aku Captain Amerika

209 33 4
                                    

(jangan lupa di vote)

Eiji mengulurkan tangan untuk mendorong pintu, berjalan masuk, dan berkata dengan santai, "aku pulang."

Rumahnya tidak besar, tidak kecil, tapi sederhana, cukup untuk kehidupan dua orang.

Lalu suara menyenangkan dan lembut menyambutnya.

"Ei-chan, selamat datang~"

Seorang wanita dewasa yang umurnya tidak diketahui, cukup muda jika dilihat dari wajahnya, berlari dari dapur, memakai apron dan memegang sendok kayu ditangan kirinya, menghampiri Eiji.

Senyum cerah seperti biasa, mata yang penuh semangat, dan dia berkata seolah dia bukan ibunya, "mau makan, mandi... atau O-K-A-"

"Berhenti, jangan dilanjutkan!"

Eiji memotong perkataannya, mengangkat tangannya untuk memijat keningnya, "Ibu, kau tidak pernah berubah sejak dulu, selalu seperti ini."

Tapi ini tidak buruk.

"Mou... Ei-chan tidak mengerti bersenang-senang." Makhluk yang bernama ibu, membusungkan pipinya seperti tupai yang mengisi penuh mulutnya dengan kacang, menyilangkan lengannya seolah dia sedang marah, "Tidak seperti dulu, Ei-chan selalu ingin bersama dengan Okaasan."

"Ibu, waktu sudah berlalu, dan aku suah besar." Eiji menurunkan matanya dan menatap ibunya dengan  heran, "tapi tidak denganmu, kau tidak berubah sama sekali."

"Aku penasaran, berapa umur ibu sekarang?

"Ei-chan mengatakan hal yang tabu pada perempuan, kau perlu dihukum!."

"Maafkan aku, beri satu kesempatan lagi."

"Tidak, Ei-chan harus dihukum."

...

"Ibu, apakah kau percaya, aku bisa membaca pikiran?" Eiji mengambil piring dari ibunya, dan mengusapnya dengan lap kering, lalu meletakkannya di rak piring.

"Hmm.. atraksi sulap?"

"Mungkin, anggap saja seperti itu." Kata Eiji dengan sedikit keraguan, masih mengambil dan mengering piring.

Tangan ibunya berhenti, mengangkat matanya, menatap Eiji seolah memeriksa sesuatu pada tubuhnya dengan cemas, mengangkat tangannya kanannya ke dadanya, lalu menggelengkan kepalanya dengan lega, dan senyum cerianya kembali di wajahnya.

"Ada apa, ibu?"

Eiji melihat ibunya bertingkah aneh, dan mau tidak mau khawatir.

"Tidak ada." Ibu Menggelengkan kepalanya, mengalihkan pembicaraan, dan menatap Eiji dengan penuh minat, matanya berbetuk bintang: "Bagaimana dengan perkataanmu tadi, membaca pikiran? Bisakah Okaasan melihatnya?"

"Sebelumnya bisa, tapi sekarang tidak bisa." Eiji mengambil piring lagi dan mengangkat bahu, "kemampuanku melemah ketika berada dirumah."

"Mou.. Ei-chan menggertak Okaasan lagi."

"Tapi aku tidak berbohong."

"Lalu, untuk apa kau mengatakannya?"

Eiji menarik sudut mulutnya,  menoleh untuk melihat, dan berkata dengan main-main, "sebagai seorang anak, sudah kewajiban ku untuk membuat ibunya tersenyum."

"Dari mananya tersenyum!"

"Bukan ibu, tapi aku."

"Hump! Rasakan ini!"

Ibunya mengulurkan tangannya, dan menyentuh pipi Eiji dengan telunjuknya yang masih memiliki busa sabun, "Terima hukuman ilahi Okaasan."

"Maafkan aku."

Jauhkan aku dari hal-hal supranatural!(DxD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang