Bab 2

371 32 26
                                    

[Kejutan romantis?]

Setelah menenangkan dirinya, ia kembali menuju kelas dengan wajah dan rambut agak basah karena sehabis cuci muka tadi. Anak-anak perempuan yanh sejurusan dan tidak jurusan dengannya langsung menolehkan pandangan mereka pada Singapore.

Dalam pandangan pertama, mereka langsung jatuh cinta dengan ketampanan dan karisma yang menonjol dari diri Singapore.

Rasanya mereka ingin sekali mengajak nya berkencan. Berdua, eeewwwww ngak lah canda. Hahaha..

Di kelas Singapore kembali duduk ditempatnya tanpa menyadari. Salah satu siswi berparas cantik yang duduk di depannya sedari tadi tengah sibuk memikirkan tentang Singapore.

Sampai pelajaran dimulai, siswi itu masih sibuk menghalu jalan bareng romantis sama Singa. Kek drama korea aja.

Namun Singapore tidak mementingkan siswi itu, dia lebih mementingkan pelajaran dan sesekali menoleh ke siswa yang tidak sengaja ia bertemu tadi.

Ditengah pelajaran Indo, yang merupakan siswa baru juga disitu tidak sengaja berkontak mata dengan Singapore. Keduanya langsung mengalihkan pandangan mereka sehingga sempat membuat guru yang mengajar mereka sedikit curiga.

Indo memang murid baru, satu-satunya yang bertubuh kekar dikelasnya. Dia bukan anak geng, meskipun rawut wajahnya mengatakan demikian.

Ketika kalian jalan melewatinya, dijamin kalian akan langsung berpikir kalau Indo sudah seperti seorang mahasiswa meski ia masih duduk di bang ku SMA.

Di mata pelajaran ke tiga, Pak Arseline kembali muncul. Dengan membawa beberapa kertas dan sticker untuk dibagikan kepada murid-muridnya.

"nah, anak-anak. Karena sekarang ini masih awal masuk sekolah. Bapak ingin meminta tolong pada **** untuk membagikan kertas dan sticker ini ke masing-masing anak. Satu orang satu kertas dan sticker"

Siswa yang di panggil namanya langsung berdiri dan mengambil kertas serta sticker-sticker itu. Kemudian membagikannya satu persatu kepada murid lain dan setelah itu.

Pak Arseline ini menyuruh para muridnya menulis nama lengkap, nama panggilan, asal sekolah, dan cita-cita.

Mereka pun mulai menulis apa yang telah disampaikan Pak Selin. Singa, menulis namanya secara lengkap juga asal sekolahnya.

Begitupula Indo yang menulis nama namun sengaja mengosongkan bagian cita-citanya. Si gadis berambut gimbal dengan asik menulis dan menempelkan sticker di kertas tersebut.

Sementara dua murid laki-laki lain malah saling menempelkan sticker di wajah masing-masing.

Salah satu dari anak itu berkata.

"Wuih, asep, lu jadi makin cantik saja" ejeknya.

"Lu juga" balas yang satu sambil menempelkan dua sticker di dahi dan hidung temannya itu.

Sontak ual itu mengundang decak tawa teman-teman sekelasnya terutama Indonesia yang diam-diam tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Setelah itu mereka mengumpulkan semua tulisan-tulisan mereka pada Pak Arselin. Satu-satu ia membacakan isi kertas yang telah digunakan oleh para murid sekaligus menggunakan momen itu untuk mengingat nama-nama anak didiknya.

"asep"

"Udin"

"Wahyudi"

"Puput"

"Pipit"

"Rosi"

"Angel"

"Singa.."

Dan indo..

"ah.." ucap Pak Selin terkejut.

"Indo, mengapa bagian cita-citanya tidak kau tulis? Apakah kau tidak memiliki cita-cita?" tanya nya dengan penasaran.

Indo hanya bisa terdiam dan menundukkan wajah. Disaat itu, Singapore memberanikan diri untuk membelanya.

"Uh, Pak. Siapa tahu dia masih bimbang dengan cita-citanya. Bukankah itu normal bila seseorang masih belum menemukan cita-citanya bahkan saat menginjak masa SMA?" ucapnya.

Pak Selin mengangguk. "Benar"

"Kurasa ada baiknya Indo berkonsultasi juga ke Bu Dewi, lagipula dia seorang Guru BK yang baik yang siap membantu murid-muridnya yang butuh bantuan"

Di akhir ucapannya Pak Selin tersenyum seolah ingin meyakinkan Indo. Tapi Indo masih tetap enggan memberitahu mengapa ia mengosongkan bagian tersebut.

[•] [•] [•] [•] [•] [•] [•] [•]

Di sore harinya, Singapore kembali bertemu dengan Indo di atap sekolah. Singapore yang baru datang langsung duduk di bangku yang ada disana. Sementara Indo masih menatap langit-langit sore yang begitu memukau.

Singapore hendak bertanya soal yang tadi, namun ia merasa tidak enakan. Sebelum ia bertanya Indo sudah lebih dulu mengetahui, maksud Singapore mengikutinya hingga kemari.

"jadi.. Kau si anak baru itu?"

"Yang pintar yang ganteng.. Ah sudahlah, aku tidak perlu repot-repot datang menemuiku hanya karena aku tidak ingin mengatakan apa cita-citaku" ucapnya.

Singapore terkejut pada awalnya. Namun ia mencoba tenang dan memberanikan diri untuk menepis.

"Tidak, tujuan ku bukan untuk itu" katanya

"Aku tidak heran, orang sepertimu tidak memiliki cita-cita. Banyak orang diluar saya yang bersekolah mahal tapi masih saja tidak mengetahui tujuan mereka untuk kedepannya lagi" Indo pun terdiam sesaat. Berpikir..

"Lalu?.."

"Lalu, mengapa kau sengaja menyembunyikan cita-cita mu itu dariku?" ucapnya.

"Menyembunyikan apa? Sudah jelas kau katakan sendiri. Aku tidak memiliki cita-ci-.."

Indo sekali lagi terkejut. Ketika tubuhnya sengaja dihadapkan pada Singa dan pada saat itu juga Singa langsung memojokkannya tanpa perlawanan apapun.

Mereka saling bertatap-tatapan satu sama lain. Indo dengan sigap memalingkan wajahnya namun Singapore malah seolah menggodanya.

"Begitukah sikapmu kepada sesama teman?" ia terkekeh. Membuat wajah Indo tidak berhenti memerah karena ulah nya.

"Jangan konyol, kau sendiri yang membuatku terpojok seperti ini"

Balas Indo yang seolah tidak ingin kalah dominan dengan Singapore. Namun sayangnya Singapore lebih sigap dalam mengambil keputusan..

Ia merangkul pinggang Indo dan menariknya agar mereka lebih mendekat. Ia juga menggenggam erat telapak tangan Indo membuat Indo semakin kesulitan untuk mengelak.

Singapore masih menatapnya dengan aura ketampanannya.

"Mulai besok.. Maukah kau tidur sekamar denganku?"

"E- apa!? Dalam mimpimu!"
- //(//////) //

Cintamu sekarang milikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang