Prolog

1K 69 57
                                    

Warning!

⚠️ Cerita ini murni karangan dari author pigeonpurple. Jika ada kesamaan nama tokoh dan alur cerita yang ditulis sebelum/sesudah cerita ini dipublikasikan, tolong lpaor/bertanya terlebih dahulu melalui DM IG : pigeonpurple1

⚠️ Cerita ini hanya fiksi belaka. Face claim yang digunakan hanya untuk mendukung imajinasi semata. Semua jalan cerita atau karakter tokoh tidak ada hubungan sama sekali dengan visual yang digunakan.

⚠️ Tolong bijak sebagai pembaca. Halu tetap dalam jalur aman ya sayang. Jangan sampai suatu saat menjadi boomerang untuk kalian atau pun penulis.

⚠️ Cerita ini mengandung unsur kata-kata kasar dan kenakalan remaja di luar batas norma. Mohon untuk lebih hati-hati.

"Kamu tidak ada kelas sore kan, El? Pulang kuliah jangan ke mana-mana. Langsung pulang!"

Elma yang baru saja mengoleskan selai cokelat ke atas rotinya mendadak kaku. Dirinya berusaha untuk menahan diri agar tidak menggebrak meja makan dan berakhir hanya deru napas berat yang terdengar.

Merasa tak mendapatkan respons dari putrinya, Hana pun meletakkan sendok yang semula ia genggam. Mengambil selembar tisu, lantas mengusapkannya pada sudut bibir.

"Berikan Mama jawaban yang pasti, El. Jangan menghindar seperti kemarin."

"Ada atau nggaknya aku juga nggak ada pengaruhnya. Mama bakal tetap menikah, 'kan sama Wiman?" sambar Elma dingin. Wajahnya tak memberikan banyak ekspresi. Membuat sang ibu menghela napas untuk yang ke sekian kalinya.

"Kamu anak mama. Satu-satunya keluarga yang mama punya. Tentu saja kehadiranmu berpengaruh besar, El."

Elma mulai jengah, dilahapnya roti yang masih tersisa setengah itu dalam sekali kunyahan. Kedua irisnya memincing marah pada sang mama yang masih memperhatikannya.

"Berkali-kali aku bilang kalau aku nggak setuju sama rencana Mama buat menikah lagi, tapi kenyataannya Mama tetep aja bakal nikah, 'kan? Terus pengaruh apa yang Mama maksud?"

Sorot mata dari perempuan dua puluh dua tahun itu memancarkan kekecewaan luar biasa, ada kemarahan dan sakit dalam kedua irisnya. Elma mendorong kursinya kasar dan lekas menyambar tas miliknya. Pergi begitu saja tanpa ucapan pamit pada sang mama yang terdiam dalam duduknya.

 Pergi begitu saja tanpa ucapan pamit pada sang mama yang terdiam dalam duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elma Yudis (22th)

To be continue ...

Hai hai ...
welcome to my universe alias dunia imajinasi pigeonpurple yang ruwet :D
kayak cerita Just Like Heaven yang bakal ricuh dan penuh rasa

Drop your comment buat lanjut!!!!!
see you

Just Like HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang