keluarga brutal ep 3

754 47 3
                                    

Happy reading–!

selamat datang didunia tipu-tipu.
jangan percaya sama manusia.
mereka manipulatif, termasuk aku, bahkan kamu juga.
–meh

"Jadi begitu dalam bayangan koko, dan kalau itu sampai kejadian koko ga bakal biarin ayah tenang deh. Lagian ya, buna mah laku, masih banyak yang mau sama buna diluar sana"

Renjun tidak tahan untuk tidak menceritakan semua yang ada dalam bayangannya. Setelah menghabiskan sarapannya ia menceritakan semuanya pada keluarganya. Jisung memang percaya dengan kokonya itu, hanya saja Jeno selalu menganggap segala bayangan yang bisa Renjun lihat itu hanyalah ketakutan seorang anak saja, ditambah Renjun semakin dewasa dan yang ia pikirkan semakin banyak.

"Koko, ayah gak mungkin kaya itu nak, ayah udah janji bakal jagain buna dan setia sama buna. Kalau ayah bohong. Kedua tangan kamu itu boleh menghilangkan nyawa ayah"

"Huss udah-udah, koko jangan banyak pikiran ya sayang. Jangan percaya sama apa yang kamu pikirin, besok cerita terus sama buna apa yang koko rasain ya nak, udah sekarang berangkat gih, katanya aa sama koko dijemput sama Mark, bareng sama daddynya ya?"

Renjun mengangguk dan segera bangkit, berbeda dengan Haechan yang membungkus sarapannya untuk ia makan nanti dijalan.

"Yaudah kami berangkat"

Dan hari itu awal mula semua bayangan Renjun terjadi. Pikirannya berkecamuk, ia marah karena ia tidak bisa memberitahu bunanya apa yang ayahnya lakukan.

"ARGHH BANGSAT!!!!"

Mark dan Haechan menatap iba Renjun yang kini sibuk melampiaskan amarahnya pada sebuah tumpukan balok kayu yang berada dihalaman belakang rumah Mark. Sedangkan Soohyun, hanya bisa memperhatikan ketiganya dari teras. Ada rasa bersalah karena memberitahu Renjun perihal Jeno, namun ia tidak bisa selamanya menutup mata atas apa yang terjadi.

"Calm down Ren, you ga boleh kaya gini. You harus cari semua bukti.  I really hate traitor and i sudah bilang bakal bantu you" ujar Mark pelan.

"Halo nana, bisa kita ketemu hari ini?"

...

Jisung menatap sebal ayahnya, ia masih mempertahankan ekspresi polosnya ketika seseorang mulai masuk ke ruangan ayahnya dan mulai bermesraan dengan sang ayah. Biarlah sang ayah pikir Jisung masih sangat polos dan tidak mengerti semua kejadian saat ini. Yang jelas ia sudah punya bukti.

"Dek, sini deh, kenalin ini teman ayah"

Jisung mendengus dan berjalan ke arah ayahnya. Masih menampilkan senyum polosnya.

"Hai adek" sapa orang itu.

Jisung langsung mengubah eksperesinya menjadi datar dan mendengus keras pada orang itu. Demi tuhan Jisung tidak sudi jika orang itu menyapanya, bahkan mengajaknya berbicara. Sudah cukup seminggu ini ia melihat semuanya.

"kok gitu sih dek, ga baik kaya gitu sama yang tua"

"ya harusnya dia juga tahu, ga baik kaya gini sama suami orang, apalagi didepan anaknya, sinting kali ya?" Ujar Jisung agak keras karena sudah sangat kesal.

Jeno terkejut bukan main mendengar ucapan Jisung. Ia marah namun ia juga tidak bisa memarahi anak bungsunya itu. Jeno mendadak tidak bisa bicara.

"Udah deh, Jisung mau pulang, panas disini, kaya dineraka. Bye Tuan Lee!"

Jisung bergegas keluar dari ruangan ayahnya.

"Pak, kita pulang ke rumah oma ya"

"Iya den. Oh iya barusan nyonya nelfon katanya udah sampai sama yang lain"

ETERNALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang