Senja dan Lukanya

1 1 0
                                    

"Tiiing"
Suara notifikasi di handphone itu membuyarkan lamunannya.
Alisnya berkerut sambil mengambil benda pipih nan cangih berwarna biru di tas lusuhnya. Agaknya seperti sudah lama sekali tidak didengarnya notifikasi tersebut.

"AyrenneoLuca memposting foto baru"
Nafas nya tertahan sejenak, sudah lama sekali pikirnya. Seseorang yang sudah lama tidak dilihatnya lagi itu, Dia yang tiba-tiba hilang dari permukaan bumi.
Dia yang katanya akan tetap tinggal, namun pada kenyataannya tak serupa demikian.

Kiran memencet notifikasi tersebut dengan ragu-ragu, ia menunggu sejenak sampai kemudian layar putih tersebut berubah menjadi sebuah foto. Disana tampak Ren berdiri dengan tersenyum, senyum itu sudah lama tidak pernah lagi melihatnya. Ah, senyum teduh sialan itu dulu pernah jadi miliknya. Senyum yang paling menenangkannya dulu, dulu sekali.
Asal kau tahu karna senyum itu kini dunia Kiran berputar terbalik, senyum manis itu berubah jadi kepahitan.

Kiran mengusap air matanya kasar, yang jatuh tampa ia sadari dari tadi. Selamat tuan, anda kembali berhasil memporak-porandakan hati maupun hidup saya pikirnya.
Meski hanya dengan gambar penghenti waktu, entah sekedar dengan senyum lebar nya yang Kiran rindukan, atau dengan latar foto tersebut diambil dan seseorang yang berada disampingnya, yang menampilkan senyum anggun serupa tak kalah lebarnya.

Iya. Baiklah, Kiran mengaku kalah sekarang. Foto tersebut seharusnya sudah menjadi alasan yang lebih dari cukup. Untuk berhenti berharap maupun menunggu. Foto tersebut sudah dengan jelas mengatakan bahwa tiga tahun nya adalah sia-sia.

Tiga tahun nya sudah usang, berantakan bahkan. Tiga tahun penantian, tidak seberarti demikian. Tiga tahun yang lalu itu, ah sudah dimakan waktu yang bergulir hanya menyisakan kilasan-kilasan kenangan.

Dia yang tampak bahagia digambar tersebut persis tiga tahun silam bahkan lebih. Dengan setelan jas hitam bersama seorang wanita yang memakai gaun berwarna putih tulang berdiri disebelah Ren dengan tangan saling bertautan dan tersenyum selaras dengan keanggunan.

Dirasa itu kurang cukup melukai Kiran, maka dengan senang hati ku sebutkan latar foto tersebut diambil adalah di sebuah gereja tempat berlangsungnya sebuah hari bahagia, pernikahan.

Kiran menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Baiklah, bukankah seharusnya dia senang. Pria yang teramat-amat dikasihi nya itu kini disisi perempuan yang tampak nya paling tepat.

Namun, dari sisi manapun tidak ada yang tampak baik-baik saja sekarang. Semesta Kiran meninggalkannya. Membiarkan rumah yang dulu sudah mulai tertata rapi kini kembali berantakan, tersisa reruntuhan.

Kiran merapi kan kain yang menutupi kepala serta rambutnya, kala hijab itu tertiup hebusan angin petang menuju malam.

Tersenyum dan meletakkan kembali benda pipih itu kedalam tasnya. Menutup  mata sembari menikmati hembusan angin dan suara ombak yang berkejaran nan menenangkan.

Membuka mata, kemudian kembali dipandangi nya langit yang tehampar jingga nan jauh diujung sana. Langit yang menemani setiap petang nya selama tiga tahun belakangan ini. Senja penutup hari-hari sepinya. Senja dengan janji nya bahwa hari yang berat akan ditutup dengan sesuatu yang indah.

Seseorang yang ditemuinya dahulu ketika senja tiba. Seseorang yang menemaninya kala memandang senja. Seseorang yang sukarela menjadi kan dirinya sebagai senja dihidup Kiran.

"Mulai hari ini, gue akan jadi senjanya seorang Kiranazita Maharany"

Seorang laki-laki berseru lantang, seakan sedang membuat sebuah pengumuman.
Kemudian menoleh pada perempuan disampingnya yang kenakan hijab tertiup hembusan udara berjalan.

Perempuan tersebut nampak mengerutkan alisnya, butuh penjelasan dari kalimat barusan. Sang tuan tersenyum memandang, sebelum kembali berseru melanjutkan.

"Kalo satu-satunya hal yang lo sukai dari semesta ini adalah senja, maka gue akan menjadikan diri dengan suka rela sebagai senjanya Zita, untuk menjadi alasan-alasan lain setelah senja yang menahan Zita untuk tidak  ingin lekas pulang, tinggal dan tetap bertahan disini".

" Ayo tetap hidup Zii, masih ada sejuta senja dihari-hari berikutnya yang belum kamu temui, yang mungkin lebih indah dari hari ini".

Kemudian seiring dengan tenang nya suasana petang, Kiran dibuat tergelak dengan kalimat yang dilontarkan laki-laki barusan. Tawa yang lepas seolah tampa beban, tawa yang mengudara tampa ada kepalsuan, tawa pertama Kiran dimasa-masa  semesta menghardiknya.

Dan dengan sebuah tawa yang mengalun tersebut, seorang empu tuan jatuh cinta dan terperosok semakin dalam.

Senyum Kiran kembali terlukis kala mengingat kilas balik sebuah kenangan, memori bersama senjanya 'Luca Ayrenneo'.

Namun, selalu ada hal yang disayangkan. Kiran melupakan sebuah fakta bahwa serupa senja pula, Ren juga sesaat. Hadirnya hanya sebentar sahaja. Meninggalkan langit, hingga ia menghitam dan mengelap gulita.

Aku menemuimu kala senja, dengan segala keikhlasan kulepas dirimu kala senja ini mulai menghitam, dan terluka, Ren.
Ucap Kiran dengan lirih.

Senja nya sudah pergi.
Dan akan selalu ada kata selamat dalam kata selamat tinggal, bukan?.
Sampai jumpa dihari berikutnya senja, atau mungkin tidak akan pernah lagi.

i'mnena.

____

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja Itu LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang