Jika ini tadir, aku yakin kita akan di bertemu lagi.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
Happy Reading, dear
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hujan telah berhenti, tapi asmotfer dari sisa hujan itu masih terasa sampai ke tulang Luna, meski ia sudah memakai jaket milik pria itu.
Hawa dingin masih menyelimuti kota Jakarta. Kalian tau, kan. Jika Jakarta sangat terkenal dengan cuaca yang panas, tapi kalau sudah di guyur hujan, eum ... Dingin menyelimuti.
Angkot yang Luna tumpangi kini berhenti di perempatan jalan, hanya membutuhkan waktu lima menit saja dengan berjalan kaki untuk sampai di rumah.
Luna membuka pintu rumahnya.
"Assalamualaikum, Bu, Luna pulang."Di rasa tidak ada yang menyaut ucapan salam darinya. Luna berjalan menuju ke arah dapur, dan benar saja terlihat ibunya tengah membuat adonan kue dengan ke dua adiknya Randy Adi Nugroho dan Riyan Wisnu Nugroho.
Jika orang yang jarang melihat kedua adik Luna ini. Pasti akan mengira mereka itu anak kembar, padahal enggak! Namanya aja yang memang sama, tapi Randy dan Riyan hanya selisih satu tahun saja.
Kadang tetangga-tetangga disini juga masih salah menyebut nama mereka. Randy jadi Riyan, Riyan jadi Randy.
"Wah, bikin kue ni," ucap Luna yang baru saja masuk ke dapur.
"Habis dari mana, Mbak?" tanya Randy yang ikut menguleni adonan kue.
"Jalan-jalan aja," jawab Luna menyomot kue yang baru aja mateng di angkat oleh Riyan.
"Itu masih panas!" pekik Riyan.
Ahkk ...
Kue itu terlepas begitu saja dari tangan Luna. "Kenapa enggak bilang!"
"Lagian kenapa main comot aja, udah tau baru keluar dari oven. Enggak sabaran banget," cecar Riyan menaruh kue-kue yang baru saja ia keluarkan dari oven di atas meja.
Lastri yang melihat anak-anaknya mendumel tidak karuan itu hanya tersenyum. Meski ia selalu di sakitin oleh suaminya, tapi dengan kehadiaran ketiga anak-anaknya ini membuatnya merasa bahagia. Hidupnya yang dulu hanya sebatas abu-abu kini berwarna.
"Luna, jaket siapa yang kamu pakai?" tanya Lastri, ia tahu betul kalau anak gadisnya ini tidak mempunyai jaket kulit, bahkan kedusa anak laki-lakinya Riyan dan Randy pun juga tidak mempunyainya.
"Oh, ini tadi enggak senga ... emm ... ini punya temen, tadi kan Luna kehujanan terus lupa enggak bawa jaket," jelas Luna cengigisan.
Luna terpaksa berbohong, kalau ia berbicara jujur jaket yang ia kenakan milik seorang pria yang dirinya sendiri bahkan enggak mengenalnya, hanya mengetahui namanya saja. Sudah pasti ibunya ini akan meintrogasi dirinya dengan pertanyaan-pertanyaa yang sangat banyak.
Kalian harus tau, meski Lastri terkenal tidak tegaan. Tapi kalau udah menyangkut soal anak-anaknya dia selalu tegas. Apalagi dengan Luna, dia anak prempuan satu-satunya. Lastri selalu menerpakan pada anak-anaknya, meski kita terlahir dari keluarga yang sederhana, tapi harus ingat tata krama dan harus bisa mengjunjung tinggi kehormatan sebagai seorang wanita.
"Kamu enggak lagi bohongi ibu, kan?" selidik Lastri.
"Enggak, Ibu. Luna mana mungkin bohongi Ibu jaket ini beneran punya temen Luna."
"Pasti punya pacarnya tu, Bu," Randy mulai mengompor-ngompori sang ibu.
"Enggak! Enak aja, pacar dari mana?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA | Jaemin ✔
Teen FictionLuna tau jika hidup tidak selalu berjalan dengan mulus. persoalan keluarga yang setiap harinya selalu menjadi makanan sehari-hari Luna. melihat kedua orang tuanya bertengkar.kehidupan Luna seperti gelombang ombak di pantai. terombang ambing tidak te...