28. Enemy of dreams [4]

972 131 9
                                    

Thorn: "kak?"

Sekarang mereka berdua berada di luar goa, tapi agak jauh tapi masih bisa melihat ke arah goa. Jika ada serangan tapi Mereka berdua ga tau kan repot.

Halilintar menatap Thorn.

Halilintar: "apa maksudmu?"

Thorn: "maksudku?. . . Oh. . ."

Thorn menunduk.

"Aku. . . "

Halilintar: "kau tak mau menyelamatkan mereka?"

"AKU MAU! Tapi. . . Kak Hali lihat sendiri kan, monster itu menjadi kuat saat aku mengeluarkan kemampuan ku! Apa lagi karena aku Solar dan kak Andre, kak gempa, kak Blaze,. .  . mereka. . . Hiks. . . Mereka tertangkap"

Air mata lolos keluar dari bendungan. Thorn sudah tak tahan lagi untuk tidak menangis. "Aku lemah. . . Coba saja. . . Coba saja tadi aku tak lengah, mereka pasti ada di sini menyusun strategi. . . Hiks. . . Andai mereka juga tak melindungi ku. . ."

SLAP!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Thorn. Itu bahkan meninggalkan bekas merah di pipinya.

Halilintar: "jadi kau pikir sebagai saudara kita tak saling menolong?"

Halilintar mengatur nafasnya yang tidak karuan karena menahan amarah. Dirinya menatap Thorn dengan mata merah menyala. Thorn yang melihat itu seketika merinding dan kaku. Mau gerak tapi takut kesetrum.

Halilintar: "jawab aku, kau pikir itu wajar? Tidak menolong satu sama lain?"

Thorn: "a. . . Aku. . ."

Halilintar: "Thorn kau tau? Waktu kau hampir di tusuk oleh akar tajam itu, kami tak bisa membayangkan bagaimana itu menembus dadamu dan kami melihat kau tergeletak tak bernyawa"

"Kami sesak, jika ada salah satu dari kami tak bisa pulang bersama dalam keadaan hidup. Seperti Blaze, dia tak ingin Gopal mati di hadapan nya. Jadi dia menangkis serangan itu dan memilih ditangkap. Sama halnya dengan Solar, gempa dan kak Andre. . . . Jadi jangan berpikir seperti itu"

Mata Thorn membulat, baru kali ini dia melihat Halilintar menangis di tempat terbuka.

Thorn: "maaf. . . Maaf kan aku kak Hali. .  Aku juga tak tau harus berbuat apa saat menghadapi monster itu lagiiiiii. . . ."

Halilintar memeluk Thorn dan menepuk-nepuk punggung nya dengan lembut. Membiarkan Thorn untuk mengeluarkan keluhan nya tentan misi ini.

Halilintar: "ayo kita selamatkan mereka semua, ok?"

Thorn: "hiks. . . HMM!!!"

Biarlah alam menjadi saksi dari setiap keluhan yang mereka lontarkan. Apalagi jika ada waktu, Halilintar ingin menangis sepuas nya.







Tapi sepertinya bukan alam saja yang mendengar keluh kesan mereka.

"Haiis, aku ingin sekali bergabung" sambil tersenyum tulus melihat Thorn dan Halilintar..

•°•°•

Monster itu melihat ke arah dinding yang menghalanginya.

"He~, sudah datang rupanya"


Sebelum itu mari kita balik ke waktu dimana mereka masih belum mendapatkan misi ini.

Di dalam rumah bernuansa biru. Tepatnya di ruang tamu, terlihat dua pemuda kembar. Yang satu api sedangkan yang satu es, sedang duduk di sofa karena hari yang membosankan ini.

Blaze: "uurgggg, hari ini sangat membosankan, ya Ice?"

Setelah meregangkan tubuhnya Blaze menatap kearah Ice. Terlihat pemuda dingin itu sedang terlelap di alam mimpi. Melihat bagaimana Ice tertidur, Blaze menguap dan memilih untuk masuk ke dalam mimpi juga.

Jika Boel memiliki kakak laki-lakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang