang belakangan ini kujadikan penampungan air mataku.
Me : Seandainya aku bisa menahan luka ku,akupun tidak ingin orang tau tentang kisah pahitku.
Mine : Kamu terlalu cengeng dang sering melebih-lebihkan keadaan. Orang juga punya masalah tapi tidak secengeng kamu. Berlebihan!.
Aku sudah menduga jawaban itu dan sudah kupastikan hatiku siap mendengarkan omongan yang akhir-akhir ini setia menyapa telingaku.
Mine : Aku mau main sama teman,jangan pernah chat atau telpon . Itu menganggu bangett.
Darahku berdesir hebat,kata-kata yang selalu di ucapkan orang untuk menghindari ku. Aku mengangguk kecil,walau kutau ia tidak melihatnya.
Aku tidak memiliki tempat berpulang lagi,dulu ia adalah rumah ku satu-satunya ternyata tuan rumah tidak menyukai penghuni bermasalah.Aku kembali luruh dibalik pintu,menangis sejadinya. Segitu perihnya hidupku,segitu terbuangnya aku. Semesta benar-benar mengutuki aku sehingga jatuh menjadi debu yang akan dihempas oleh angin kapanpun harus bersiap.
Manusia dengan luka batin ternyata adalah penyakit terburuk yang tidak harus dipertontonkan dengan manusia lain.Ini adalah luka, kehancuran batin yang menguras tenaga dan pikiran. Menguras waktu dan moment serta menyiksa jiwa yang kian kosong. Menghantam tubuh yang semakin mengurus akibat pikiran dan sakit yang tidak ada obatnya. Hebat sekali Tuhan menguji umatnya. Lucu sekali ujian yang terbilang tidak adil bagi seorang perempuan tanpa saluran imun kasih sayang ini. Benar-benar menguras jiwa raga bahkan roh mungkin sebentar lagi akan meninggalkan tubuh.
Mungkin ini salahku karna terlalu egois. Aku yang selalu butuh di dampingi,aku yang terlalu manja dan atau aku yang broken home?
Wanita brokenhome tidak layak dicintai dengan hebat 🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME(?)
Teen FictionKatanya : Cinta anak perempuan pertama adalah ayahnya,namun bagaimana dengan Perempuan yang terbiasa hidup ditengah-tengah kehancuran keluarga nya apakah ia masih bisa mendapatkan cinta yang layak?. Terlepas dari itu,seorang perempuan yang tidak mem...