Mari kita sebut saja, Bab ini sebagai pembuka
Pembuka sekaligus penyambut bagi siapa saja yang ingin sekedar berkunjung untuk membaca buku. Ada banyak buku di dunia ini. Salah satunya di dunia online.
Disana kau dapat menemukan banyak sekali buku fanfiction yang masih kurang "layak" untuk di terbitkan. Beberapa ada yang berhasil, beberapa tidak. Tapi sekiranya itu bukan menjadi masalah.
Di hari senin yang cerah ini. Para siswa siswi murid baru sekolah Astranegara berkumpul di lapangan sekolah menengah tersebut. Mereka dikumpulkan dengan dalih ingin mengecek kelengkapan para murid dan "menilai" seberapa cocok kah mereka untuk bekerja di sekolah yang tidak termasuk kasta elite tersebut.
Belum juga badai datang. Tiba-tiba seorang guru pemarah memukul bokong murid baru dengan sebuah penggaris. Mengatakan kalau rok yang ia kenakan terlalu ketat.
Lalu ada lagi, yang topinya ditarik paksa sampai rambut gimbalnya keluar kemana-mana. Si guru mengumpat lagi, kepada siswi yang lagi-lagi memiliki kekurangan dalam fisiknya. Kini sang guru menatap kepada para siswa laki-lakinya.
Pandangannya teralih pada seorang murid yang tampan yang baru saja diterima di sekolah tersebut. Guru tersebut langsung mendekati dan menanyakan asal sekolah serta nama lengkap sang siswa.
"Katakan, siapa namamu"
"Nama saya Republik Singapura. Saya merupakan calon murid dari sekolah menengah bernama *****" Guru itu pun melemparkan senyum puas atas jawaban tegas yang dilontarkan murid tersebut.
"Bagus" ucapnya. Kemudian ia mendekati seorang laki-laki bertubuh lumayan kekar dan memukulnya dengan penggaris di tangannya.
"Mau apa kau, ha?! Kesekolah perawakannya sudah mirip preman saja. Heh! Kamu mau sekolah atau mau malak orang?!" maki guru tersebut.
Singapore kemudian menepuk pelan pundak guru tersebut kemudian membela murid tersebut.
"Permisi, Ibu. Apakah ibu tahu tempat yang ibu pijaki ini adalah apa? Ya, sekolah. Kata guru lama saya.. Sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu. Bukannya tempat untuk adu kekuatan maupun kekuasaan"
"Dari yang saya lihat, ibu sepertinya adalah seseorang yang perfeksionis. Entah mengapa ibu suka sekali memarahi seseorang bila orang tersebut tidak bersikap atau berpenampilan seperti yang ibu kehendaki" ujar nya. Guru tersebut kemudian mendengus dan terjadilah adu mulut diantara keduanya.
"Kau ini, baru masuk sudah buat masalah saja!"
"Yang membuat masalah itu Ibu. Kenapa tiba-tiba memarahi anak baru yang hanya berfisik kekar? Kenapa ibu seperti merendahkan mereka yang sedari dulu memiliki rambut yang sulit diatur? Kenapa sedari dulu tidak ada yang namanya sekolah tanpa kekerasan di masyarakat?"
"Apakah hal itu berawal dari seorang murid? Apakah itu berawal dari seorang guru? Kepala sekolah? Karyawan? Kepala pengamanan? Apa arti sebuah sekolah bila saat penyambutannya saja mental siswa sudah dibuat hancur oleh kata-kata menyakitkan yang dilontarkan oleh seorang guru--" PAK!!
Itu tangan keknya udah gatel banget buat menamlar seseorang. Tanpa malu guru perempuan itu menampar pipi Singapore dengan keras. Yang seketika menyebabkan hening diantara keduanya serta sekitarnya.
Singapore tetap tegar menghadapi guru tersebut dan mengeluarkan kata-kata terakhir untuknya.
"Bila memang sekolah ini mengajarkan kekerasan.. Terutama disaat waktu pengenalan lingkungan sekolah terhadap murid baru. Lebih baik saya menginjakkan kaki keluar dari sekolah yang menjijikan seperti ini"
"Hanya guru-guru rendahan seperti andalah yang masih bergantung pada gaji dari sekolah DAN masih sewenang-wenang terhadap para murid apalagi bila muridnya sudah sangat parah"
Ia pun berbalik meninggalkan barisan. Diikuti oleh si siswi gimbal, si anak kekar, dan siswa siswi baru lain yang melangkah keluar dari lapangan sekolah Astranegara.
Tanpa rasa gentar mereka tetap berjalan keluar meski sudah di ancam berkali-kali oleh sang guru. Hingga si pemilik gedung pun keluar dan mengatakan pada guru tersebut.
"Ibu *****. Mulai saat ini kau tidak boleh lagi mengajar di tempat ini" ucapnya.
"T-tapi, mereka pak!-"
"Diam, bu! Saya sudah cukup mendengar keluhan para orang tua dan murid soal kelakuan aneh ibu. Memangnya ibu tidak malu nama sekolah kita jadi tercemar karena ulah ibu?" ucap sang kepala sekolah dengan suara yang begitu di tekankan.
Kepala sekolah itu menoleh kepada para siswa siswi baru dan mengatakan.
"Kalian boleh masuk. Mulai sekarang akan saya cari guru yang lebih terhormat dibandingkan tikus-tikus pengajar ini" ucapnya.
Mereka pun merasa lega dan akhirnya berbalik kembali memasuki sekolah tersebut.
Ah, tadi kalian sudah kenal dengan Singapore kan?
Dia memang terkenal sebagai anak yang pintar serta tegas. Keseriusannya bisa membuat siapa saja bergidik. Setiap kata yang dikeluarkan bagaikan pisau yang dapat dengan mudah menusuk hati lawan yang bermental lemah.
Dia memang tidak kuat secara fisik, tapi ia sangat mengandalkan pemikiran serta kata-kata yang selalu ia jadikan sebagai tameng dan senjata.
Katanya, Singa merupakan fans untuk seseorang yang umurnya tidak jauh-jauh dari umur nya saat ini. Siapakah itu? UwU
Mana aku tahu >:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintamu sekarang milikku
Fanfiction*Singapore POV "harus ku akui. dia rada keras kepala. begitulah sifatnya saat masih duduk dibangku sekolah menengah atas. selalu tidak ingin disalahkan" *Indonesia POV "cih, jangan sok tahu begitu! untuk apa aku memiliki seorang pacar yan...