Part 1

16.1K 1.9K 164
                                    

Moon maap kagak diedit ama sayah wkwkwkkww.😩

🔥🔥🔥

Yora menutup telinga. Lengkingan dari ruang tamu terdengar makin keras. Setelah suara hantaman yang memekakkan teling, kini bising besi yang digeret di atas lantai membuat sekujur tubuhnya merinding.

Yora tahu apa yang akan terjadi. Jika tak melakukan apa-apa, maka besok akan ada sebuah pemakaman. Pemakaman bapaknya.

Yora bangkit.  Memaksa kakinya yang gemetat untuk tetap berpijak di atas ubin dingun yang kusam itu.

Namun, meringkuk di sudut kamar itu tak akan menghasilkan apa-apa. Yora akan lebih terancam jika Bapaknya tak ada. Tas berisi pakaian-pakaiannya tak akan berguna. Sebelum benar-benar berhasil keluar dari gerbang rumah susun bobrok itu, Yora yakin akan terbaring di sebuah sudut gelap.

Jadi, ia memang harus melakukan ini.

Suara lengkingan itu berubah menjadi lolongan sangat panjang. Kini seluruh tubuh Yora gemetar. Namun, tak urung disentaknya pintu hingga terbuka.

Apa yang dilihatnya hampir membuat Yora pingsan, atau muntah. Tangan dan kaki bapaknya terikat di kursi. Bapaknya hanya menggunakan celana dalam dengan tubuh penuh peluh dan darah. Bahkan wajah bapaknya tak bisa dikenal Yora lagi.

Yang paling mengerikan dari semua ini adalah rahang bapaknya dicengkeram lelaki itu. Sebuah besi panjang sedang coba dimasukkan ke dalam mulut bapaknya.

Yora menahan pekikan dan air mata. Menangis tak berguna di sini. Jika ingin bapaknya tetap hidup, meski untuk malam ini, setidaknya Yora harus melakukan satu hal.

Yora menunggu dalam waktu yang terasa sengaja merangkan begitu lama. Ia bahkan hampir mengeluarkan suara hingga akhirnya lelaki itu berpaling menatapnya.

Tatapan lelaki itu bengis, menatang dan  ... lapar. Sebuah tanda terakhir yang memberi Yora harapan bahwa mungkin sebelum malam ini berakhir, mereka bisa meninggalkan bangunan bobrok yang penuh penderitaan itu. Mati di jalanan terasa lebih baik dari pada melihat bapaknya meregang nyawa tanpa melakukan apa-apa.

Yora melebarkan pintu,  dan menghitung dalam hati. Saat hitungannya mencapai angka tiga, gadis itu berbalik. Suara klentang dari besi yang menghantam lantai membuat Yora tahu bahwa tak boleh gagal jika tak mau ada yang mati.

Suara langkah diiringi pintu yang tertutup membuat Yora hampir menumpahkan air mata. Tak ada jalan mundur. Eksha akan membencinya setelah ini. Dan sudah pasti sangat jijik, tapi lelaki itu pun tak ada saat Yora berada dalam pilihan hidup dan mati.

Yora menanggalkan kemejanya. Membuang di lantai, menyusul bra-nya kemudian. Saat akhirnya berbalik, Yora langsung terkesiap. Tubuhnya terbanting di atas ranjang.

Yora memejamkan mata. Tubuhnya ditindih sosok kekar itu. Yora meremas seprai saat roknya diturunkan dan celana dalamnya dirobek.

Habis sudah.

Yora terkesiap. Usahanya untuk tak menitikan air mata gagal saat merasakan dirinya terbelah. Sakit, perih, hancur.

Yora membuka mata. Dan wajah keras dengan rahang dipenuhi jambang kasar itu tampak begitu terpuaskan. Tubuh Yora tersentak dan terguncang. Suara besi ranjang tuanya berderak seolah akan roboh.

Ketika akhirnya lenguhan lelaki itu terdengar, Yora tak lagi mampu mempertahankan kesadarannya.


*****

Yora keluar dari kamar. Rambutnya masih lembab dan cara jalannya jelas tidak normal. Namun, Yora tahu harus bergerak. Ia perlu menyadarkan bapaknya sebelum mereka meninggalkan tempat itu.

RAMBATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang