23: "Jarak"

39 8 6
                                        

"Kenapa harus ngajakin gue?" tanya Joan di belakang dengan memperdekat jarak mereka.

"Karena lo pacar gue."

Perempuan yang mengajukan pertanyaan hanya menganggukkan kepala dan kembali menjarakkan badannya. Sekilas Joan menghela napas, dia tidak tahu jika pilihannya ini baik atau tidak untuknya. Namun, sesuai dengan kata Arion, tidak ada salahnya untuk mencoba.

Maafin gue, Gas. Semoga aja ini yang terbaik, batin Joan.

Joan melempar senyumnya kepada Hana dan Jian yang juga ikut bersama dengannya karena Nadhif pun mengajak mereka. Namun, Arion dia tidak ikut karena akan menggantikan saudaranya di kafe.

"Padahal Jayden udah mau ikut," ujar Alby ketika melepaskan helm milik Jian membuat Joan menganga, sejak kapan pula mereka sedekat itu.

"Biasa aja lihatnya. Mau gue bukain juga?" bisik Nadhif ketika Joan sudah membuka helmnya.

Semenjak Jeffrian tidak ada, Joan sudah bisa membuka pengait helm sendiri tanpa bantuan orang lain lagi.

"Gak usah, udah kebuka aja," timpal Joan dan dia pun melirik Nadhif yang terus menatapnya sambil tersenyum. "Jangan begitu lihatnya!" bisik Joan dengan nada yang ditekankan.

"Jayden nyusul katanya, mau jemput ceweknya!" teriak Angga setelah menyamakan posisinya dengan Nadhif.

"Biasa aja!" Tatapan Nadhif teralihkan karena suara Angga yang sudah sama dengan rombongan para tentara dan tidak lupa satu pukulan yang ia daratkan pada bahu temannya itu.

"Jadi Arion gak mau ikut karena gak ada pasangan?" tanya Jian penasaran dan Nadhif langsung tertawa.

"Haha, bisa jadi. Dia selalu ngelak kalau sama kami, mungkin bingung dia mau bahas apa kalau kami pada bahasin kalian," jelas Nadhif.

Senyum Hana dan Jian tidak dapat ditutupi, begitu juga dengan Joan. Namun, Joan hanya merasa sedikit aneh dengan Arion, kenapa dia tidak ingin selalu bersama dengan Nadhif, berbeda dengan temannya yang lain. Padahal, saat Bagas masih ada dia tidak pernah lepas dari laki-laki itu, walau ada Joan sekalipun.

Mereka berjalan bersamaan setelah Jayden datang bersama pacarnya yang berbeda sekolah dengan yang lain. Entah apa maksud sore ini, tetapi mereka membawa pasangan masing-masing dan tadinya Joan memilih untuk bersama kedua temannya, tetapi Nadhif menarik tangannya.

"Jangan gangguin orang pacaran, mending lo sama gue aja," bisiknya dan Joan membalas dengan senyuman.

Sesekali Joan memperhatikan jam yang melingkar di tangannya, ini sudah lewat dari jam pulang, dia takut jika ayahnya malah mencari ke sekolah dan didapati sekolah sudah kosong, sedangkan Nadhif belum menemukan barang yang ingin dia cari.

"Nanti gue diantar sama Jian aja, ya? Takutnya ayah marah."

"Tenang, gue udah bilang sama Jian, sekalian Hana juga yang ngantar."

Ternyata berjalan dengan pasangan masing-masing seperti ini tidaklah semenyenangkan seperti yang dikatakan oleh orang-orang di luar sana. Mereka fokus dengan pasangannya dan Joan bingung harus berbuat apa.

Di sini pun dia sadar dengan perasaannya kepada Nadhif, 'tanpa cinta' Joan menerima laki-laki itu hanya karena Bagas yang pada dasarnya dia tidak memiliki rasa sedikit pun. Buktinya, dia tidak merasa nyaman dan bingung harus berbuat apa kepada Nadhif. Berbeda dengan kedua temannya yang terlihat sangat bucin dengan pasangannya.

Joan masih merasa labil dan bingung akan perasaan yang tidak jelas, terkadang dia merasa bingung jika Nadhif tidak ada, tetapi satu sisi Joan merasa sedikit risih saat bersama dengannya.

HIRAETH - Ryujin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang