Alesa hanya diam dan tak mau melihat wajah hendra, "kenapa sih sa, kamu masih bersikap dingin sama kita di depan dira" kata hendra. Alesa hanya diam sambil melihat ke arah angka lift itu, dengan wajah datarnya ia menjawab.
"harusnya lo berdua udah bersyukur masih gua anggap ada didepan mata" disaat yang bersamaan pintu lift itu terbuka alesa pun langsung keluar dari lift tersebut meninggalkan hendra. Hendra terdiam saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut kakak iparnya.
Alesa langsung keluar dari lobi rumah sakit dan masuk ke mobil yang sudah terparkir percis didepan lobi dengan mata berkaca kaca pak parto supir alesa menyadari bahwa alesa tidak baik baik saja, "bu ga apa apa?" ucap pak parto di dalam mobil melihat dari kaca. "langsung ke rumah aja ya pak, abis itu anter saya lagi ke kantor" ujar alesa sembari mengusap matanya. Yang hendra katakan itu membuat alesa mengingat perasaan yang telah alesa coba kubur, kejadian itu yang membuat alesa sulit membuka pintu hatinya. Alesa mencoba menenangkan hatinya saat perjalanan menuju rumahnya, Setelah sampai rumah alexa di sambut oleh dua pembantu rumah tangganya yaitu bi eti dan teh baya, "mba esa apa kabar, bibi kangen" ujar bi eti pembantu rumah tangga yang sudah lama kerja di rumah alesa, bi eti pun memeluk alesa dengan hangat.
"baik bi, bibi sehat kan" ucap alesa sambil mengelus punggung bi eti
"mba bi eti udah bikin capcay kesukaan mba" kata teh baya ponakan. bi eti yang kerja juga di rumah alesa, teh baya sambil membawa koper yang baru saja di keluarkan dari bagasi oleh pak parto
"wahhh, pasti enak nih bi. Teh baya tolong siapin air anget ya saya mau mandi abis makan capcay terenak didunia" ujar alesa sambil merangkul bi eti dan berjalan kedalam rumah, bisa aja si mba celetuk bi eti.
Setelah makan, esa langsung bergegas mandi karena teh baya sudah menyiapkan hangat. Selesai mandi ia langsung prepare untuk memakai baju formal karena sore ini ada jadwalnya meeting dengan karyawan. esa langsung turun dari kamarnya menuju ruang tamu rumahnya sambil membawa tas kecil dan memegang tab. "mau langsung ke kantor mba?" ujar bi eti sembari mengelap meja ruang tamu, "iya bi" jawab esa sambil merapihkan baju kemejanya "aku berangkat dulu ya bi".
"hati hati mba" ucap bi eti
"eh hari ini teh asaan hari ulang tahun mba alesa" ujar bi eti, teh baya yang sedang menyapu menyaut "kunaon bi?".
"hari ini teh ulang tahunya mba elsa, kayanya si mba lupa juga ya" jawab bi eti
"sibuk meren bi jadi lupa" kata teh baya
Alesa pun on the way ke kantor pada jam 5 sore, ia yakin pasti akan terlambat sampai kantor karena jam 5 sore jam dimana mulainya kemacetan di ibu kota. Sambil melihat jam di tangannya alesa bertanya pada pak parto "ini sampai kantor kira kira jam berapa ya pak?" tanya alesa, "kira kira sih jam 7an mba" jawab pak parto. Alesa sudah menduga akan terjebak macet, saking ia menikmati kemacetan yang sudah sebulan tidak ia rasakan di london. Esa sampai tertidur, kemacetan itu memberi kesempatan alesa istirahat sejenak. Setelah melewati kemacetan selama 2 jam pak parto membangunkan alesa yang tertidur, "mba sudah sampai" ucap pak parto "oh iya iya pak, makasih ya pak. Nanti tunggu di parkirannya saya ga lama kok meetingnya" ujar alesa, ia pun membuka pintu mobil dan keluar dari mobilnya. Sampai di depan kantornya yang bergedung tinggi, alesa di sambut oleh dua security yang bernama pak edo dan pak ari, pak edo sudah lama kerja di kantor alesa kalau pak ari masih baru dikantor, ia juga masih sodara pak edo dari timur.
"selamat malam bu alesa" ucap pak edo
"malam pak, ini karyawan yang lain sudah pulang ya" jawab alesa
"betul ibu, tapi sebagian karyawan yang meeting hari ini sudah ada diruangan" kata pak edo
"oh okay, thank you pak" ucap alesa melangkah ke arah pintu masuk itu
"sebentar ibu, ini ada titipan bunga" ujar pak edo, alesa pun berhenti melangkah pak edo menghampiri alesa dan memberikan bunga itu. Alesa pun mengambil bunga itu Dan melihat tanda huruf D yang ada di kertas ucapan (welcome to Indonesia) ia bisa menebak dari Dewa, sedikit cerita tentang laki laki itu. Dewa adalah anak dari salah satu investor yang bekerja sama dengan perusahaan alesa, paras dewa tampan baik namun ada satu hal yang alesa pegang teguh. Ia tidak suka dengan laki laki manja dan tidak pekerja keras, dewa kaya raya tetapi hasil dari perusahaan papahnya dan juga sering clubing menghamburkan uang uang, pantas alesa tidak meliriknya sedikit pun.
"ini bunganya buat bapak aja deh, buat anak, tetangga atau siapa gitu" ujar alesa memberikan kembali bunga itu kepada pak edo
"oh begitu ibu, ya sudah baik ibu" jawab pak edo menerima kembari bunga itu, alesa pun langsung masuk kedalam kantornya.
"itu siapa ee kakak?" ucap pak ari
"ehh bodok, itu bos kita" jawab pak edo
"ah yang benar, saya tidak pernah melihat kaka" ujar pak ari
"sadar diri kau, kau itu disini baru 3 hari saja. Memang bu alexa sering keluar negeri juga" jawab pak edo
"3 hari sudah lama toh kakak" jawab pak ari
"lama bagaimana, sudah ko jaga saja jangan banyak bicara ee" ujar pak edo
"lama lah 1 hari itu 24 jam berarti 24jam kali 3 saja, benar toh" jawab pak ari
"MEMANG! ari memang terserah kau saja, lama lama ngomong sama kau itu jadi mulas" kata pak edo meninggalkan pak ari ke toilet
"hey kaka sembarang saja, memangnya saya ini jamban" ucap nya sambil memegang bunga "bunganya harum sekali eee"
*suara heels berjalan* (suara langkah kaki alesa)
alesa berjalan menuju ruangan meeting sambil mengecek tema meeting di tabs, ia pun membuka pintu dengan tidak sadar bahwa di ruangan itu tidak ada satu pun karyawan. "maaf ya saya telat" ucap alesa sembari menegok ke arah meja budar yang kosong, "ini gimana sih katanya udah diruangan semua". ternyata di ruangan meeting tidak ada satu pun karyawan nya, alesa pun kesal dan langsung menelepon sekretarisnya yaitu laras.
penasaran kok bisa karyawan alesa ga ada di ruangan padahal tadi kata pak edo sudah ngumpul di ruangan meeting, sebenarnya ada apa ya?!
penasaran sama kelanjutanya jangan lupa vote ya biar aku makin semangat nulisnya
thank you readers :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love at The train station
RomanceAlesa putri wanita karir yang sukses dalam dunia berbisnis, namun gagal di dunia percintaan. Di usia 29 tahun ia mulai belajar mengikhlaskan masa lalunya, soal percintaan yang membuatnya trauma untuk jatuh cinta lagi, saat ia berada di negeri kanggu...