Sepasang sepatu baru
Agustus, kau tau, aku akan menceritakan sebuah cerita padamu
Ini tentang sepasang sepatu yang menjadikan sepasang mata membanjiri dirinya dengan ketakutan
Ini tentang rasa maaf yang tak tersampaikan
Juga tentang rasa kesal yang perlahan menyimpan penuh pelajaran
Jadi begini ceritanya
Aku, di usiaku yang ke-15 ini, tak beda dari tahun sebelumnya. Tak ada yang spesial di hari yang bagiku indah untuk di kenang
Aku, di bulan Juli ini, berharap ada sesuatu yang indah, rupanya hanya terperangkap dalam anganku saja. Hanya mampu menjadi mimpiku saja
Aku, yang saat ini memimpikan sebuah kue mengejutkan malamku, dengan lilin yang menyala seperti rembulan yang selalu kutatap setiap malamku, hanya berupa kabut asap yang memenuhi kepalaku
Aku yang saat ini telah bahagia, setidaknya.
Bermainkan air dan berganti pakaian entah berapa kali dalam satu hari itu
Aku cukup bahagia.
Lalu aku tiba di sebuah cerita tentang sepatu milik temanku yang kupinjam
Aku menghilangkannya, tanpa sengaja
Jujur sebenarnya tidak kuhilangkan, namun diambil oleh seseorang, entah siapa pelakunya
Aku tak mempermasalahkan hal itu selanjutnya, dan aku menanti hari yang kutunggu-tunggu,
5 Agustus 2022
Bagaimana caraku menceritakannya pada ibuku?
Apakah itu akan menjadi sebuah masalah?
Ataukah tidak akan terjadi apapun setelah kuceritakan hal itu?
Atau ibuku akan marah karena untuk makan saja seadanya, bagaimana ini?
Aku dipeluk ketakutan saat itu. Kusembunyikan kekhawatiranku dengan bahagiaku bertemu sang adik kecil yang bergembira memakan es krim cokelatnya dan bermain riang dengan kakakku
Lalu kuputuskan untuk tidak menceritakannya.
6 Agustus 2022 --- 15.34
Aku dipanggil kakakku untuk menemuinya.
Jujur dalam hatiku aku bertanya-tanya mengapa ia memanggilku padahal baru kemarin ia memberiku uang saku, entahlah akupun akhirnya menemuinya
Kutemukan wajah seriusnya menatapku, dan secepat itu ia bertanya tentang sepatu yang kuhilangkan. Aku sedikit panik melihat keseriusannya.
"Memang terjadi apa?" tanyaku.
Dia menjelaskan segalanya. Tentang ibu si anak yang sangat dengan jelas meminta orantuaku untuk segera mengganti sepatu itu, Tentang ibu si anak yang mempermasalahkan harganya sekitar dua ratusan ribu, tentang ibu si anak yang membahas bahwa sepatu itu baru ia belikan untuk anaknya, hingga menggores hati ibuku karena membicarakan semua itu tanpa perasaan.
Kurasa wajahku memerah saat itu juga.
"Lalu bagaimana ibu?", tanyaku.
Ia menceritakan betapa berat derita ibuku dari dulu hingga kini, tiada habisnya rasanya.
Spontan tiba-tiba ia menelpon ibuku.
"Bicaralah", katanya.
Hatiku mencelos mendengar suara ibuku. Aku menangis tiada henti memohon maaf.
Ini salahku, aku membenci tragedi itu. Hanya karena sepatu, ibuku mendapat sebuah masalah.
Kakakku memelukku, dan aku berderai air mata sepanjang obrolan itu
Aku merasa sangat bersalah waktu itu
Berkali-kali kakakku mengingatkanku kembali untuk tidak menyentuh barang-barang milik temanku itu, aku mengangguk penuh sesal
Entah sudah semerah apa wajahku saat itu
Aku sesenggukan membayangkan bagaimana ibuku di rumah
Bagaimana kondisi ibuku di saat rintangan benar-benar menguji kesabaran keluarga kami.
Aku menangis merasakan betapa Allah selalu menciptakan alasan di balik setiap duka yang aku alami
Allah tak pernah tidur...
KAKAK POV
Ya, Allah Maha Adil.
Kau tau, setelah kericuhan permasalahan mengganti sepatu temanmu yang hilang, Allah memberi jalan yang begitu rapih untuk kau rasakan. Mungkin kau tidak akan pernah memungkirinya, kau tidak akan menyangkanya, kau tidak akan menduganya
Setelah ibu si anak tidak terima karena harga sepatu itu kurang mahal, kau akan menemukan sebuah jawaban dari kesulitan itu, tiada lain karena pertolongan-Nya.
Sepatu baru menuggumu, adikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agustus Milikku
De TodoAku mendapatkanmu, atas izin-Nya sebagai penciptaku. Aku merengkuhmu, atas ridho-Nya sebagai Tuhanku. Aku menyambutmu atas bahagiaku menjadi sesandinganmu. Agustus ku...