Chapter 1

382 39 3
                                    

Sepuluh tahun.

Sepuluh tahun ada sekitar 120 bulan, 3650 hari. Sepuluh tahun cukup untuk menyelesaikan pendidikan tinggi hingga gelar Doctor. Sepuluh tahun cukup untuk membuat suatu negara berkembang berubah menjadi negara maju. Sepuluh tahun adalah waktu yang sangat lama.

Waktu yang cukup untuk membuat segala sesuatu berubah.

Berubah total tanpa menyisakan sedikitpun kenangan.

"Sampai kapan kau akan berdiri disitu?"

Apo tak menjawab ibunya. Ia masih diam didepan cermin, melihat pantulan laki-laki pucat dengan rambut hitam legam. Piyama rumah sakit terlihat membungkusnya dengan tangan kirinya terhubung selang infus yang menancap kuat.

Asing.

Entah berapa kalipun Apo melihat pantulan didepannya tetap terasa seperti bayangan orang lain. Seakan Apo tak mengenalinya, ia tak mengenali wajahnya sendiri.

Seperti mengerti isi pikiran putranya, wanita paruh baya itu mendekati Apo. Menepuk pundaknnya lembut sebelum tersenyum hangat menenangkan.

"Kau harus istirahat, tak baik jika berdiri terlalu lama."

Apo hanya menurut saat ibunya menuntunnya untuk kembali berbaring diranjang rawatnya. Melihat ibunya yang menyelimutinya sembari tersenyum tenang. Melihat uban putih diantara helai rambut ibunya. Melihat keriput yang lebih ketara dari yang ia ingat.

Hal-hal itu membuatnya terasa asing.

"Mae harus pulang sekarang. Tapi tenang saja, suamimu akan datang sebentar lagi jadi kau tak akan sendirian terlalu lama."

Apo tersentak. Kalimat terakhir ibunya benar-benar mengganjal dihatinya. Dengan cemas ia melirik jari manisnya. Melihat cincin emas melingkar indah disana.

"Apa tak bisa Mae saja yang menjagaku malam ini?"Ia melihat ibunya penuh harap.

"Mana suamimu mengijinkan, ia akan memaksa Mae pulang."

"Tapi-"

"Tidak apa-apa."Potong ibunya lalu mengusap kepalanya pelan.

"Mae tau perasaanmu, tapi dia suamimu Apo. Benar-benar suamimu. Mae yakin kau akan terbiasa. Tak perlu canggung begitu, toh dia kekasihmu dulu."

Raut wajah cemas itu berubah datar. Iris hitamnya berubah nyalang.

Ya benar, kekasih. Mantan kekasih lebih tepatnya.

Suara pintu tergeser itu membuat Apo mendongak. Namun ia segera memalingkan wajahnya saat iris hitam itu bertemu pandang dengannya. Jantungnnya mulai berdebar keras sejurus dengan keringat dingin yang mulai terasa dikepalan tangannya.

Apo tak menyukai hal ini.

"Mile kau pulang lebih cepat?"

Laki-laki dengan mantel biru tua itu menunduk sopan setelah melirik sekilas pada Apo.

"Khap pekerjaanku selesai lebih cepat dari seharusnya. Mae sudah ingin pulang?"Iris hitam itu melihat ibu mertuanya yang sudah membereskan barang-barangnya.

Ten Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang