XI. Why?

576 45 2
                                    

"Laper banget De?" cetus Nathan sambil melihat ku yang sedang makan dengan sangat lahap.

"Banget Nat." ujarku yang masih mengunyah makanan.

Selesai makan Nathan tiba-tiba keluar, mungkin untuk sekedar duduk duduk saja.

"Ngapain duduk sendirian disini Nat? Gue malah ditinggalin makan sendiri." kataku.

"Lo mendingan masuk aja lagi. Lanjutin makannya." pinta Nathan.

"Engga ah gamau sendirian. Mau disini aja." paksa ku.

"Beneran nih? Yaudah." ujarnya singkat.

Tiba-tiba Nathan mengeluarkan sebungkus rokok dari kantung celananya dan sebuah korek api.

Kemudian ia menyalakan rokok itu dan mulai menghisapnya.

"Uhuk..uhuk.." aku sedikit terbatuk setiap ada asap rokok didekatku.

"Tuh kan jadi batuk-batuk gitu. Mendingan masuk aja." ujar Nathan sambil menghisap rokoknya tersebut.

"Gak papa Nat. Gue disini aja. Ngomong-ngomong lo udah kecanduan banget nge-rokok?"

Nathan hanya menjawab dengan anggukan kepala saja.

"Maaf, gue nanya kayak gitu gak ada maksud apa-apa kok."

"Santai aja De. Mau balik sekarang gak? Udah jam 11." tanya Nathan sambil mematikan rokoknya.

"Yaudah." jawabku singkat.

---

Aku dan Nathan berjalan ke villa dengan jalan kaki lagi. Jujur, aku sudah mulai mengantuk.

Selama perjalanan aku hanya diam dan sesekali menguap.

"Lo ngantuk?" tanya Nathan sambil merangkulku.

"Lumayan sih." jawabku singkat.

"Yaudah duduk disini dulu aja deh." pinta nya.

Nathan memberhentikan kita dipinggir jalan. Dan ia menyuruhku duduk sambil bersandar dibahu nya.

Entah apa rasanya berada bisa bersandar dibahu nya. Intinya rasanya nyaman banget. Nathan juga sambil mengelus-elus rambutku. Dia juga gak malu sama sekali kalau kita duduk dipinggiran jalan.

Tak kerasa aku sudah terlelap dibahu Nathan selama 30 menit. Kemudian aku terbangun dan melihat Nathan hanya sedang melamun seperti memikirkan sesuatu.

"Kenapa melamun Nat?" tanyaku penasaran.

"Eh udah bangun. Ngga kok gak melamun." jawabnya.

"Balik yuk. Lo gue gendong aja lagi." pintanya dan setelah itu aku langsung naik diatas punggungnya.

*Nathan Pov*
Walaupun gue juga udah ngantuk dan capek, tapi gue rela gendong Dea. Dia keliatan lelah banget.

Sekali-sekali gue liat ke Dea yang sekarang lagi ada dipunggung gue. Dia lagi tidur terlelap di bahu gue.

Jujur, dia makhluk yang paling istimewa buat gue. Gue kadang suka jahat sama dia, tapi dia malahan membalas gue dengan kebaikan hatinya.

Coba lo tau yang sebenarnya de, lo pasti bakalan ngerti.
*Nathan pov ends*

Hari sudah mulai terang, dan aku sempat kaget aku sudah berada dikasurku. Padahal semalam aku masih bersama Nathan.

"Nathan dimana Ry?" tanyaku bingung.

"Lah mana gue tau Al. Gue aja baru bangun. Dia bukannya balik ke hotelnya dia ya?" ucap Ryana.

"Tapi dia semalem jalan sama gue Ry.." cerocos ku.

"Nih ada titipan surat dari Nathan buat lo. Gue nemu di ruang tamu." cetus Bima yang tiba-tiba sudah ada dikamarku dan Ryana.

Bima menyodorkan sepucuk surat itu kepadaku dan aku langsung segera membuka isi surat tersebut dan membacanya dalam hati.

De, semalam lo ketiduran pas gue gendong, akhirnya gue bawa lo kekamar aja.

Gue jam 5 pagi harus balik lagi ke Jakarta, ada urusan. Maaf gak bisa pamit langsung ke lo nya. Have fun di Bali! Nanti kita ketemu lagi di Jakarta.

-Nathan

Air mataku kemudian menetes perlahan-lahan sehabis membaca surat tersebut. Rasanya seperti sedang terpisah dengan seseorang yang disayangi.

---

Kegiatan kita hari ini mau sekedar bersantai saja di villa. Hari ini juga hari terakhir kita semua di Bali. Besok kita sudah kembali ke Jakarta.

"Al, mau ikut gue, Fasya, sama Ryana spa gak?" tanya Dinda.

"Em engga deh kalian aja." aku menolak karna aku sedang tidak dalam mood yang bagus.

Sambil menunggu yang lain selesai spa, aku hanya duduk santai dibangku dekat kolam berenang sambil memainkan handphone.

Karna aku sempat bingung apa yang harus aku lakukan, akhirnya aku memutuskam untuk beres-beres villa sebelum kita pulang.

Saat aku sedanh menyapu ruang tamu, seketika Bima teriak dari arah kolam berenang.

"Eh kita harus ke bandara sekarang, ayo buruan masukin barang ke mobil." pinta Bima.

Kemudian kita semua bergegas memasukkan barang bawaan kita ke bagasi.

---

Akhirnya sampai juga kita di ibukota negara tercinta, Jakarta.

Rasa capai dan letih mulai terasa ketika sampai di Jakarta. Badan pegal-pegal semua.

Rasanya sesampainya dirumah langsung ingin segera menelfon ibu tukang pijit langganan untuk datang kerumah.

---

Ke esokkan harinya, aku tidak memiliki rencana pergi, melainkan hanya ingin ber-istirahat total dirumah untuk memulihkan badan.

Tiba-tiba handphone ku bergetar, seperti ada yang memberikan pesan kepadaku.

Aku langsung menggapai handphone ku yang terletak di meja samping kasurku. Dan kemudian aku melihat sebuah nama yang tertera pada layar handphoneku.

➖➖➖

Ini dia Chapter 11.
Ceritanya memang gantung. Siapa sebenarnya yang memberi pesan ke Aliya?
Jadi untuk tau kelanjutannya, ditunggu Chapter selanjutnya.

Don't forget to comment and vote!

Chapter 12 coming soon!
-Maddie

HipstercriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang